Oh My Boss 2 (Real Life)

Oh My Boss 2 (Real Life)

OMB! 2 (Real Life) 1

...Semangat Membaca...

...*****...

"Rumah sakit? Aku d rumah sakit?"

Baru saja hendak bangun, ia dikejutkan dengan pintu ruanganya yang terbuka secara kasar. Seorang wanita paruh baya yang sangat ia kenali masuk dengan wajah khawatir, begitupun dengan seorang perempuan yang terlihat seumuran dengannya.

"Aza, kamu sudah sadar? Mana yang sakit nak? Beritahu mama,"

"A-aza?"

Wanita itu mengangguk "Iya sayang. Aza, nama panggilan kamu."

Ia menggeleng. Kemudian memegang perutnya yang terasa datar. Setetes air mata jatuh membasahi pipinya.

"Azalea, kenapa nak? Ada yang sakit? Katakan pada mama," pinta wanita itu dengan nada khawatir.

"Le, ayo bicara! Jangan diam saja. Kita khawatir Lea," tambah perempuan di sebelah wanita yang memanggil dirinya sebagai 'mama'.

Tangisan lirih itu terdengar semakin keras. Dia, Azalea telah kembali ke dunia aslinya. Ia menutup wajahnya dengan kedua tangan. "Aku kembali, tapi kenapa rasanya tidak rela?"

Setelah puas menangis, Azalea mengusap air matanya dan menghela napas berulang kali. Ia menatap wanita yang tak lain adalah mamanya dan perempuan yang tak lain adalah sahabatnya, Kanaya.

"Sudah nangisnya? Sudah puas?" tanya Kanaya. "Aku sampai bingung Le, Tiba-tiba saja kau menangis seperti itu, Ada apa sebenarnya?"

Azalea menggeleng pelan.

"Mama panggilkan dokter ya,"

Lagi lagi ia menggeleng, "Tidak usah ma, Aza tidak papa."

Tara, wanita itu mengelus pelan kepala Azalea dengan sayang. "Mama sangat khawatir saat tahu kamu tidak sadarkan diri Za. Lagi pula bagaimana bisa? Apa yang kamu lakukan? Untung saja Kanaya langsung menghubungi mama dan papa."

Azalea menggaruk kepalanya sambil menyunggingkan senyum lebar. Bagaimana cara menjelaskannya? Apa mereka akan percaya? Bisa-bisa dia dikira menghalu nanti.

"Aza juga tidak tahu ma. Seingat aza, aza hanya ketiduran karena membaca novel," jawab Azalea ragu.

Tara menghela napas pelan." "Ya sudah, lupakan saja. Yang penting kamu sudah sadar sekarang, mama benar-benar bersyukur." Tara mengecup kening Azalea sayang. "Mama tinggal sebentar ya, mama ingin membeli makanan."

Azalea mengangguk.

Kini ruangan itu hanya diisi oleh Kanaya dan Azalea yang saling bertatapan.

"Berapa lama aku tidak sadarkan diri?"

Kanaya terlihat mengingat-ngingat, "Sekitar seminggu lebih."

"Selama itu?"

Kanaya mengangguk, "Oh ya, kau tau Le?"

"Apa?"

"Novel itu punya versi baru. Keseluruhan cerita sangat berbeda dengan novel milikmu. Bahkan tokoh yang jarang disebut malah jadi peran utama dan jadi pasangan Auris. Di akhir cerita Auris mati karena tertusuk pisau oleh Caramel, setelah itu Caramel dihukum dan lebih gilanya, kau tau?!"

Azalea menunggu Kanaya menyelesaikan ceritanya dengan penasaran.

"Aldrick, suaminya Auris juga mati karena mengalami kecelakaan mobil."

"APA?!" Azalea menutup mulutnya shock. "Mas Aldrick mati? Kecelakaan? Apa itu semua karena aku?"

Kanaya tertawa melihat ekspresi Azalea, "Apa-apaan responmu itu, seperti kenyataan saja!" Kanaya bangkit dari kursinya dan mengambil sesuatu dari tasnya. "Ini, aku membeli novel versi yang baru, pokoknya kau harus baca. Menurutku ceritanya sangat bagus! Aku puas sekali karena di novel yang ini Auris lebih bahagia dari novel sebelumnya," cerita Kanaya yang tampak sangat antusias.

Azalea menatap novel di tangannya. Cover yang berbeda dari sebelumnya. Jika di novel sebelumnya cover berisi tokoh Reynold dan Caramel lalu Auris yang berada di belakang mereka, kini covernya berganti menjadi wajah Auris dan Aldrick yang saling merangkul dengan judul 'Queen Of Antagonist (Secret)'.

"Kapan aku bisa pulang?"

Kanaya melotot garang, "Enak saja! Setelah tidak sadar selama smeinggu kau ingin pulang?!" Kanaya menggeleng tegas, "Tidak boleh! Kau harus dirawat sampai besok!"

Azalea berdecak, "Ayolah Kanaya, aku sudah baik-baik saja. Sungguh."

Kanaya menggeleng tegas dengan menyilangkan tangannya di dada, "Ti.dak!"

Helaan napas kasar Azalea keluarkan. Kemudian kembali menatap novel di tangannya. Tanpa sadar sudut bibirnya tertarik membentuk senyuman tipis. "Kisah kita sudah berakhir ya? Terima kasih telah membuatku bahagia selama bersamamu. Aku akan menyimpan kisah kita, selalu."

Azalea menatap lurus ke depan, kemudian tersenyum."Saatnya membuka lembaran baru Lea. Hidupmu yang sebenarnya adalah di sini."

"Seperti orang gila!" celetuk Kanaya.

Azalea tertawa pelan. "Novelnya boleh untukku?"

Kanaya mengangguk, "Itu memang untukmu. AKu sengaja membelikannya karena aku tahu kau pasti akan tertarik dengan versi yang baru ini. Lagi pula itu stok terakhir di toko buku. Novel ini menjadi novel best seller Le, novelnya habis terjual di mana-mana." Kanaya mengutak-atik hpnya dan menunjukkan sebuah berita, "Lihat, bahkan sampai tersebar di media sosial seperti ini. Banyak pembaca yang mereview jika novelnya sangat menarik."

"Terima kasih, Kanaya."

...*****...

"Pokoknya kau harus menggantikan papa! Papa tidak mau tahu."

"Tidak mau," acuh seorang pria yang dengan santai memainkan tablet di tangannya.

"Allarick! Sampai kapan kau akan seperti ini!" Gio menatap lelah sang putra. Sudah sejak lama ia membujuk Allarick agar mau menggantikannya sebagai pemimpin di perusahaanya. Tapi anaknya itu selalu saja menolak dengan berbagai alasan. Dan itu benar-benar membuat Gio kesal bukan main.

"Seperti apa? Aku sudah kaya, tidak perlu bekerja!" balas pria yang bernama Allarick itu dengan santai dengan nada angkuhnya. "Papa saja yang bekerja."

"Terserah, pokoknya papa tidak mau tahu! Minggu depan adalah pelantikanmu sebagai CEO baru Maheswara group,"

"Ti-,"

"PAPAAAA!"

Perhatian keduanya teralihkan pada seorang anak-anak laki-laki yang menghampiri Allarick dan naik kepangkuannya.

Allarick tersenyum. Mengecup sayang anak laki-laki di pangkuannya. Askara Nathaniel Maheswara, putranya, ralat keponakannya yang ia anggap sebagai putranya. Allarick memutuskan mengambil Askara setelah orang tua anak itu yang tak lain adalah kakaknya mengalami kecelakaan pesawat dengan sang istri saat melakukan perjalanan bisnis.

"Bagaimana dengan sekolahnya?" tanya Gio mengambil alih sang cucu ke pangkuannya.

Allarick menatap sinis papanya itu.

"Seru kakek, Aska mendapatkan banyak teman di sekolah. Mereka sangat baik dan Aska suka berteman dengan mereka," jawab Askara tersenyum menampakkan giginya.

Gio dan Allarick tersenyum mendengar hal itu.

"Baiklah kalau begitu Aska bersih-bersih, kakek dan papa ada yang ingin dibicarakan. Mengerti jagoan?"

Askara mengangguk. Ia segera turun dari pangkuan Gio dan menarik tangan susternya menuju kamarnya.

Ekspresi datar kembali mereka tunjukkan. Ayah dan anak itu saling melempar tatapan datar satu sama lain. Baik Gio maupun Allarick sama-sama tidak mau mengalah.

"Aku akan menggantikan papa, dengan syarat Kanaya yang harus menjadi sekretarisku," tawar Allarick tersenyum menantang.

Gio semakin mendatarkan wajahnya, "Tidak! Adikmu itu hanya sekretaris sementara papa. Sekretaris sebenarnya akan bekerja denganmu nanti. Kanaya mengatakan jika temannya itu sudah sadar dan bisa bekerja kembali!" Gio menatap anaknya itu, "Jika kau terus berada di lingkungan keluarga, bagaimana bisa kau mendapatkan pendamping Allarick?"

Oke, Allarick kesal. Kenapa harus membahas pendamping lagi? Tidak bisakah membahas yang lain saja. Kenapa pembicaraan mereka selalu berakhir  ke situ? "Ck! Terserah!" final Aldrick kemudian bangkit dari tempat duduknya, tepat ia berbalik di hadapannya sudah ada wanita yang tersenyum padanya.

Saras, mamanya. Wanita itu menarik tangan Allarick untuk kembali duduk. Kemudian Saras mengeluarkan beberapa foto dari tasnya yang membuat suasana hati Aldrick semakin memburuk.

"Lihat, ini adalah anak-anak teman mama."

"Heem,"

"Ini Ela, dia seorang model. Bagaimana?"

"Tidak, dadanya terlalu besar. Itu pasti palsu."

Saras melotot mendengarnya. "Allarick!"

"Heem?"

"Ck,, kalau yang ini bagaimana?"

Aldrick menggeleng lagi, "Tidak, terlalu putih. Seperti mayat hidup."

"Yang ini?"

"Tidak, Seperti tante-tante. Aku masih muda."

Saras menghela napas. Sementara Gio tertawa kecil mendengar jawaban Allarick sedari tadi.

"Yang ini bagaimana? Namanya Ayuna, dia seorang dokter kecantikan. Kulitnya tidak terlalu putih dan tubuhnya sangat ideal," tawar Saras lagi.

Allarick menatap foto itu lama. Melihat hal itu Saras tersenyum, sepertinya Allarick tertarik kan?

"Tidak!"

"A-apa?! Kali ini apa alasannya?!" tanya Saras kesal.

Allarick menatap mamanya itu datar, kemudian melirik Gio yang menahan tawa, "Dagunya terlalu runcing. Wajahnya terllau tirus. Matanya terlalu besar, dan...Kenapa hidungnya sangat panjang. Maksudku memang mancung, tapi kenapa sangat-sangat runcing seperti itu."

Pecah sudah tawa Gio. Sementara Saras ikut memperhatikan foto Ayuna lagi.

"Aku benarkan?" kata Allarick, "Sepertinya dia operasi plastik ma."

Kali ini Saras mengangguk menyetujui ucapan anaknya itu.

"Sudahlah mama, jangan terus mencarikan jodoh untukku. Jodohku pasti datang sendiri, mama tidak perlu sibuk mencarinya," ucap Allarick. "Pokoknya aku tidak mau dijodohkan, aku ingin mencari pendampingku sendiri."

...*****...

Hai, ketemu lagi nih

Maaf ya baru up

Karena novel sebelah mau direvisi, makanya yg real lifenya aku buat terpisah guys. Dan disana aku sunting jadi tamat. Biar revisinya ga di buru-buru😁😁

dan,,terimakasih sudah membaca!

Terpopuler

Comments

🍏A↪(Jabar)📍

🍏A↪(Jabar)📍

ayo lanjut up sampe kayak ynh di sebelah😁

2024-12-13

0

Armyati

Armyati

ok kak lanjut 🙏 semangat semangat 💪💪

2024-12-13

0

han han

han han

hadirr thor....tetap semangattt💪💪💪💪

2024-12-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!