Mohon bijak dalam membaca, jangan lompat Bab dan blom like ya ...😘
Qyana Selyana Putri, gadis cantik yang mengalami transmigrasi kedalam tubuh seorang gadis yang bernama Astara Kalyana Rayder, gadis cantik yang menjadi kesayangan kelima kakak laki-lakinya.
Meski begitu, Astara tidak merasa bahagia, apalagi sejak dia kehilangan kedua orangtuanya saat dia masih berusia sepuluh tahun, Astara merasakan kehampaan di dalam hidupnya, hingga membuatnya tidak lagi memiliki semangat untuk hidup.
Namun hal itu tidak pernah dia perlihatkan di hadapan kelima kakaknya, hingga suatu malam, setelah pembicaraan dia dengan seorang wanita, kekasih dari Sang kakak pertama. Setelahnya, Astara memutuskan untuk mengakhiri hidupnya.
Hilangnya jiwa Astara, rupanya membuat raga itu di isi oleh jiwa Qyana yang pada saat yang sama telah di bunuh oleh sahabatnya sendiri.
Tak rela dengan takdir hidupnya yang seperti itu, Qyana memutuskan untuk menerima hidupnya yang kedua menjadi Astara.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon @Adiramanis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 14
@@@@@@
**Keesokan harinya di Mansion Ravandra**.
![](contribute/fiction/9679342/markdown/47582453/1735205117447.jpeg)
Setelah membawa Astara pergi dari tempat penyekapan waktu itu, Ravandra langsung membawa Astara menuju kediamannya, tanpa memperbolehkan Astara untuk pulang kerumahnya.
"Mau sampai kapan kamu akan mengurungku di sini?," ucap kesal Astara pada Ravandra yang sedari tadi hanya diam sambil memperhatikan Astara menyelesaikan sarapannya.
"Aku tidak sedang mengurungmu, aku hanya sedikit menunda kamu untuk pulang lebih cepat," jawab Ravandra sambil tersenyum pada Astara.
"Bukankah itu sama saja, setidaknya pinjamkan aku ponselmu agar aku bisa menghubungi kakakku,"
"Tidak boleh," jawab cepat Ravandra.
"Jika kamu menghubungi mereka, maka mereka akan langsung menjemputmu, dan aku tidak suka jika kamu pergi dari sini secepat itu," ucap Ravandra menambahkan.
"Wajar saja jika mereka menjemputku, itu karena mereka adalah kakakku,"
"Memang mereka benar kakakmu, kenapa aku tidak pernah tahu mengenai dirimu?," penasaran Ravandra mengenai identitas Astara sebenarnya.
"Tentu saja kamu tidak tahu, karena mereka sengaja menyembunyikan identitasku,"
" Oo ... begitu," ucap Ravandra mengangguk mengerti.
Sebab, Ravandra sangat paham alasan kenapa identitas Astara di sembunyikan, hal itu pasti dikarenakan ada yang sedang mengincar nyawa Astara.
"Sudah tidak ada pertanyaan lagi bukan, jadi ... bisa aku pulang sekarang," harap Astara pada Ravandra agar memperbolehkan Astara untuk pulang.
Karena dia tahu jika kelima kakaknya pasti sedang mengkhawatirkan dirinya, dan dia juga tidak ingin jika mereka akan bertemu dengan Ravandra secara langsung.
Setidaknya untuk saat ini, Astara ingin jika Ravandra tidak pernah bertemu dengan kelima kakaknya, terutama Ashlan yang menurut Astara adalah orang paling berbahaya diantara kakaknya yang lain.
"Tetap tidak bisa,"
"Tsk ... apa hakmu mengaturku sampai seperti ini, aku hanya ingin pulang, lagipula kamu itu hanya orang asing yang kebetulan menyelamatkan diriku!!" Ucap Astara yang tanpa sadar meninggikan suaranya.
Hal yang pertama kalinya Ravandra dengar jika ada orang yang berani meninggikan suaranya saat berhadapan langsung dengannya. Namun, bukannya marah atas perkataan Astara barusan, Ravandra justru tersenyum saat melihat Astara yang terlihat marah padanya.
"Jika begitu ayo kita menjalin hubungan, atau kamu mau kita bertunangan sekalian, atau mungkin kita bisa menikah," ucap Ravandra tanpa berhenti tersenyum melihat Astara yang semakin kesal padanya.
"Dasar gila, memang kamu pikir menjalin hubungan itu hal yang mudah, jika tidak ada ke cocokkan satu sama lain bagaimana?, yang ada kamu akan selalu tersakiti karena pasanganmu selalu mengabaikan dirimu," ucap Astara yang merasa pusing dengan pola pikir Ravandra.
"Kupikir itu bukan masalah yang serius, selagi aku masih mencintaimu, aku yakin kelak kamu juga akan mencintaiku," jawab Ravandra penuh dengan keyakinan.
Dan sepertinya, sekarang Astara harus diam. Sebab, dia tidak tahu lagi apa yang harus dia katakan pada Ravandra yang selalu penuh keyakinan dalam setiap tindakannya.
Melihat Astara yang diam tanpa bicara padanya lagi, membuat Ravandra tersenyum sambil meraih tangan Astara, dan mengoleskan salep pada pergelangan tangan Astara yang masih membekas biru akibat ikatan tali yang terlalu kencang.
Astara yang diperlakukan lembut oleh Ravandra, merasa sedikit tersentuh, dan berpikir jika hal itu adalah pertama kalinya ada orang yang begitu perduli dengan dirinya.
Sangat berbanding terbalik dengan kehidupannya yang dulu sebagai Qyana, yang dengan naifnya dia berpikir jika pria pilihannya akan bisa membuat dia bahagia, namun nyatanya dia malah membuat jiwa Qyana selalu bekerja keras, hingga berakhir dirinya yang sekarang ada di raga Astara.
"Kamu menangis?," ucap Ravandra sambil menyentuh pipi Astara yang entah sejak kapan sudah basah oleh air mata.
Astara yang sadar jika dia meneteskan air mata, berniat ingin menghapus jejak air mata itu dengan tangannya, namun ditahan oleh Ravandra yang secara lembut membersihkan jejak air mata di pipinya.
"Apa aku membuatmu menangis?, jika seperti itu maafkan aku," sesal Ravandra sambil menatap lekat Astara.
Astara yang melihat Ravandra terlihat menyesal karena sudah membuat dirinya menangis terlihat tersenyum, saat Ravandra tidak tahu jika alasan dia menangis karena teringat masa lalu yang sangat menyakitkan bagi dirinya.
"Aku tidak apa-apa, lagipula kamu tidak salah," ucap Astara yang tanpa sadar tersenyum pada Ravandra.
Senyuman yang membuat Ravandra langsung mengeklaim Astara menjadi miliknya.
"Apa kamu tahu, aku tidak pernah bercanda dengan apa yang ku ucapkan Astara,"
"Jadi ... pikirkan dengan baik apa jawabanmu nanti," ucap Ravandra lagi sambil mengusap sayang kepala Astara.
Dan Astara yang di perlakukan seperti itu merasa sedikit bimbang dengan apa yang akan dia jawab nantinya, namun entah mengapa dia merasa nyaman bersama dengan Ravandra, sangat berbeda saat dia bersama dengan kekasihnya di kehidupannya yang dulu.
\*\*\*
**Lapangan golf**.
Seorang pria paruh baya terlihat sedang menikmati waktu bermain golf bersama dengan rekan kerjanya.
Dan saat dia sedang asik becengkrama dengan rekan kerjanya, dia melihat orang kepercayaan-nya datang dan berdiri tak jauh dari dirinya.
Merasa penasaran dengan berita yang dibawa oleh orang kepercayaan-nya, pria itu berjalan menghampiri seorang pemuda yang sudah lama bekerja dengannya tersebut.
"Berita apa yang kamu bawa kali ini Gery?," tanya pria itu setelah dia berada dekat dengan pemuda itu.
" Apa keponakan ku sudah memutuskan akan melakukan sesuatu pada keluarga Arsalan?," ucapnya lagi sambil menyalakan sebatang rokok yang di berikan Gery barusan.
"Sejauh ini belum ada pergerakan dari Tuan Muda Ashlan, tapi saya mendengar kabar lain mengenai keponakan perempuan Anda,"
"Maksudmu Astara?,"
"Memangnya apa yang terjadi dengan si lemah itu?," penasaran dirinya mengenai keponakan yang dirahasiakan identitasnya.
"Kemarin dia baru saja di culik oleh mantan kekasih Tuan Ashlan,"
"Benarkah, lalu apa yang terjadi dengannya,"
"Sepertinya dia baik-baik saja Tuan, karena ada orang yang berhasil menyelamatkan Nona sebelum mereka melukainya,"
"Sayang sekali,"
"Apa Anda tidak penasaran mengenai orang yang menolong Nona Astara,Tuan?,"
Mendengar pertanyaan Gery barusan, membuat pria paruh baya itu menaikkan alisnya bingung. Sebab, yang dia pikirkan sekarang adalah, siapa lagi orang yang akan menyelamatkan Astara selain saudara laki-lakinya.
Hal yang sangat wajar yang ada di pikirannya, namun rupanya hal itu tidak sama dengan apa yang sedang dia pikirkan sekarang.
"Memangnya siapa, bukankah Ashlan atau Tristan yang akan menyelamatkan adik kesayangan mereka?," tanya penasaran pria itu.
"Bukan, tetapi ..." ragu-ragu Gery yang ingin mengatakan kebenarannya.
"Siapa Gery,"
"Tuan Ravandra,"
Mendengar kata Ravandra yang di ucapkan oleh Gery, membuat pria itu kemudian tertawa, dan melihat kearah asistennya yang terlihat bingung dengan perilakunya tersebut.
"Bukankah semuanya akan berjalan lebih mudah mulai sekarang Gery, jika seperti ini, aku tidak perlu lagi menghasut keponakan ku yang bodoh itu, karena mereka akan saling serang dengan sendirinya tanpa aku harus turun tangan," sambil menyeringai bak seorang predator yang menunggu buruannya.
**TBC**
/Hey//Hey//Hey/