Senja dan Fajar, dua murid pintar yang selalu bersaing di peringkat teratas.
Namun, perbedaan status sosial membuat hubungan mereka dipenuhi rintangan. Maminya Fajar tidak menyukai Senja, gadis yatim piatu dari panti asuhan, dan akan melakukan apapun untuk memisahkan keduanya.
Mampukah Senja dan Fajar mempertahankan hubungan mereka, atau akankah semua berakhir tragis?
Baca dan temukan jawabannya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon qinaiza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11. Ayo Berteman
Kini Senja tengah menunggu dengan hati berdebar. Ia berharap bisa memenangkan lombanya. Fajar, cowok itu menatap Senja yang sedari tadi mulutnya komat-komit seperti sedang membaca mantra.
Bu Ana yang menjadi pendamping mereka berdua mendekat, lebih tepatnya ke arah Senja. Mengelus pundak siswinya itu yang kini tengah gelisah.
"Ibu percaya kok kalo kamu bisa memenangkannya, dan juga membuat harum nama sekolah kita." ucapnya sembari mengulas sebuah senyuman.
Senja menjadi sedikit lebih tenang, karena perkataan wali kelasnya barusan. Kepercayaan yang diberikan kepadanya, sungguh membuatnya merasa beruntung.
"Bagi para peserta lomba fisika tahun 2020 diharapkan kembali ke aula untuk pengumuman juara !!" seru sang panitia.
Siswa-siswi segera berhamburan dan berbaris rapi. Di podium, sudah ada
perwakilan dari kepala sekolah lain yang akan mengumumkan siapa pemenang lombanya.
"Baik, saya akan mengumumkan pemenang lomba fisika tahun 2020 adalah... " para peserta menanti dengan was-was.
"Selamat kepada Revira dan Juna dari SMA Bangsa. Kalian meraih juara ketiga dengan hadiah sebesar 4 juta rupiah."
"Prok prok prok prok" suara tepuk tangan memenuhi aula.
"Untuk juara kedua, selamat kepada Riska dan Fian dari SMA Merpati, dengan hadiah sebesar 6 juta rupiah."
"Prok prok prok prok"
"Dan inilah juara pertama yang sudah ditunggu-tunggu. Selamat kepada..." lagi-lagi sang kepala sekolah menjeda ucapannya. Membuat semua yang menunggu tak berhenti untuk gelisah.
"Senja dan Fajar dari SMA Cempaka dengan hadiah 10 juta rupiah."
Saat itu juga, Senja tidak bisa menyembunyikan perasaan senangnya. Ia tiba-tiba saja menggenggam tangan Fajar yang memang saat itu bersebelahan dengannya.
Gadis itu mengayunkan tangan Fajar dan tersenyum senang ke arahnya.
"Fajar, kita menang." ujar Senja yang dibalas cowok itu dengan sebuah senyuman.
Sebenarnya Fajar sempat terkejut dengan reaksi Senja. Namun ia tak mau mengacaukan suasana dan memilih diam menikmatinya. Tak bisa dielak, bahwa dirinya entah kenapa merasa nyaman dengan genggaman tangan Senja.
Beberapa menit kemudian Senja tersadar dan melepaskan genggaman tangannya pada Fajar. Ia tersenyum canggung kepada cowok itu.
"Maaf ya, gue lancang pegang-pegang tangan lo." melihat ekspresi gadis itu yang malu-malu membuat Fajar gemas sendiri rasanya.
"Gak papa kok" ucapnya sembari mengacak puncak kepala Senja.
Hingga akhirnya sebuah suara menginterupsi.
"Nama-nama yang sudah disebutkan tadi, dipersilahkan untuk maju ke podium."
Ya, untuk apalagi kalau bukan menerima hadiah dan memberikan beberapa patah kata sebagai juara lomba. Hal itu tentunya sudah tidak asing dilakukan dalam setiap ajang perlombaan.
...🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺...
"Fajar"
"Hm"
Kini keduanya sudah berada di sekolah, tepatnya kelas mereka berdua. Setelah bercakap-cakap dan berfoto dengan beberapa guru termasuk wali kelasnya, Senja dan Fajar undur diri.
"Ini buat lo" Senja memberikan uang 5 juta kepada Fajar, hadiah lomba fisika yang diikuti keduanya. Namun tak disangka, cowok itu mengembalikannya.
"Nggak usah, buat lo aja."
"Tapi ini usaha kita berdua, masa lo gak mau nerima sih ?" tanya Senja tidak habis pikir.
"Gue gak mau pokoknya. Itu buat lo aja. Oh ya, gue juga ada sesuatu buat lo." Fajar mengeluarkan sebuah amplop dalam tasnya dan memberikannya kepada Senja.
"Ini apa ?"
"Buka aja"
Senja terkejut melihat banyak uang seratus ribuan di dalam amplop tersebut. Gadis itu memicingkan matanya, mencoba mencerna tindakan cowok yang ada dihadapannya sekarang ini.
"Maksud lo apa, gak mau nerima uang hadiah lombanya dan malah ngasih gue uang lagi ?!" tanya Senja dengan mukanya sekarang yang tidak bisa dikatakan selow lagi.
"Please jangan marah, dengerin gue dulu. Gue waktu itu gak sengaja ngikutin lo pulang ke rumah, dan gue denger semuanya. Gue tau lo lagi butuh uang."
"Denger ya, gue gak butuh lo buat ngasihanin gue."
Tidak perlu dijelaskan lagi, tentu saja Senja marah. Apa-apaan cowok itu dengan seenaknya berlaku seperti itu. Ia tak mau dianggap orang lain sebagai manusia menyedihkan yang harus dikasihani. Ia masih mampu kok melunasi uang sewa bulanan dengan hasil jerih payah sendiri. Ia juga akan berjuang sekuat tenaga untuk hal itu.
"Nggak ada maksud gue buat ngasihani lo. Gue emang bener-bener pengen bantuin lo kok."
"Tetep aja gue gak suka"
"Lo boleh ngembaliin uangnya ke gue kapanpun, tapi untuk sekarang lo pakai dulu aja."
"Kan masih ada uang lomba buat gue lunasin sewa bulanannya."
"Jangan, mending uang lombanya buat lo pakai sehari-hari."
"Tapi... "
"Please" mohon Fajar agar Senja tidak menolak bantuannya kali ini.
Senja menatap Fajar dalam. Ia temukan ketulusan dari tatapan cowok itu. Membuatnya mau tak mau menerima bantuan tersebut.
"Huh, oke. Gue terima bantuan dari lo."
"Nah gitu dong" Fajar tak bisa menyembunyikan senyumannya saat gadis itu akhirnya mau menerima bantuan darinya.
"Tapi beneran kan, lo bakal nerima uangnya kalo gue balikin ntar saat udah punya uang ?" tanya Senja memastikan kembali.
"Pasti. Lo bisa balikin ke gue kapanpun saat lo udah ada uangnya." Senja mengangguk mengerti dan diam-diam dirinya kagum akan kebaikan Fajar.
"Oh ya satu lagi"
"Apa ?"
"Mulai saat ini ayo berteman" ajak Fajar sembari mengacungkan jari kelingkingnya ke arah Senja yang membuat gadis itu kini tercengang.
"Ha" hanya itu yang mampu Senja keluarkan sebagai reaksi. Ia masih bingung tentu saja.
Hal itu membuat Fajar langsung saja meraih kelingking Senja dan menautkannya dengan jari kelingkingnya sendiri.Senja sendiri hanya menurut saja, ia tak tau harus berbuat apa lagi.
"Kalo lo ada masalah, lo bisa cerita sama gue kapanpun itu. Jangan sungkan-sungkan, dan sebisa mungkin gue akan bantu lo."
Senja senang ? Tentu saja ia senang. Bagaimana tidak, setelah lama ia tak punya seseorang yang peduli yang bisa dianggap sebagai teman, kini ia memilikinya. Sama seperti yang lain, dirinya juga ingin merasakan yang namanya becanda dengan teman, berbagi masalah, namun tidak dengan dirinya kala itu. Ia hanya mampu berteman dengan sepi dan memendam masalahnya dalam-dalam. Bercerita pada Bunda nya pun tak mungkin, ia tak mau menambah beban pikiran untuk sang Bunda.