Kisah ini terinspirasi dari kisah hidup seseorang, meski tidak sama persis namun mewakili bagaimana alur hidup beberapa wanita, bagaiman dia bermimpi memiliki rumah tangga yang indah, namun pada kenyataannya semua tak semulus harapannya.
pernikahan yang indah adalah impian semua wanita, menikah dengan orang yang bisa memahami dan selalu bisa menjadi pundak baginya adalah impian, namun tak pernah Alifa sangka selama menjalani pernikahan dengan Aby kata indah nyaris terburai dan hambar semakin harinya, apalagi tinggal bersama mertua yang tak pernah bersyukur akan hadirnya. Alifa semakin lelah dan nyaris menyerah akan di bawa kemana biduk rumah tanganya??? salahkan jika perasaan itu terkikis oleh rasa lelah???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shakila kanza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertengkaran
Di rumah sakit.
"Alifa! Ibu gak habis pikir tentang dirimu!!"
"Kamu bisa-bisa mau pulang kerumah orang tuamu???"
"Maksud kamu apa???"
"Kamu mau pisahkan Aby dengan ibunya???"
"Kamu tau, Aby itu anak ibu, dia harusnya tinggal bersama diriku dan menjagaku hingga tua!!"
"Kamu kenapa malah mau tinggal dengan orang tuamu???"
"Seorang istri itu harusnya taat sama suami!!"
"Tinggal dengan suami!!! Kalau kaya gitu namanya pisah ranjang!!"
Bu Ina terus mengomel, sedari datang dia terus saja berbicara tanpa melihat bagaimana situasinya saat ini, Alifa sampai heran bagaimana cara mertuanya itu bernafas saat berbicara tanpa henti begitu.
Alifa masih diam mengepalkan tangan untuk menahan sesak di dadanya, bersyukur ibunya tak dengar karena sedang shalat dhuhur di mushalla sehingga tak tau bagaimana sikap mertuanya pada dirinya.
"Kamu itu hanya wanita yang datang saat aby sudah dewasa, sementara aku adalah wanita yang telah berjuang mati-matian melahirkan dan merawatnya harusnya kamu paham perasaan Ibu saat Aby tidak lagi tinggal dengan Ibu di rumah!!!" Ucap Bu Ina lagi masih menatap Alifa dengan tajam.
"Jika Ibu tau kamu akan begini, dan merebut Aby dari diriku aku tak akan pernah merestui kamu dinikahi olehnya!!" Kata Bu Ina lagi namun matanya mulai memerah begitupun juga Alifa.
"Bu?? Alifa tak pernah mengajak Mas aby keluar dari rumah, Alifa cuma ingin tinggal dengan orang tua Alifa apa itu salah???" Ucap Alifa lirih tanpa memandang mata mertuanya itu.
"Alifa sadar diri, di sana Alifa juga tidak Ibu inginkan! Alifa sadar diri, Ibu tak akan pernah bisa bersikap baik dan lembut pada Alifa. Maaf karena itu, Alifa tak ingin membuat diriku semakin tak di hargai jadi Alifa memilih pergi. " Ucap Alifa masih lirih tak ingin terlihat sebagai mantu durhaka.
"Apasih kamu tu??? Gak di hargai dimananya??? Aku ngapain??? Jangan buat fitnah seolah-olah aku mertua yang jahat!" Kata Bu Ina tidak terima.
"Terserah ibu saja, Alifa cuma tak ingin kita sering bertengkar, Alifa lelah menjalani semuanya. Jika mas Aby mengijinkan Alifa ingin mundur saja menjadi istrinya. Ibu bisa miliki Anak ibu itu seutuhnya sendiri." Ucap Alifa lagi masih lirih dengan kaca di matanya.
"Maksud kamu apa??? Kamu ingin bercerai???"
"Jangan Bodoh dan manja kamu, Aby itu kurang apa terhadap dirimu!! Kamu berani-beraninya ingin meminta cerai???" Bu Ina semakin marah karena kejujuran Alifa terhadap dirinya.
"Kamu jadi wanita itu mbok ya bersyukur, masih mending anakku mau menikahi kamu dan menerima kamu, mencintai kamu sungguh-sungguh."
"Pokoknya Ibu tidak terima jika kamu meninggalkan dia!!! Ibu tidak Ridha!!"Kata Bu Ina lalu keluar tanpa salam meninggalkan Alifa di ruang itu sendiri dengan sakit di hatinya.
Bu Ina keluar dengan amarah di dadanya, sesak rasanya membayangkan putranya menjadi duda hanya karena sikap kekanak-kanakan Alifa menurut dirinya.
***
Di luar.
"Jadi begini sikap Bu Ina pada anak saya??" Bu Ira berdiri sembari menatap tak percaya pada besannya.
"Selama lima tahun anak tersayang saya menghadapi sikap kasar anda seperti tadi Bu??"
"Astagfirullah... Saya tak menyangka jika demikian sikap ibu dari mantu saya yang sesungguhnya terhadap putri saya!"
"Kalau begitu pantas saja anak saya jadi sakit-sakitan karena sering sakit hati oleh ucapan dan sikap kasar anda Bu Ina!" Bu Ira berkata datar namun cukup mampu membuat pucat wajah Bu Ina di tempatnya.
"Kita sama-sama perempuan Bu Ina, harusnya anda bisa bersikap baik, karena tau bagaimana posisi masing-masing, bukan justru menekan anak saya seperti tadi."
"Bayangkan jika itu anak anda sendiri dan posisi kita di balik!!"
"Apa rela jika di perlakukan sama seperti tadi???" Kata Bu Ira lagi.
"Silahkan duduk kita perlu bahas permasalahan anak kita!" Ucap Bu Ira lalu menarik Bu Ina untuk duduk di kursi depan ruang rawat Alifa.
Keduanya pun duduk dengan sesak oleh perasaan masing-masing, Bu Ina cukup tak nyaman dengan besannya, sementara bu Ira terus menatapnya untuk meminta penjelasan.
"Sepertinya anda tak bisa menjelaskan sikap yang barusan Anda lakukan dan terjadi pada rumah tangga anak kita."
"Kalau gitu, sama seperti Anda yang sakit saat anak anda jauh dari pandangan anda. Saya jauh lebih sakit jika membiarkan anak saya terus sakit jika berada di keluarga macam keluarga anda!"
"Saya sudah memutuskan tadinya tidak ingin ikut campur dalam rumah tangga anak kita, namun lihat betapa keras sikap anda terhadap putriku maka saya tarik keputusan itu."
"Saya akan bawa pulang Putri kami dan rawat dia sebagaimana sebelum bertemu dengan Putra mu, kami tidak akan melarang lagi jika dia sudah lelah dan menyerah dengan rumah tangganya."
Bu Ira masuk dan meninggalkan bu Ina dengan perasaan marah yang luar biasa, lalu menutup ruangan itu dengan keras dan menemui Alifa lalu memeluknya penuh rasa iba dan kasih, menyesal telah melepaskan putri tersayangnya pada keluarga yang tak bisa menghargai keberadaannya.
"Maaf, Maafkan Ibu nak, Ibu tak tau jika mertuamu sekeras itu saat bersikap padamu. Kau boleh ikut ibu seterusnya." Ucap Bu Ira dengan mata berkaca-kaca, ibu mana yang tega melihat dan mendengar putrinya di perlakukan tidak baik.
Alifa pun terisak lebih dalam dan memeluk ibunya layaknya anak kecil, padahal dia sendiri juga tengah mengandung bayi kecil di rahimnya.
Bu Ira tak habis pikir jika ibu dari pria yang menikahi putrinya itu wanita yang arogan dan kasar ucapannya, Bu Ira menyesal amat dalam, karena terlambat mengetahui sikap asli besannya itu.
Yah bagaimana bisa tadi begitu kasar, sementara saat bertemu sesama keluarga begitu ramah dan seolah sabar juga welcome terhadap siapapun, ternyata sikap aslinya seperti tadi, pikir Bu Ira.
***
Up lagi kak, Jangan lupa dukungannya ya, biar makin semangat, jejak baiknya jangan di tinggal🙏🥰
biar nyahok ibuk mertua yg oneng itu