NovelToon NovelToon
Takdir Alina

Takdir Alina

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Beda Usia / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Alin26

Di pagi hari yang cerah tepatnya di sebuah rumah sederhana terlihat seorang gadis yang bernama Alina Astriani atau kerap di panggil Alin.

Saat ini Alin sedang bersembunyi di balik selimutnya. Dia enggan membuka mata dari tidur yang sangat nyenyak. Hingga terdengar suara keributan yang membuatnya harus bangun dari tidurnya.

"Ih, siapa, sih, yang ribut pagi-pagi di rumah orang gini, ganggu aja orang lagi mimpi indah juga," ucapnya kesal. Lalu Alin pun keluar dari kamarnya menuju arah suara keributan tersebut yang ada di ruang tengah rumahnya.

"Cepat kasih tau pada kami di mana kau sembunyikan anakmu!" teriak seorang pria yang mengenakan jas sambil mencengkram kerah baju seorang pria paruh baya.

"Nggak akan. Saya nggak akan menyerahkan anak saya. Apapun yang akan kalian lakukan, saya tidak peduli!"

Karena merasa kesal pria berjas tersebut mendorong pria paruh baya itu ke lantai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alin26, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 15

Sementara di tempat lain, terlihat Al yang sedang disibukkan dengan berkas-berkas penting yang harus dia tanda tangani.

"Masih banyak nggak, Ja?" tanya Al yang melihat Raja kembali masuk ke ruangannya dengan membawa berkas yang bertumpuk.

"Iyalah! Lo nggak lihat gue bawa setumpuk lagi?" sungut Raja yang menaruh setumpuk berkas itu di depan Al.

"Huuftb! Capek gue, Ja. Duduk dulu yuk." Al duduk di sofa yang ada di ruangannya, mengajak Raja untuk santai sejenak dari pekerjaan yang melelahkan.

"Gila! Masih pagi gini udah capek gue," keluh Raja yang duduk di samping Al.

"Kenapa juga, sih, lo, Al, nyuruh gue ke kantor pagi gini? Gue, kan, mau ngantar Alin kuliah," protesnya sedikit kesal.

Kemarin Raja sudah terlanjur berjanji pada Alin akan menjemput dan mengantarnya ke kampus. Namun, di perjalanan Al langsung menelepon dan meminta untuk segera ke kantor karena pekerjaan menumpuk sudah menanti.

"Lo nggak lihat kerjaan banyak gini? Lagian percuma lo ke rumah jemput dia," ucap Al tanpa sadar.

"Maksud lo apa, Al?" Raja menatap penuh kebingungan ketika Al baru saja berucap demikian.

Al pun segera mencari sebuah alasan yang tepat. "Karena dia nggak ada di rumah gue, di lagi minta izin pulang kampung," ujar Al setelah mendapatkan alasan yang pas dan yakin bahwa Raja akan percaya.

"Hah! Pulang kampung? Pulang kampungnya ke mana?" tanya Raja kaget. Entah bagaimana nasibnya jika Alin pergi tanpa pamit padanya.

"Mana gue tau, tanya aja sama orangnya langsung."

"Lo benar juga. Ya udah, gue telepon dia bentar." Lalu Raja langsung menelpon nomor Alin.

"Gimana? Di angkat nggak?" tanya Al yang melihat perubahan wajah Raja yang tampak kecewa.

"Kaga, nomornya kaga aktif," lirih Raja sedih.

"Gimana nggak aktif, orang HP-nya ada di gue," batin Al yang diam-diam memegangi saku jasnya yang terdapat ponsel Alin di dalamnya.

"Udah, nggak usah sedih. Ayo lanjut kerja lagi, masih banyak nih." Al pun kembali melanjutkan pekerjaannya.

Beberapa saat kemudian, dering notifikasi masuk ke ponsel Al. Dia pun segera membaca pesan tersebut.

[Sayang, nanti aku ke kantor, ya]

[Mau ngapain?]

[Aku mau ngajak kamu makan malam berdua, kamu mau, kan?]

[Iya, apa sih yang nggak buat kamu]

[Daah, Sayang. Sampai ketemu nanti malam]

Al menatap chatnya dengan Bella.

"Maafin gue yang harus pura-pura cinta sama kamu, Bel, karena cinta ini selamanya hanya untuk cinta pertama aku. Aku ngelakuin ini nggak lebih hanya untuk balas budi ke kamu, karena kamu pernah nyelamatin nyawa aku," batin Al kemudian melanjutkan pekerjaannya.

***

Setelah membersihkan rumah Al yang cukup besar, kini Ara terlihat sedang duduk di kurs meja makan.

"Huufhh, capek banget," keluh Alin sambil menyeka keringat di dahinya.

Kruk! Kruk! Kruk!

Perut Alin berbunyi, cacing di dalam sana sudah berdemo untuk minta diisi.

"Aduh, udah lapar aja nih perut aku. Aku masak aja kali, ya, buat makan siang? Udah jam segini juga," gumam Alin sambil melihat jam dinding yang sudah menunjukan angka 12.

"Ya Udah, deh, aku masak aja dari pada kelaparan." Kemudian dia berjalan ke arah kulkas, mencari bahan makanan untuk dia masak. Namun, ternyata kulkas tersebut kosong, tidak ada satupun bahan makanan atau sesuatu yang bisa di makan di sana. Hanya ada beberapa botol jus dan minuman dingin.

"Yah, kosong.. Pak Al lupa kali, ya, beli bahan makanan? Kalau kayak gini, aku makan apa coba? Masa iya makan air. Aku juga nggak bisa keluar lagi dari sini, bisa mati kelaparan nih kalau kayak gini."

Dengan wajah sedihnya, Alin melangkah meninggalkan dapur dan berjalan menuju kamarnya. Dia memilih untuk tidur siang, berharap rasa laparnya hilang saat dia tidur nanti.

***

Seperti yang sudah di katakannya pada Al lewat chat tadi pagi, Kini, Bella sudah tiba di kantor Al untuk mengajaknya makan malam bersama. Al yang melihat Bella di lobby pun segera menghampirinya.

"Hai, Sayang?" sapa Bella yang langsung memeluk Al dengan manja.

"Kita jalan sekarang?"

"Ayo! Tapi aku yang milih, ya, restorannya?"

"Terserah kamu, yang penting kamu bahagia."

Mereka pun masuk ke dalam mobil lalu Al melajukan mobilnya menuju restoran yang di inginkan Bella.

Beberapa menit kemudian, akhirnya mereka pun tiba di sebuah restoran termewah di Jakarta. Setelah memesan makanan, mereka berdua segera menyantap makanannya.

"Gimana, enak nggak?" tanya Al sambil tersenyum melihat Bella yang lahap memakan makanannya.

"Enak banget, Sayang. Makasih, ya, kamu udah mau makan malam sama aku, aku senang banget hari ini," ujar Bella yang membalas senyuman Al.

.

"Baguslah kalau gitu, kalau kamu senang, aku juga ikut senang," balas Al yang membelai rambut Bella.

Setelah selesai makan, Al pun membayar makanan mereka. Setelah selesai, mereka berjalan menuju mobil. Namun, saat akan masuk, sebuah pesan masuk ke ponsel Bella, dengan cepat dia pun segera membaca isi pesan tersebut.

"Ngapain dia ngajak gue ketemuan sekarang? Gimana, ya, caranya biar gue bisa pergi dan Al nggak curiga?" batin Bella seraya melirik Al yang tengah memasang sabuk pengaman.

"Kenapa? Kok, kamu bengong? Emang pesan dari siapa?" tanya Al yang mendapati Bella tengah menatapnya ragu.

"A---anu, da---dari teman aku," jawab Bella gugup, takut Al mencurigai dirinya.

"Emang teman kamu kenapa?"

"Dia ngasih kabar kalau saudara meninggal. Aku boleh, kan, ke rumahnya, Sayang? Aku pengen ada di samping dia sekarang, soalnya dia nggak punya siapa-siapa selain aku, boleh, y?" ucap Bella seraya menunjukkan wajah sedihnya.

"Boleh kok. Ya Udah, aku antar kamu, ya?"

"Nggak usah, Sayang, kamu pasti capek seharian di kantor. Biar aku naik taxi aja."

Bella keluar dari mobil Al lalu memberhentikan taxi yang lewat.

"Kamu hati-hati, ya, di jalan," pesan Bella lalu masuk ke dalam taxi.

Setelah kepergian Bella, Al memutuskan untuk melajukan mobilnya. Namun, sebelum menyalakan mobilnya, Al tak sengaja melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Tiba-tiba dia teringat dengan Alin.

"Astaga, udah jam segini. Apa dia udah makan, ya?" gumam Al.

"Argh! Kok, gue jadi mikirin dia, sih? Harusnya gue nggak peduli dia kelaparan atau nggak," lanjutnya sambil mengusap wajah dengan kasar, bingung dengan perasaannya sendiri.

Setelah Al terdiam cukup lama, akhirnya dia keluar dari mobilnya dan kembali masuk ke dalam restoran dan memesan makanan untuk di bawa pulang.

***

Sementara di sisi lain, terlihat Alin yang sedang mondar-mandir di kamarnya sambil memegangi perutnya yang sudah kelaparan sejak tadi siang.

"Gimana ini, aku udah lapar banget, apa aku keluar aja, ya, cari makan? Tapi kalau Pak Al tau gimana? Bisa-bisa dia marah dan nyakitin aku lagi kalau dia tau aku keluar dari rumah," ucap Alin bingung.

"Aku keluar aja deh, dari pada kelaparan kayak gini, semoga aja Pak Al belum pulang," ucapnya lagi.

Tanpa menunggu lama, Alin segera menyambar jaketnya dan keluar dari rumah. Namun, baru beberapa langkah, sebuah mobil terlihat memasuki halaman rumah.

"Pak Al?" gumam Alin kaget saat melihat Al keluar dari mobilnya.

"Mau kemana kamu?" tanya Al datar sambil menatap Alin dengan tajam.

"Sa---saya cu---cuma mau cari makan, Pak, so---alnya sa---saya belum makan sejak tadi siang," ucap Alin terbata-bata sambil menunduk ketakutan.

"Sudah saya bilang bukan, jangan pernah keluar dari rumah ini tanpa izin saya, ngerti!"

"Tapi...." Ucapan Alin terhenti saat tangan kanan Al menarik tangannya untuk kembali masuk ke dalam rumah.

"Pak, saya minta maaf, Pak, saya cuma mau cari makan doang, tolong jangan sakiti saya lagi, Pak," mohon Alin saat Al melepaskan tangannya dengan kasar. Tak terasa air matanya pun jatuh, ia takut Al akan melakukan kekerasan lagi padanya.

Namun, dia bingung saat melihat Al yang hanya duduk di sofa tanpa melakukan sesuatu padanya.

"Cepat ambilin saya piring sama sendok, saya mau makan sekarang," suruh Al yang meletakkan kantong plastik yang berisi makanan di atas meja.

"Baik, Pak." Tak mau membuat Al marah, Alin lalu menghapus air matanya lalu pergi ke dapur meninggalkan Al untuk mengambil apa yang dia minta.

"Gimana, ya, caranya biar gue kasih makanan ini ke dia? Masa gue harus bilang kalau gue beli makanan ini buat dia? Yang ada, dia malah mikir yang enggak--enggak lagi," batin Al yang menatap Alin yang berjalan menuju dapur.

Tak lama Alin pun kembali membawa apa yang Al minta.

"Ini, Pak," ucap Alin menaruh piring dan sendok di atas meja.

Al hanya berdehem. Tiba-tiba sebuah ide muncul di otak Al, dia pun segera menjalankan idenya itu.

"Awh, aduh!" Al meringis sambil memegang perutnya. Alin yang melihatnya pun mendadak khawatir.

"Pak Al kenapa?" tanya Alin.

"Perut saya sakit banget. Saya mau ke kamar dulu," jawab Al beranjak dari duduknya.

"Tapi makanannya gimana, Pak?"

"Saya nggak peduli, bawa aja ke dapur. Buang aja atau kamu makan aja kalau mau." Setelah itu Al berjalan meninggalkan Alin yang berdiri mematung menatap makanan yang menggiurkan di hadapannya.

Alin pun membawa makanan itu ke dapur lalu meletakkannya di atas meja makan.

"Masa makanan seenak ini mau di buang, kan sayang. Tapi kata Pak Al, aku boleh makan makanan ini. Ya Udah deh, aku makan aja dari pada di buang," gumam Alin lagi lalu diapun memakan makanan itu.

Tanpa di sadari oleh Alin, Al sedang memperhatikannya dari balik dinding sambil tersenyum.

"Ternyata cara gue berhasil. Kayaknya dia kelaparan banget sampai makannya lahap gitu," gumam Al.

Setelah makan, Alin pun kembali masuk ke kamarnya begitu juga dengan Al yang juga masuk ke kamarnya.

1
☆Peach_juice
Ceritanya seru banget😭

oh iya mampir juga yuk dikarya baruku, judulnya ISTRI PENGGANTI TUAN ARSEN😁🙏
Geby Baheo
bagus banget 👍👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!