Kembali ke kehidupan nyata membuat Azalea senang sekaligus sedih. Ada rasa tak rela ketika mengetahui jika dirinya kembali.
Pertemuannya dengan Allarick, CEO baru tempatnya bekerja membuat Azalea banyak merasakan dejavu ketika mereka bersama. Ada banyak persamaan yang ia rasakan ketika bersama Allarick.
"Siapa kamu sebenarnya Allarick?"
"Waktu akan menjawab semuanya Aza, siapa aku, bagaimana kita, perasaan ku dan kamu."
Allarick yang selalu menjawab dengan teka-teki membuat Azalea semakin penasaran akan sosoknya.
"Bagaimana jika aku adalah dia?"
"... "
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon queen_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
OMB! 2 (Real Life) 15
...Selamat. membaca...
...*****...
Allarick dan Azalea sampai di sebuah hotel dimana mereka akan melakukan meeting dengan Wira Bimantara. Sebuah ruangan VIP yang memang biasa di gunakan untuk rapat di sana. Azalea berjalan di sebelah Allarick sembari membawa berkas penting untuk meeting. Keduanya bersikap profesional selama menjalankan proses meeting.
Sesampainya di ruangan, Allarick mengernyit melihat ruangan yang masih kosong tanpa seorangpun. Azalea sendiri hanya menunduk sembari menunggu perintah selanjutnya.
"Jef, apa kita salah ruangan?"
Jeffrey, asisten yang sudah lama bekerja dengan Gio yang kini bertugas melayani Allarick. Jeffrey melihat ipad dan jam tangan miliknya. "Tidak tuan, ini memang ruangannya. Dan mengenai waktu, kita sama sekali tak terlambat tuan."
Allarick menghela napas. Inilah yang membuatnya malas dengan urusan perusahaan. "Hubungi mereka dan katakan untuk segera datang. Jika dalam waktu lima menit mereka tak kunjung datang, rapat dibatalkan!"
Jeffrey mengangguk. Ia menjauh dari mereka.
Sementara Allarick menarik Azalea untuk duduk di salah satu kursi di sana. Allarick menarik kursi untuk Azalea membuat wanita itu tersenyum.
"Kita akan menerima kerja sama dengan mereka?"
Allarick mengangguk, "Untuk menjebak musuh, kita harus berteman dengan mereka Azalea."
Azalea mengangguk, "Allarick."
"Heem?"
"Kamu percaya perpindahan jiwa. Eem..maksudku semacam jiwa kita berpindah ke orang lain," ucap Azalea ragu. "Sudah pasti dia tidak percaya. Dan aku akan terlihat bodoh karena menanyakan hal itu padanya."
"Percaya."
Azalea mendongak terkejut. "Serius?!"
Allarick mengangguk, "Aku akan mengatakan sesuatu di hari ulang tahunmu nanti. Sebuah rahasia besar yang aku simpan selama ini."
Azalea semakin di buat penasaran dengan Allarick. "Ternyata kamu cukup misterius ya. Kamu banyak tahu tentangku sementara aku tidak tahu apapun tentangmu. Kamu selalu tahu apa yang aku pikirkan, tapi aku tidak tahu apapun yang kau pikirkan."
"Ada saatnya kamu tahu Aza, Siapa aku, bagaimana aku dan semuanya." Allarick terkekeh sambil mengacak rambut Istrinya. "Jangan dipikirkan, semua akan terjawab pada waktunya."
"Iya-iya. Tapi-,"
"Selamat pagi tuan. Maaf atas keterlambatan kami."
Allarick dan Azalea menoleh. Wira dan Devano memasuki ruangan dengan gaya angkuhnya. Azalea dapat melihat ekspresi terkejut dari wajah Devano. Senyum smirk terbit di wajah cantiknya melihat lelaki bajingan yang mengkhianatinya.
Meeting pun di mulai. Azalea dari pihak Allarick melakukan presentasi sebaik mungkin dan berusaha untuk terlihat profesional. Setelah Azalea selesai, barulah giliran Devano yang melakukan Presentasi.
Allarick menggenggam tangan Azalea yang terasa dingin. "Ada apa? Kenapa gugup?" bisik Allarick.
"Karena ulahmu! Kamu terus menatapku!" balas Azalea berbisik.
"Bagaimana tuan? Apakah anda setuju untuk bekerja sama dengan perusahaan kami tuan?"
Allarick menoleh, "Kami terima. Tapi jika kau berani bermian di belakang ku, maka bersiaplah menerima akibatnya!" tegas Allarick.
Wira tertawa pelan, "Anda tidak perlu khawatir tuan. Kami bisa menjamin tidak ada permainan di belakang dan proyek ini akan berjalan dengan baik."
Allarick mengangguk, sementara Azalea yang mendengarnya berdecih pelan. Jika saja Allarick tak menggenggam tangannya, sudah pasti ia akan mengeluarkan berbagai ekspresi tak sukanya.
Lain halnya dengan mereka yang sibuk membahas kerja sama, Devano justru fokus menatap Azalea yang terlihat biasa-biasa saja.
"Tuan, wanita di sebelahmu itu.." tanya Wira menggantung.
"Istriku," ucap Allarick.
Wira menampilkan ekspresi terkejutnya. "Anda yakin tuan? Anda tahu siapa dia? Dia adalah mantan kekasih anak saya tuan. Dia mengkhianati anak saya sehingga merek putus. Devano melihat-"
"Pa!"
"Diam! Papa harus memberi tahu tuan Allarick!" titah Wira pada Devano, "Wanita ini selingkuh dari Devano tuan. Devano melihat sendiri dia berjalan bahkan katanya sedang hamil denga pria lain!"
Ooh.. Azalea sungguh tak menyangka. Lagi dan lagi ia harus dihadapkan dengan drama sialan seperti ini.
"Oh ya? Saya tidak tahu hal itu," balas Allarick.
"Benar tuan! Sebaiknya anda segera menceraikan dia!"
Allarick terkekeh, "Coba tanyakan pada putramu siapa pria yang dilihatnya bersama istri saya."
"Devano katakan! Siapa pria yang berjalan bersama Wanita itu!" Desak Wira. "Cepat katakan, kita akan dapat simpati dari tuan Allarick," bisik Wira.
"Tapi pa,"
"Devano!"
Devano menghela napas. "Yang berjalan bersama Azalea adalah.." Devano menatap Allarick dan Azalea yang tersenyum smirk padanya. "Tuan Allarick sendiri."
Wira melotot. Ia menatap tajam putranya itu. "Apa yang kau lakukan bodoh?! Jangan mempermalukan papa! Katakan dengan benar!"
"Memang itu kenyataannya pa. Tuan Allarick lah yang berjalanlah bersama Azalea di rumah sakit kemarin. Saat itu aku tidak tahu jika pria itu adalah tuan Allarick," jelas Devano.
Wira mengusap wajahnya kasar.
"Jadi tuan Wira, apakah sebuah kesalahan jika istri dan suami berjalan bersama?" tanya Azalea tajam. "Dan mengenai putusnya aku dengan putramu, ku rasa kau tahu apa yang terjadi sebenarnya! Jadi tolong jangan sangkut pautkan urusan pribadi dan pekerjaan! seharusnya kau bersyukur suamiku mau menerima kerja sama itu!"
Allarick dan Azalea bangkit dari kursi mereka. Allarick melirik sekilas. "Jaga mulutmu sebelum berbicara mengenai istriku!"
Pihak Allarick pergi dari sana meninggalkan Wira yang mengusap kasar wajahnya. Pria itu memukul udara melampiaskan rasa kesalnya. Sementara Devano hanya diam melihat apa yang dilakukan papanya.
"Seharusnya kau menjelaskan pada papa yang sebenarnya!"
"Aku juga tidak tahu jika pria yang ku lihat adalah tuan Allarick! Jika aku tahu sudah pasti aku akan memberi tahu papa."
"Aaarrgh sudahlah!"
Devano berdecak. "Seharusnya papa memberitahu ku jika client ku adalah dia! Harga diriku bisa hancur jika aku bertemu dengannya lagi!"
"Cih! Papa tidak mau tahu! Pokoknya proyek ini harus menghasilkan keuntungan besar buat kita! Dia pasti tidak akan sadar apa yang akan kita lakukan!" ucap Wira tersenyum sinis.
"Aku tidak akan ikut kali ini!"
Wira menoleh dan menatap tajam putranya. "Apa-apaan kau?!"
Devano membalas tatapan Wira dengan tak kalah tajam, "Papa yang apa-apaan. Maheswara Group bukan sembarang perusahaan!" Devano berpikir ulang melihat Allarick yang menatapnya dengan senyuman smirk tadi. Ia jadi takut untuk bermain-main dengan pria itu. Apalagi mengingat latar belakang keluarga mereka.
"Tidak! Pokoknya kita harus tetap menjalankan rencana!" Tegas Wira. "Kita harus bisa menggaet keuntungan besar dari Maheswara Group!"
...*****...