"Aku pikir kamu sahabatku, rumah keduaku, dan orang yang paling aku percayai di dunia ini...tapi ternyata aku salah, Ra. Kamu jahat sama aku!" bentak Sarah, matanya berkaca-kaca.
"Please, maafin aku Sar, aku khilaf, aku nyesel. Tolong maafin aku," ucap Clara, suaranya bergetar.
Tangan Clara terulur, ingin meraih tangan Sarah, namun langsung ditepis kasar.
"Terlambat. Maafmu udah nggak berarti lagi, Ra. Sekalipun kamu sujud di bawah kakiku, semuanya nggak akan berubah. Kamu udah nusuk aku dari belakang!" teriak Sarah, wajahnya memerah menahan amarah.
"Kamu jahat!" desis Sarah, suaranya bergetar.
"Maafin aku, Sar," bisik Clara, suaranya teredam.
***
Mereka adalah segalanya satu sama lain—persahabatan telah terjalin erat sejak memasuki bangku kuliah. Namun, badai masalah mulai menghampiri, mengguncang fondasi hubungan yang tampak tak tergoyahkan itu. Ketika pengkhianatan dan rasa bersalah melibatkan keduanya, mampukah Clara dan Sarah mempertahankan ikatan yang pernah begitu kuat?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Grace caroline, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 7. Di Acara Blue Rose
Dua hari telah berlalu sejak Lein mengajak Sarah ke acara komunitasnya. Pagi ini, pukul delapan, Clara berangkat kuliah sendirian. Rasanya hampa, biasanya ia berangkat dan pulang kampus bersama dengan Sarah. Tapi hari ini Sarah tidak masuk kampus bersama dengan Lein.
Katanya Lein mengajak Sarah pergi ke mall untuk berbelanja.
"Aish, bosan amat gila! nggak ada Sarah rasanya kayak hambar aja hidup ini!" gumam Clara, sedikit kesal sambil menghentakkan kakinya beberapa kali ke lantai. Beberapa menit lagi kelas akan dimulai, tapi semangatnya terasa kurang karena sahabatnya itu tidak ada.
Ia kembali berjalan menuju ke kelasnya, tapi...
"Clara!" panggil seseorang dari belakang. Clara spontan berhenti, menoleh. Di sana, Grace—teman kampusnya yang lumayan dekat, walau tak sedekat Sarah—sedang berjalan cepat menghampirinya.
Rambutnya yang pendek sebahu lurus terurai, wajahnya yang tirus ala cewek Korea dengan alis tipis dan bibir mungil berbentuk hati, tersenyum ramah sembari melambaikan tangan.
"Sore ini ada acara, nggak?" tanya Grace, sesampainya di depan Clara.
Clara mengernyit, sedikit bingung dengan pertanyaan mendadak Grace. "Nggak ada sih. Kenapa emangnya?" tanyanya balik.
Grace menyeringai lebar, lalu menepuk bahu Clara sekilas. "Pas banget kalau gitu. Aku kan sore nanti ada acara di komunitasku nih. Ya kamu tahu sendirilah aku gimana, nggak mungkin dong seorang Grace datang ke acara itu sendirian? Ish, bisa jadi model dadakan aku nanti. Fiuhh." Grace dengan santainya mengipas-ngipas wajahnya, seperti model di majalah.
Ia melanjutkan, "Selain itu ya, komunitasku ini cukup elit, setiap ada acara semua membernya diwajibkan buat datang. Nggak terkecuali, atau kalau nggak kita bisa kena denda," Grace diam sejenak, nafasnya memburu.
Setelah menarik nafas beberapa kali, ia melanjutkan, "Singkatnya sih di acara itu nanti semua yang hadir diwajibkan buat membawa pasangan, entah itu pacar atau teman. Tapi poin plusnya sih yang di ajak pacar. Tadinya sih aku mau ngajak pacarku, tapi kebetulan banget dia lagi sakit hari ini dan teman-temanku juga lagi pada sibuk sama urusan masing-masing.
Jadi...hehe, kamu mau nggak nemenin aku datang ke acara komunitasku nanti? aku udah bingung banget, Cla, nggak ada yang bisa aku mintai tolong. Please, mau ya?" Grace memohon, tangannya terkatup di depan dada, wajahnya dibuat sebegitu sedihnya demi membujuk Clara.
Clara awalnya hanya diam. Sejujurnya, ia tidak tertarik pergi ke mana pun jika bukan dengan Sarah. Rasanya hari ini sangat membosankan. Tapi mengingat Grace juga temannya, meskipun tidak sedekat Sarah, Clara mengangkat bahunya dan mengangguk. Ia tersenyum tipis
"Aturannya lumayan ketat, ya, menarik...ehm, oke lah aku mau. Tapi, komunitasnya namanya apa? Gede? Kok cukup gimana gitu ya aku denger?" tanya Clara, berseloroh.
"Lumayan gede dan ketat sih emang, isinya orang-orang tajir semua, pada punya nama semua membernya. Ya, hampir sebagian besar dari mereka itu orang tuanya pejabat penting di negara ini.
Kayak gubernur, menteri dan semacamnya. Kamu tahu lah komunitas apa yang paling gede di kampus kita ini. Itu loh Blue Rose, namanya itu. Aku mau datang ke acara komunitas itu nanti. Terus aku nggak ada temannya akhirnya aku ajak kamu," jelas Grace panjang lebar.
Dan...Ya, Clara terkejut. Tentu saja, bagaimana ia tidak terkejut sementara nama komunitas itu sama persis dengan komunitas yang diikuti Lein! Dan Sarah akan ikut menemani Lein ke acara yang diselenggarakan komunitas itu nanti sore.
Apakah nanti mereka akan bertemu?
Grace mengerutkan dahi, heran melihat Clara yang tampak terkejut. "Kok kamu kayaknya kaget gitu? Ada apa?" tanyanya.
Clara tersenyum tipis, agak dipaksakan. "Ah, nggak papa kok. Nanti kita berangkat jam berapa?" tanyanya, sambil menggeleng cepat.
Grace cepat-cepat melirik jam tangannya, lalu menoleh ke Clara. "Kayaknya acaranya mulai jam limaan deh, kita berangkat jam setengah empat aja. Kalau nggak macet, kita pasti cepet sampai." jawabnya.
"O-oh gitu," timpal Clara, masih terkejut dan tidak percaya.
"Cla, kamu habis ini ada kelas kan?" tanya Grace.
Clara hanya mengangguk, diam seribu bahasa.
"Habis kelas kamu ada acara nggak?" tanya Grace lagi.
Sekali lagi, Clara menggeleng. Tak ada sepatah kata pun yang keluar dari bibirnya.
"Kalau kamu nggak ada acara gimana kalau kita ngeteh di cafe? atau ke mall gitu cari-cari baju buat di pake nanti sore? aku mau pakai baju yang cetar Cla, yang beda dari biasanya.
Kamu tahu sendiri lah anggotanya gimana, aku nggak mau kalah sama mereka, jadi aku pengen belanja baju yang paling bagus dan aku pakai nanti sore.
Kamu mau kan temenin aku belanja nanti? Ayolah, Cla. Masa kamu tega biarin cewek secantik aku belanja sendirian di mall, bawa barang banyak, terus kecapean?" kata Grace sambil memasang wajah manja.
Tingkahnya yang seperti cabe-cabean, sedikit menggelikan bagi Clara, mengingat Sarah bukanlah tipe perempuan seperti itu.
Lalu Clara mengangguk. "Iya nanti aku temenin, nggak usah khawatir. Sekarang aku mau ke kelas dulu ya, udah mau mulai nih. Nanti keburu dosennya masuk lagi," katanya.
"Ya udah, nanti setelah kelas selesai aku tunggu di depan ya. Aku juga cuma satu kelasnya hari ini dan barengan sama kamu," sahut Grace, tersenyum manis—senyum ala cewek pick me. Ia menggenggam tangan Clara erat.
Clara membalas senyum Grace dengan anggukan. "Aku pergi dulu, ya," pamitnya, lalu berlalu.
Grace tersenyum, memandang kepergian Clara yang perlahan menjauh dan berbelok. Sekelebat kilatan muncul di matanya. Senyumnya yang tadinya manis, kini sedikit berubah menjadi senyum tipis yang sedikit misterius. Ia pun beranjak menuju kelasnya.
Setelah beberapa jam, bel berbunyi dan menandakan bahwa kelas telah selesai. Clara menghela napas, merasa lega. Dia keluar dari kelas dan melihat Grace sudah menunggu di luar, terlihat ceria meskipun Clara merasa tidak seenergi itu.
"Cla! Ayo buruan! Udah nggak sabar nih pengen belanja!" seru Grace, menarik tangan Clara.
Clara hanya mengangguk, mengikuti langkah Grace menuju mall. Di sepanjang perjalanan, Grace terus berbicara tentang rencananya untuk tampil beda di acara nanti, sementara Clara hanya mendengarkan dengan sedikit malas.
Setibanya di mall, mereka mulai menjelajahi berbagai toko. Grace tampak bersemangat, sementara Clara hanya melihat-lihat tanpa keinginan yang besar untuk membeli sesuatu. Dia merasa seperti pengamat di dunia yang penuh warna ini.
"Gimana sama yang ini?" tanya Grace sambil memegang blus yang berkilau. "Cocok buat acara nanti, kan?"
"Ya, mungkin aja, warnanya bagus," jawab Clara singkat, tidak terlalu bersemangat.
Grace mengerutkan kening, tetapi tidak berkata lebih. Mereka melanjutkan belanja, dan setiap kali Grace menemukan sesuatu yang dia suka, dia akan meminta pendapat Clara. Clara berusaha menjawab dengan jujur, meskipun dalam hati dia merasa tidak ada yang bisa menggantikan kebersamaan dengan Sarah.
Sore harinya, Grace dan Clara berangkat ke acara komunitas Blue Rose dengan mobil Grace. Sesampainya di sana, wah, tempatnya luar biasa megah dan mewah! Setelah Grace parkir, mereka berdua turun dan berjalan di atas jalanan beton yang ramai. Banyak orang lalu lalang—mungkin anggota komunitas.
Grace ramah menyapa dan tersenyum ceria ke sana ke mari, sementara Clara hanya tersenyum tipis. Mereka masuk melalui pintu utama, dan...
"Itukan..." batin Clara terhenti. Terkejut melihat seseorang di dalam gedung itu. Seseorang yang terasa familiar baginya, tapi terasa asing karena sepertinya lama tidak bertemu.
Ia dan Grace tetap melangkah masuk, bergabung dengan kerumunan, meskipun Clara tidak banyak bicara karena ia bukan anggota dari komunitas itu.
"Aku yakin banget itu dia...tapi, buat apa dia ada di sini? Apa...dia anggota komunitas ini juga? Tapi, gimana bisa? Apa aku tanyain ke Grace aja ya nanti? Ehmm..."
"Cla, ayo kesana!" Grace menarik tangan Clara, mengajaknya ke suatu tempat yang tak Clara ketahui. Clara menurut saja. Ternyata, Grace mengajaknya ke area minuman. Bukan jus atau kopi yang tersedia di sana, melainkan minuman beralkohol dan minuman keras lainnya.
Mata Clara membulat, terkejut melihatnya. Grace tetap menarik tangannya, membawanya ke meja panjang yang penuh dengan minuman. Di sekitarnya, banyak orang yang sudah mabuk, masing-masing membawa botol minuman
"Pokoknya aku mau mabuk malam ini!" seru Grace penuh semangat.
"Hah, apa?!" tanya Clara terkejut, spontan menghentikan langkahnya. Grace ikut berhenti, menatap Clara dengan pandangan penuh tanya.
"Cla, kamu kenapa? Kok kaget gitu?" tanya Grace, bingung melihat reaksi Clara.
Clara menggeleng cepat. "Aku...aku cuma nggak terbiasa sama suasana kayak gini. Aku pikir kita cuma mau datang dan ngikutin acaranya, bukan... bukan sampai mabuk-mabukan gini," jawab Clara, suaranya sedikit bergetar.
Grace tertawa kecil, seolah tidak menganggap serius kekhawatiran Clara. "Ah, come on! Ini kan acara seru!
Semua orang di sini bersenang-senang, dan kita juga harus menikmati momen ini. Lagipula, semua orang di sini temenku juga, Cla. Jangan jadi sok dewasa, deh! Santai aja dan nikmati malam ini, oke?" Grace menjawab sambil mengedipkan mata.
Bersambung...