Gisella Arumi tidak pernah menyangka akan menjadi istri kedua Leonard Alfaro kakak iparnya sendiri setelah ia menyebabkan Maya saudaranya koma karena kecelakaan mobil. Gisella yang mengendarai mobil di hari naas itu terlibat kecelakaan beruntun di jalan tol.
"Kau harus bertanggung jawab atas kelalaian mu, Ella. Kamu menyebabkan kakak mu koma seperti sekarang. Kau harus menikah dengan Leonard. Mama tidak mau Leo sampai menikahi perempuan lain untuk merawat Noah", tegas Meyda mamanya berapi-api sambil menunjuk wajah Gisella.
Bak tersambar petir di siang bolong, Gisella menggelengkan kepalanya. "Aku tidak mau. Aku akan bertanggung jawab mengurus keponakan ku tanpa harus menikah dengan Leonard. Bahkan aku tidak mengenalnya–"
Plakk!
Tamparan keras Rudi sang ayah mbuat Ella terkejut. Gadis itu mengusap wajahnya yang terasa perih. Matanya pun memerah.
"Kenapa papa menampar ku?"
"Karena kau anak tidak tahu di untung. Kau pembangkang tidak seperti Maya. Kau sudah menyebabkan kakak mu koma!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Emily, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MENOLAK PERMINTAAN HARTONO
"Papi ingin kau putuskan hubungan pernikahan baik itu dengan Maya ataupun Gisella. Lakukan segera!", tegas Hartono.
"Tentu saja tidak akan aku lakukan. Kali ini jangan mengatur hidupku, aku tidak akan mengikuti keinginan papi dan mami. Atau kalian tidak akan melihat ku lagi", balas Leonard dengan kata-kata ancaman. Membuat Hartono dan Catherine seketika tak bergeming.
"Kalian yang membuat ku masuk dalam permainan ini. Papi mami tidak tahu, aku sungguh jatuh cinta pada Ella. Aku terjebak dalam perasaan mendalam sejak pertama bersamanya. Ia berbeda. Ella menjaga diri dengan sangat baik. Memberikan mahkota yang ia jaga selama ini pada ku. Aku percaya pada nya", jawab Leonard spontan dengan tegas menolak ide Hartono.
Perkataan Leonard membuat Hartono dan Catherine terdiam. Kedua orangtuanya saling bertukar pandang dan tidak ada kata-kata yang keluar dari mulut keduanya.
"Seharusnya aku sudah ke Amerika menyusul Gisella. Namun aku harus menyelesaikan masalahku dengan Maya terlebih dahulu. Melakukan tes DNA pada Noah. Aku ingin memastikan ucapan Maya yang bilang Noah bukan darah daging ku", tegas Leonard menatap kedua orangtuanya.
"Aku ingin masalah ini terang benderang. Jika Noah bukan anakku, aku tidak akan menghalangi Maya mengambil Noah dari sisiku", ujar Leo.
"Aku ingin hidup bahagia dengan Ella dan berharap ia bisa memberikan aku keturunan jika semua masalah ku dan Maya selesai", sambung Leonard lagi dengan kata-kata tertata yang memiliki makna mendalam. Menunjukkan bagaimana perasaannya untuk Gisella.
Hartono menghela nafas.
"Tapi keluarga mereka sejak awal sudah membodohi kita, Leo. Papi tidak akan membiarkan untuk yang kesekian mereka melakukannya lagi pada kita. Memangnya siapa mereka itu!", seru Hartono kesal.
"Jangan di pukul rata karena perbuatan satu orang. Ella dan mamanya baik. Aku tahu. Sejak awal Maya memang sangat pintar memainkan watak aslinya. Aku terkecoh, papi juga begitu. Tapi aku tahu Ella tidak demikian. Kami sudah bersama jadi aku tahu seperti apa dia", jawab Leonard dengan pasti.
"Gisella tidak perlu menarik perhatian apapun untuk membuat hatiku jatuh cinta padanya. Ia gadis pintar dan pekerja keras. Ella hidup apa adanya. Tidak mau menerima pemberian apapun secara cuma-cuma tanpa mengeluarkan keringat. Ia sangat berbeda dengan Maya", ucap Leonard mengenang sosok Gisella yang beberapa waktu ia kenal.
Hartono menganggukkan kepalanya mendengar penuturan Leonard. Ia baru menyadari Leonard telah memiliki perasaan nya pada Ella sedalam itu. Bahkan sejak menikah dengan Maya tidak pernah sekalipun putranya itu menunjukkan rasa cinta terdalam seperti itu dihadapan ia dan Catherine.
Hartono menghembuskan nafasnya, ia berdiri dari tempat duduknya menghampiri Leonard yang duduk di kursi meja kerjanya.
Laki-laki paruh baya tersebut menepuk pundak putranya. "Lakukan yang menurut mu baik untuk diri mu. Papi mendukung putusan mu Leonard".
"Kalau kau benar-benar mencintai Ella, tidak ada lagi yang bisa kami lakukan untuk mencegahnya. Papi dan mami mendukung mu, nak. Sebelumnya papi tidak mau hati mu hancur karena perbuatan Maya. Namun ternyata papi sungguh-sungguh melihat mu mencintai adiknya. Papi senang jika kamu bahagia bersama keluarga mu. Hanya itu yang papi inginkan Leonard", ujar Hartono.
*
New York, Amerika
Ella keluar dari ruang jurusan, ia baru saja menemui salah satu dosennya.
Gadis itu kembali sibuk dengan kegiatan kampus yang bisa membuatnya melupakan permasalahan yang sedang membelitnya.
"El...malam ini kamu datang ke acara yang di adakan Nesson kan?"
Ella tersenyum pada teman baiknya Nikki. "Aku tidak bisa datang. Kalian bersenang-senang lah", jawab Ella.
"Ayolah Ella, kita pergi. Sudah lama sekali kita tidak berkumpul bersama. Apa kamu benar-benar tidak menyukai Nesson, El? Dia benar-benar jatuh cinta pada mu. Nesson sangat merindukan mu ketika kamu memutuskan menghabiskan libur semester ini di Jakarta", ujar Christopher yang merupakan kekasih Nikki.
"Lain kali saja kita berkumpul ya. Nanti aku menghubungi Nesson. Aku baru beberapa hari tiba dari Indonesia. Rasanya kepalaku masih merasa pusing karena mengalami jetlag", ujar Ella memberikan alasan secara halus pada teman-temannya agar tidak salah paham.
"Sepertinya kamu tidak perlu menelponnya karena orangnya sedang menuju kemari", ujar Christopher memajukan dagunya, memberi kode pada Ella.
Ella tersenyum melihat siapa yang menghampiri mereka. Begitu juga laki-laki tampan berperawakan tinggi yang baru datang, langsung memeluk hangat Ella. "Aku pikir kamu akan lebih lama lagi berada di Jakarta. Aku merindukanmu Ella".
"Uhh... sepertinya ada yang sedang kangen-kangenan nih. Sebaiknya kita pergi dari sini sayang", ujar Christopher pada Nikki. Laki-laki itu menggoda kedua sahabat baik ya, Ella dan Nesson.
"Well. Sebaiknya kita mengobrol di restoran biasa, bagaimana? Aku akan mentraktir kalian?", ujar Nesson di sambut baik Nikki dan Chris.
"Aku minta maaf ya tidak bisa bergabung dengan kalian. Kepala ku pusing, masih mengalami jetlag. Aku janji lain kali akan bergabung dengan kalian".
"Sebentar saja El, kita sudah lama tidak bertemu", jawab Nesson kecewa.
"Hari ini kalian makan bertiga dulu, aku janji besok-besok akan ikut kalian", jawab Ella tersenyum sambil mendorong ketiga temannya agar pergi.
Nesson menolehkan wajahnya menatap Ella. "Aku akan menagih janji mu".
"Iya. Aku tidak lupa", jawab Ella tersenyum manis seperti biasanya sambil melambaikan tangan ketika mobil yang di kendarai Nesson melaju.
Ella memutuskan kembali ke apartemennya. Letaknya tidak terlalu lalu jauh cukup hanya jalan kaki saja. Ella sengaja memilih tempat tinggal yang dekat dengan kampus, selain bisa menghemat waktu tentu saja bisa hemat ongkos juga.
Ella langsung merebahkan tubuhnya di atas sofa ketika sampai di apartemen. Gadis itu terlihat ragu-ragu untuk membuka handphone miliknya.
Sejak ia memutuskan kembali ke Amerika, Ella sama sekali belum membuka handphone.
"Bagaimana dengan mama. Apa mama kuatir pada ku? Aku tidak sempat bicara apa-apa dengan mama", gumam Ella memutuskan menekan tombol on.
Benar saja rentetan panggilan sudah begitu banyak. Dari Meyda dan tentu saja dari Leonard juga. Bahkan Leo mengirimkan pesan suara yang sangat mengkuatirkan kondisi Ella.
Ella tidak berniat menghubungi balik laki-laki itu, karena Ella tidak mau konsentrasi Leo pada keluarganya terganggu.
Namun Ella memilih menghubungi balik Meyda. Meyda menangis ketika mengetahui Ella kembali ke Amerika.
"Kenapa kamu pergi jauh, sayang? Seharusnya tetap di Jakarta bersama mama, Ella".
"Maafkan mama. Maafkan kakak mu, sayang. Kamu harus memaklumi Maya, kondisinya tidak labil. Terlebih Leo akan menceraikan kakak mu. Leonard tidak mau lagi berhubungan dengan Maya karena ia mencintaimu, Ella. Mama bingung dengan semua ini. Anda saja, papa mu masih hidup rasanya tidak akan seberat ini", ucap Meyda menangis terisak-isak beberapa saat yang lalu ketika bersambut kata dengan Ella.
Ella berdiri di depan balkon mungil apartemennya. Menatap jauh ke depan yang menampakkan pemandangan kota New York menjelang sore hari.
"Aku harus melupakannya. Leonard tidak boleh menceraikan kak Maya. Kakak Maya dan Noah lebih membutuhkannya daripada aku", lirih Ella.
...***...
To be continue