Mencari Daddy Sugar? Oh no!
Vina Rijayani, mahasiswi 21 tahun, diperhadapkan pada ekonomi sulit, serba berkekurangan ini dan itu. Selain dirinya, ia harus menafkahi dua adiknya yang masih sangat tanggung.
Bimo, presdir kaya dan tampan, menawarkan segala kenyamanan hidup, asal bersedia menjadi seorang sugar baby baginya.
Akankah Vina menerima tawaran Bimo? Yuk, ikuti kisahnya di SUGAR DATING!
Kisah ini hanya fantasi author semata😍
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Payang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24. Hukuman Untuk Riska
"Bulan ini, para tamu hotel kita meningkat pesat dari bulan lalu Tuan, bahkan mencapai nilai tertinggi, 97 persen, selama Viktoria Hotel ini berdiri," Harry Gunawan, sang manager operasional hotel tersenyum bangga.
"Tuan Gunawan benar, terima kasih atas kerja kerasnya selama ini," Bimo menutup berkas laporan Gunawan yang diberikan padanya, dan menggesernya kesebelah kanan meja setelah selesai membacanya.
"Tidak perlu berterima kasih Tuan, ini memang tugas saya sebagai salah satu pegawai hotel ini," Gunawan merendah.
Bimo melonggarkan dasinya, lalu meneguk air mineral miliknya yang tinggal setengahnya.
"Beberapa hari ini, saya tidak melihat mobil operasional milik tuan Gunawan terparkir di area parkir para manager. Dari security, saya mendengar tuan Gunawan memang tidak membawa mobil beberapa hari ini, malah naik taxi online. Benar begitu? Kenapa?" Bimo menatap lekat.
"I-iya Tuan, m-maafkan saya. Beberapa hari ini, Riska putri saya meminjamnya, karena pagi-pagi sekali dia harus ada dikampus. Kegiatan orientasi mahasiswa baru di kampus yang memaksa seorang anggota HiMa seperti putri saya tidak boleh datang terlambat," gugup Gunawan memberi alasan yang sebenarnya.
"Besok pagi, mobil operasional pegawai milik tuan Gunawan itu harus ada dikantor ini. Mobil itu hanya digunakan untuk operasional pegawai hotel, bukan anggota keluarga pegawai hotel. Mengerti?" tekan Bimo.
"S-saya mengerti Tuan." Gunawan tidak berani mengungkapkan bila putrinya memang sudah acap kali menggunakan mobil operasional kantor selama ini.
"Bagus," tandas Bimo.
"Sudah 21 tahun tuan Gunawan menempati rumah dinas pegawai hotel dikawasan Viktoria Villa, dan saya yakin selama itu, tidak mungkin tuan Gunawan tidak memiliki tabungan untuk membeli rumah baru."
"Saya beri kesempatan dalam satu minggu kedepan untuk mengosongkannya, karena hunian yang tuan Gunawan tempati akan saya alihkan pada pegawai lainnya lagi, supaya mereka bisa menabung untuk bisa membeli rumah baru."
"B-baik Tuan," Gunawan menelan ludahnya dengan susah payah, dirinya hanya bisa patuh.
Seharusnya, kurang lebih lima tahun lalu ia memang harus keluar dari hunian Viktoria Villa, rata-rata pegawai hanya diberi kesempatan 15 tahun saja untuk menempatinya, setelah itu wajib memiliki rumah tinggal sendiri.
"Satu lagi, putrimu yang bernama Riska Gunawan, mulai hari ini tidak boleh menginjakan kakinya di Viktoria Hotel, termasuk menggunakan segala fasilitas yang ada hubungannya dengan Viktoria group," tegas Bimo lagi, membuat Gunawan tercekat mendengarnya.
"Tuan, kesalahan apa yang telah putri saya lakukan?" Gunawan mulai mengerti, dia yakin putrinya sudah melakukan sesuatu kesalahan yang besar sampai bos besarnya bertindak tegas seperti itu.
"Sebagai seorang laki-laki, tidak pantas kita bergosip. Tapi sebagai pejuang sejati di Viktoria group, yang berkerja keras demi menafkahi keluarga, saya hanya mengingatkanmu tuan Gunawan." Bimo masih menatap lekat wajah pegawainya itu.
"Didik putrimu dengan baik. Jika tidak, putri tunggalmu itu bisa menjadi sumber kehancuranmu. Tuan Gunawan akan kalah banyak dalam hidup ini, semua yang tuan Gunawan perjuangkan dan kumpulkan di masa produktif akan sia-sia, habis tanpa bekas."
"Dan saat itu tiba, saat tuan Gunawan tidak produktif lagi, tidak menghasilkan lagi, dan tidak berguna lagi, bukan tidak mungkin tuan Gunawan akan dibuang bagai sampah ke dinas sosial panti jompo."
Gunawan terhenyak. Mendadak hatinya diliputi rasa cemas, mengingat apa yang pernah ia lakukan pada sang ayah. Dari kelima saudaranya, termasuk dirinya, tidak ada yang bersedia mengurus ayahnya yang tua renta, hingga berujung mereka mengirim sang ayah mereka ke dinas sosial panti jompo.
...***...
"Berikan kunci mobilnya pada Papi," Gunawan menadahkan tangannya pada Riska yang sedang buru-buru berangkat kuliah.
"Ih, Papi apaan sih, Riska bisa terlambat tau!" tolak Riska dengan wajah manyun, sambil mengenakan sepatu cat miliknya.
"Cepat, berikan pada Papi!" sentak Gunawan dengan sorot berapi.
Bukan hanya Riska, Lolita sang isteri sampai terlonjak kaget karenanya.
"Papi kenapa sih! Pagi-pagi udah teriak-teriak nggak jelas!" Lolita mengomel, jus buahnya sampai tumpah menimpa dress mahalnya.
"Tanyakan pada putri kesayangan Mami ini! Apa yang sudah ia lakukan sampai tuan Bimo menarik semua fasilitas kantor termasuk villa yang sedang kita huni ini? Dan mulai hari ini kita diperintahkan keluar dari sini!"
"Sayang... Apa yang kamu lakukan?" Lolita mendekati Riska. Riska yang sudah pucat pasi tidak berdaya saat Gunawan merebut paksa kunci mobil dari tangannya.
"Pap, Papi tidak sarapan dulu?" Lolita memanggil sang suami yang berlalu begitu saja tanpa pamit.
"Tidak perlu!" ketus Gunawan.
"Dan satu hal lagi, putrimu Riska tidak boleh lagi menginjakan kakinya di Viktoria Hotel, Viktoria Resort, Viktoria Bank, pokoknya semua Viktoria Group!"
Dalam pelukan sang Mami, Riska hanya bisa menangis menyesali diri.
Menyesal karena tidak mengindahkan peringatan Bimo saat mereka berada di butik waktu itu.
Bersambung...✍️
Pesan Moral : Siapa menabur, dia pula yang menuai. (By. Author Tenth_Soldier)
🤣