Selena diusir dari rumah karena dia lebih memilih menjadi penulis novel online daripada mengurus perusahaan keluarganya. Kedua orang tuanya tidak setuju dia menulis novel karena hampir seluruh novel yang dia tulis adalah novel dewasa.
Dia kira hidupnya akan tenang setelah menyewa apartemen sendiri tapi ternyata tidak. Dia justru diganggu oleh komentar negatif secara terus menerus. Merasa jengkel, Selena melacak keberadaan pemilik komentar negatif itu dan ternyata berada di sebuah perusahaan film.
Selena berpura-pura menjadi cleaning service dan bekerja di perusahaan itu. Dia curiga pada Regan, CEO di perusahaan itu. Berniat mengganggu Regan tapi dia justru yang merasa kesal dengan tingkah Regan yang sangat menyebalkan.
Apakah memang Regan yang menulis komentar negatif di novel Selena?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 18
"Regan, kenapa kamu tidak bilang kalau ke sini?"
Regan terkejut melihat mamanya yang sedang berjalan bersama Nadia mendekatinya. Kondisi itu benar-benar buruk untuknya. Pasti mamanya akan membuat masalah dengan Selena.
Berbeda dengan Regan yang sangat khawatir, Selena justru tersenyum santai sambil menggandeng mamanya.
"Siapa dia? Mamanya Regan?" tanya Vita sambil berbisik.
"Iya. Mama jangan kaget kalau sebentar lagi nenek lampir itu akan marah dan menginjak-injak harga diri kita," bisik Selena pada mamanya.
"Wah, seru sekali. Kapan lagi Mama masuk dalam drama kesenjangan sosial seperti ini," balas Vita sambil berbisik. Dia dan putrinya memang memiliki sifat yang sangat mirip. Tentu saja apa yang ada di pikirannya sama dengan apa yang ada di pikiran putrinya saat ini.
Rosa semakin mendekati putranya dan menatap beberapa paper bag yang ada di tangan Regan. "Kamu belanja apa? Banyak sekali?" Kemudian pandangan matanya beralih pada Selena yang sedang menggandeng tangan mamanya. "Kamu wanita yang bersama Regan semalam kan? Aku tahu sekarang siapa kamu sebenarnya. Nama kamu Selena dan hanya cleaning service di perusahaan Regan. Kamu sengaja mendekati Regan untuk memanfaatkannya."
"Ma, Selena bukan wanita seperti itu." Regan menahan tangan mamanya agar tidak mendekati Selena.
"Aku ingatkan kamu, jangan dekati Regan lagi karena dia sudah punya calon istri."
Selena hanya tersenyum santai. Dia melepas tangan mamanya dan mendekati Nadia. "Ini calon istri Pak Regan? Memang Pak Regan mau sama dia?" Selena menoleh menatap Regan sambil tersenyum.
Entah mengapa Regan terpaku menatap senyuman itu. Sebelumnya, dia menyukai keberanian Selena melawannya tapi dia tidak menyangka Selena juga berani menghadapi mamanya. Semakin menarik.
"Jaga bicara kamu! Apa tujuan kamu mendekati Regan?"
"Aku? Mendekati Pak Regan? Tentu saja karena kekayaannya. Mau apalagi bagi orang miskin sepertiku. Hari gini mau makan cinta saja. Dan aku juga yakin, wanita ini mendekati Pak Regan juga karena kekayaan. Seandainya Pak Regan tidak punya apa-apa, dia juga tidak akan mau hidup susah sama Pak Regan." Selena tersenyum meremehkan wanita yang ada di depannya. Dia sudah hafal dengan karakter wanita seperti Nadia yang lebih mementingkan harta dan status dalam sebuah hubungan.
"Begitulah orang yang tidak berpendidikan, bicaranya asal." Nadia sangat kesal mendengar perkataan Selena.
Vita mendekat dan menarik tangan putrinya agar menjauh dari dua wanita itu. "Orang tidak berpendidikan? Jangan seenaknya kamu menghina orang lain. Orang tua Selena bekerja keras banting tulang untuk membayar sekolahnya. Tidak peduli panas maupun hujan, kita tetap bekerja demi Selena."
Rosa tertawa mendengar perkataan Vita. "Sepertinya Ibu ingin sekali punya menantu kaya raya agar bisa menikmati kekayaannya juga, dengan begitu Ibu tidak perlu susah-susah bekerja sebagai petani kan? Lihat penampilan Ibu, dekil dan kucel. Mau barang branded tapi malak dulu sama putraku."
"Mama! Jangan keterlaluan!" Regan akan bicara lagi tapi Vita memberi kode dengan tangannya agar berhenti.
"Wah, baru pertama kali ini aku bertemu dengan orang kaya sombong seperti Anda. Aku harap, suatu saat nanti Anda tidak menyesal telah menghinaku dan Selena." Vita kembali menggandeng tangan Selena dan mengajaknya pergi. "Ayo Elen, kita pulang saja."
Regan akan mengikuti Selena tapi satu tangannya ditahan oleh mamanya.
Selena menghentikan langkahnya dan tersenyum miring melihat Regan yang ditahan mamanya. "Pak Regan, kembalikan saja barang-barangnya. Aku tidak menerima barang yang akan terus diungkit sampai akhirat." Kemudian dia kembali melangkahkan kakinya bersama mamanya.
"Vita, seru sekali. Ternyata di dunia nyata ada ya ibu seperti itu. Aku kira hanya ada di film yang memilih jodoh untuk anaknya harus sepadan."
Selena menoleh untuk memastikan Regan tidak mengikutinya. Kemudian dia semakin menggandeng lengan mamanya untuk bergosip. "Aku dengar, istri Pak Regan dulu meninggal karena pendarahan hebat waktu akan melahirkan. Kandungan istrinya bermasalah, sedangkan mamanya ingin mempertahankan cucunya dan akhirnya dua-duanya meninggal. Aku yakin, sebelum itu, istri Pak Regan pasti kena tekanan batin."
"Mengerikan sekali. Kamu harus hati-hati. Jauhi mertua toxic seperti itu."
"Lagian aku sama Pak Regan tidak ada hubungan apapun."
"Tapi kelihatannya dia sedang mengejar kamu."
Selena hanya tertawa. Mereka keluar dari mall itu dan menyeberang jalan menuju butik langganan mereka. "Nanti Papa suruh jemput ya, Ma. Biar aku ke apartemen sendiri saja."
...***...
Regan duduk di dalam restoran itu sambil melipat kedua tangannya. Dia menahan rasa kesalnya karena saat itu mereka berada di tempat umum, jadi dia tidak bisa melawan mamanya. Dia terpaksa mengikuti keinginan mamanya untuk makan siang bersama.
"Regan, benar kan Selena itu hanya cleaning service dan keluarganya tinggal di kaki gunung sebagai petani."
"Memang kenapa?" tanya Regan. Dia menatap dingin mamanya.
"Dia tidak pantas untuk kamu. Dia pasti hanya ingin memanfaatkan kamu."
Regan hanya tersenyum miring. Dia kini beralih menatap Nadia. "Aku ingat perkataan Selena barusan, kalau aku tidak punya apa-apa, kamu juga pasti tidak akan mau sama aku."
"Kak Regan bicara apa? Aku tidak mungkin memanfaatkan Kak Regan," kata Nadia.
"Regan, mana mungkin Nadia memanfaatkan kamu. Sudah jelas-jelas, Selena yang memanfaatkan kamu. Dia meminta barang-barang branded, bahkan dia juga mengajak ibunya. Padahal kalian baru saja dekat , sudah berani seperti itu. Bagaimana jika nanti kalian semakin dekat. Kamu lihat Nadia, pekerjaannya bagus, dia wanita mandiri, dia bisa memenuhi kebutuhannya sendiri dan juga keluarganya ....."
Regan hanya berdecak. Dia mengalihkan pandangannya dari mamanya yang terus mengomel membandingkan Selena dan Nadia.
"Mama, sudah cukup! Aku dan Selena juga tidak ada hubungan apapun jadi Mama tidak usah khawatir. Tapi Mama juga tidak perlu mengaturku lagi dan jangan ganggu Selena!" Kemudian Regan berdiri sambil membawa barang-barang yang telah dibeli Selena dan mamanya.
"Aku antar saja barang-barang ini ke apartemen Selena," gumam Regan sambil berjalan keluar dari restoran itu.
...***...
"Elen, jaga diri baik-baik."
Selena menganggukkan kepalanya. Dia kini keluar dari mobil papanya lalu berjalan masuk ke dalam apartemennya. Dia masuk ke dalam lift dan menuju lantai sembilan.
Entah mengapa, apartemen itu selalu saja terasa sepi. Ya, awalnya Selena suka karena dia butuh ketenangan saat menulis novelnya, tapi sekarang, dia merasa ada yang mengikuti setiap kali berada di tempat sepi.
"Mungkin hanya perasaanku saja," gumam Selena sambil keluar dari lift
Selena kini berhenti di depan unit apartemennya. Dia melihat ada kado cantik berpita di depan pintu apartemennya. "Siapa yang menaruh ini? Apa dari si duda."
Selena mengambilnya tapi tiba-tiba tangannya terasa sakit. Dia melempar kembali kado itu. Ada benda tajam yang menggores jari-jarinya hingga berdarah. Dia melebarkan matanya saat menyadari ada beberapa silet yang terselip di pita itu dan kini terjatuh di lantai.
"Peneror itu lagi? Apa mau dia?"
adududu sepeda baru....
waduh....ada yang cemburu....
wkwkwkwkwkwk....
mantap... Selena diperebutkan kakak beradik.... ahay.
gimana ya besok reaksi Selena ketika dia tau.... nggak sabar nungguin besok....