"Daddy dan mommy menemukan wanita yang cocok untuk menjadi isterimu! Tepati janjimu! Kau akan menikah bila kami menjodohkanmu kan?"
"Baiklah. Dengan siapa?" tanya Xander
"Namanya Audrey Lee, puteri Christoper Lee dan Margareth Lee. Usianya sembilan belas tahun."
Xander langsung membelalakkan matanya, "Sembilan belas?!"
Bab 10
"Keluarlah ke balkon! Jangan melihat kemari!" ucap Audrey
Xander memutar bola matanya malas, "Apa yang kau takutkan kulihat?! Dadamu saja masih rata! Ellea bahkan lebih tua darimu!" jawab Xander sambil melangkah keluar ke balkon kamar sesuai keinginan Audrey
Audrey langsung memicingkan matanya kesal! Apa dia bilang? Dada rata?! Apakah Xander buta?! Ukuran dada Audrey bisa dikatakan cukup besar jika dibandingkan dengan tinggi tubuhnya! Tapi bagaimana bisa dia menganggap bahwa dada Audrey datar!
Audrey masuk ke dalam kamar mandi dan mulai membersihkan tubuhnya. Dia sedikit tak tenang dan beberapa kali melihat ke arah aquarium besar itu. Tapi sepertinya Xander memang tidak ada di dalam kamar karena Audrey tidak melihat siluet siapapun di sana.
Setelah menyelesaikan mandinya, Audrey membuka paperbag pemberian Xander. Tubuhnya membeku melihat pakaian yang diberikan Xander.
Bagaimana bisa dia memberikan Audrey jumsuit tanpa lengan seperti ini! Bukan salah Xander juga sebenarnya, karena Xander tentu saja tak tau bahwa punggungnya penuh dengan bekas luka! Lalu sekarang bagaimana dia memakainya?
Tapi memakai pakaiannya yang lama juga percuma, dress nya sudah basah karena Audrey melemparkannya begitu saja tadi. Akhirnya Audrey pasrah dan memakai jumsuit itu. Audrey melangkah keluar dari kamar mandi dan mendapati Xander berdiri membelakanginya di balkon kamar.
Audrey sebenarnya terpesona hanya dengan melihat punggung pria itu. Dia membawa langkahnya mendekati Xander. Dan Xander yang merasakan kehadiran Audrey segera mematikan rokoknya dan berbalik menatap Audrey.
"Duduklah! Kita sarapan bersama" ucap Xander
Audrey mengangguk dan melangkah untuk duduk di seberang Xander. Xander mengerutkan keningnya melihat punggung Audrey, "Berhenti di sana!" ucapnya
Audrey langsung menoleh, "Ada apa?"
"Tetap menghadap kesana!" perintah Xander
Audrey yang sadar akan fokus Xander langsung menggeleng dan malah menghadapkan tubuhnya ke Xander, "Jangan kepo! Ayo sarapan!" ucapnya ketus
Xander menghembuskan nafasnya pasrah dan mengangguk. Audrey membawa dirinya duduk di depan Xander dan mulai memakan sarapannya dalam diam.
"Aku tak bisa bersentuhan dengan wanita"
ucap Xander setelah melihat Audrey menelan suapan terakhirnya
Audrey langsung mendongak menatap Xander bingung, "Maksudnya?"
Xander mendorong segelas susu milik Audrey, " Apa yang semalam terjadi. Kakakmu memberikan obat perangsang di wineku dan berusaha menggodaku! Aku tak bisa bersentuhan dengan lawan jenis jika terjadi maka aku akan sesak nafas dan reaksiku akan seperti yang kamu lihat semalam. Minum!" ucap Xander
Audrey tergagap dan langsung mengambil gelas susunya dan meminumnya hingga tandas.
Baru setelahnya dia kembali menatap Xander.
"Tapi kamu bisa menyentuh Ellea dan Aunty Mima" ucap Audrey
Xander mengangguk, "Ya, hanya Ellea, mommy dan dua sepupuku"
'Tapi aku menyentuh tanganmu semalam! Dan kau baik-baik saja!' batin Audrey
"Lalu apa yang terjadi pada Angeline?" tanya
Audrey
"Dia baik - baik saja. Saat ini masih di rawat di rumah sakit" ucap Xander
Audrey mengangguk, "Kau yang
memindahkanku ke ranjang semalam?" tanya Audrey
Xander menggeleng, "Tidak! Aku tak bisa menyentuhmu, apa kau bodoh!"
Audrey mengerucutkan bibirnya dan
mendengus, "Baiklah. Lalu apa maumu? Bukankah kau mengajakku bertemu?"
Xander mengangguk, dia melemparkan map yang sudah dia siapkan ke hadapan Audrey. Dan Audrey langsung mengerutkan keningnya, "Ара ini?!"
"Baca! Apakah kau tak bisa membaca?!" ucap Xander
Audrey berdecak kesal. Berbicara dengan Xander sepertinya tak akan mudah. Dia mengambil amplop itu dan membukanya. Matanya membulat lucu saat melihat judulnya adalah surat perjanjian. Audrey membaca poin demi poin yang tertera di sana. Tak banyak sebenarnya yang bisa dia garis bawahi, intinya pernikahan akan terjadi tapi tidak ada kontak fisik apapun diantara keduanya.
Pernikahan ini akan bertahan selama empat tahun
dan untuk selanjutnya Audrey bebas mau melanjutkan atau meminta bercerai dan sebagai imbalannya, Xander akan mengurus semua biaya kuliah dan keperluan Audrey. Audrey bebas belanja dan menentukan kampus mana yang akan dituju.
Xander akan memenuhi semua kebutuhan Audrey dan membebaskan Audrey dari keluarga Lee. Dia akan tetap dianggap sebagai isteri sah Xander, dan saat mereka bercerai, Audrey akan mendapatkan haknya sebagai seorang isteri.
Audrey mendongak dan menatap Xander, " Syaratnya hanya tidak ada kontak fisik kan?"
Xander mengangguk pelan, "Dan tidak mencampuri urusanku!"
Audrey mengangguk, "Bagaimana bila aku memiliki pria yang kucintai?"
Xander mengerutkan keningnya, "Tidak boleh selama kau masih berstatus isteriku! Meskipun kau hanya isteri di atas kertas, kau tetap memiliki kewajiban menjaga nama baikku!"
Audrey mengangguk pelan, "Masuk akal! Baiklah, dimana aku harus tanda tangan?"
Xander menaikkan alisnya, "Aku tidak butuh tanda tanganmu"
Audrey mengerutkan keningnya, "Lalu?"
"Buka telapak tanganmu!" ucap Xander
Audrey melakukan sesuai perintah Xander, dan tiba-tiba jarinya ditusuk ujung pisau kecil oleh Xander.
"Akkh! Ngomong dong kalau mau nusuk om! Kaget tau!" protes Audrey
Xander menaikkan alisnya mendengar omelan gadis di depannya. Audrey yang baru sadar langsung meringis, "Maaf! Refleks!"
Audrey langsung menempelkan jarinya yang berdarah ke atas namanya. Dan setelahnya Xander sudah mengambil amplop di depannya. Xander bangkit berdiri dan melepaskan jasnya lalu meletakkan di bahu Audrey. Saat dia berjalan dia meletakkan sebuah kartu hitam di meja.
"Pakailah sesuka hatimu! Dan kalau sampai luka di punggungmu bertambah, maka aku akan membuat perhitungan dengan mereka!" ucap Xander sambil berjalan meninggalkan Audrey yang bengong di tempatnya.
Sepeninggalan Xander, Audrey masih melanjutkan sarapannya dan menghabiskan makanan yang sudah di sediakan, karena tadi Xander tidak banyak makan makanannya. Baru setelah itu Audrey bangkit berdiri dan berencana kembali ke kediaman Lee. Tapi dia cukup terkejut melihat Jose yang berdiri di dalam kamar itu seolah menunggunya.
"Apakah kamu menungguku tuan?" tanya Audrey
Jose tersenyum tipis dan mengangguk, "Benar nona. Tuan meminta saya mengantarkan anda."
Audrey mengerjapkan matanya, "Aku bisa naik taksi kok"
"Maaf nona, tidak bisa. Tuan sudah mengaturnya. Setelah ini kemana pun anda pergi akan di antarkan oleh satu supir. Tuan sudah menyediakan mobil khusus untuk anda dan juga supirnya" ucap Jose lagi
Audrey menghembuskan nafasnya, apakah dia akan dipenjara lagi? Tapi dia tak ingin berdebat.
Jadi Audrey mengangguk dan berjalan lebih dulu lalu Jose berjalan di belakangnya. Audrey melangkah masuk ke lift dengan Jose yang tetap mengekorinya.
"Apakah benar yang dikatakan tuan Xander?"
tanya Audrey memecah keheningan
Jose menaikkan alisnya, "Maaf nona? Apa yang benar?"
"Aku tidak ada maksud membicarakan tuan di belakangnya ya! Hanya saja ucapannya sedikit tidak masuk akal. Dia mengatakan bahwa dia tidak dapat bersentuhan dengan lawan jenis. Apakah benar?" tanya Audrey lagi
Biar bagaimana pun Audrey tetaplah bocah berusia sembilan belas tahun yang penuh dengan jiwa penasaran. Mendengar pengakuan Xander tentu saja tidak lantas membuat seorang Audrey percaya begitu saja. Dia tidak pernah menjumpai yang seperti itu, apakah yang dikatakan Xander hanya akal - akalannya saja? Dan bagaimana bisa pria itu dengan mudahnya mencekik orang lain dan nyaris membuatnya kehilangan nyawanya.