NovelToon NovelToon
Pendekar Hantu Kabut

Pendekar Hantu Kabut

Status: tamat
Genre:Tamat / Fantasi Timur / Epik Petualangan / Perperangan / Ahli Bela Diri Kuno
Popularitas:1.8M
Nilai: 4.6
Nama Author: Adidan Ari

Cerita ini mengisahkan tentang diri seorang pendekar muda bernama Lin Tian. Seorang pendekar pengawal pribadi Nona muda keluarga Zhang yang sangat setia.

Kisah ini bermula dari hancurnya keluarga Zhang yang disebabkan oleh serbuan para pendekar hitam. Saat itu, Lin Tian yang masih berumur sembilan tahun hanya mampu melarikan diri bersama Nona mudanya.

Akan tetapi sepertinya keberuntungan sedang tidak berpihak kepada pemuda itu. Lin Tian terpaksa harus berpisah dengan sang Nona muda demi menyelamatkan nyawa gadis tersebut.

Dari sinilah petualangan Lin Tian dimulai. Petualangan untuk mencari sang Nona muda sekaligus bertemu dengan orang-orang baru yang sebagian akan menjadi sekutu dan sebagian menjadi musuh.

Kisah seorang pengawal keluarga Zhang untuk mengangkat kembali kehormatan keluarga yang telah jatuh.

Inilah Lin Tian, seorang sakti kelahiran daerah Utara yang kelak akan menggegerkan dunia persil

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adidan Ari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25. Kota Sungai Putih

Di sebuah hutan belantara, lebih tepatnya di sebuah hutan dekat kaki Pegunungan Tembok Surga. Terlihat bayangan putih yang berkelebat sangat cepatnya.

Jika ada orang melihat, mungkin mereka mengira bayangan itu adalah sesosok makhluk asing penjaga hutan.

Apalagi ditambah dengan wajahnya yang tanpa ekspresi dan dingin seperti es itu. Menambah kesan seram dan ngeri akan sosok bayangan tersebut.

Bayangan itu bergerak cepat sekali, melompat dari satu pohon ke pohon lain. Akan tetapi hebat sekali gerakan bayangan itu. Pasalnya, walaupun bergerak sangat cepat, namun gerakan bayangan itu sama sekali tidak menimbulkan angin atau suara sedikitpun. Sehingga, daun-daun pohon yang dia lewati hanya diam seperti sedia kala.

Bayangan itu tak lain tak bukan adalah Lin Tian yang saat ini sedang menuju kearah Timur Laut. Di sana adalah letak dari kota kekuasaan keluarga Hu, tempat yang akan dia tuju.

Lin Tian mengetahui letak kota itu adalah dari seorang pedagang yang kebetulan berpapasan dengan pemuda itu saat di tengah perjalanan.

Hingga satu jam berlalu dan kini matahari terlihat sudah berada tepat di atas kepala.

Lin Tian menghentikan langkahnya di atas sebuah bukit yang cukup tinggi, dia memandang sebuah kota besar di bawahnya dari atas bukit tersebut.

"Jadi ini Kota Sungai Putih tempat kekuasaan keluarga Hu?" Gumam Lin Tian seorang diri.

Pemuda itu berhasil sampai di sana hanya dalam waktu satu hari perjalanan. Berbeda dengan rombongan keluarga Xiao kala itu yang membutuhkan waktu tiga hari. Karena ilmu meringankan tubuhnya, Lin Tian mampu melakukan perjalanan dengan jauh lebih cepat.

Terlihat di bawah sana terdapat sebuah kota yang cukup besar dengan rumah penduduk yang berjejer-jejer rapat. Di tengah kota itu juga terdapat sebuah sungai yang lebarnya kurang lebih tiga puluh meter mengalir dari arah atas Pegunungan Tembok Surga menuju Selatan.

Jujur saja Lin Tian merasa kagum akan keindahan kota itu.

Dia kembali mengedarkan pandangannya, kemudian ia melihat sebuah bangunan yang sangat besar dan megah di ujung Utara kota. Tahulah ia bahwa rumah itulah agaknya yang menjadi kediaman pemimpin keluarga Hu, Hua Kai.

Tanpa berlama-lama lagi, Lin Tian langsung berlari cepat menuruni bukit dan menuju kota itu.

Ketika sampai di gerbang kota, langkah pemuda ini dihentikan oleh beberapa orang penjaga gerbang untuk melakukan pengecekan. Setelah beberapa menit, akhirnya Lin Tian diperbolehkan memasuki kota tersebut.

Pemandangan pertama yang dilihat Lin Tian adalah deretan rumah penduduk yang besar-besar sekaligus megah. Hampir sama seperti rumah-rumah di Kota Batu, akan tetapi sepertinya di kota ini perekonomiannya sedikit lebih maju.

Lin Tian juga melihat banyak sekali perahu-perahu, baik dari yang besar sampai yang kecil memenuhi pinggiran sungai. Perahu itu adalah milik orang-orang yang membuka usaha jasa penyebrangan atau transportasi melalui jalur sungai.

"Cukup bagus." Penilaian Lin Tian terhadap kota ini.

Kota Sungai Putih ini ternyata juga merupakan kota yang letaknya paling dekat dengan kaki Pegunungan Tembok Surga.

Tapi mengapa Lin Tian tak melewati kota ini setelah turun gunung? Itu karena Lin Tian datang dari bagian tengah Pegunungan Tembok Surga, sedangkan kota ini berada di ujung Timur atau wilayah pinggiran Pegunungan Tembok Surga.

Sungai Putih yang terbentang di tengah kota juga mengalir sampai ke Timur yang merupakan laut lepas. Sehingga di kota ini, tak jarang pula ditemui nelayan-nelayan yang hendak menjual hasil tangkapan mereka.

Di belakang kota terdapat sebuah bukit yang menjulang tinggi, di atasnya terdapat kuil megah yang berdiri kokoh di sana. Itu adalah salah satu perguruan golongan putih yang bernama perguruan Tapak Sakti. Anggotanya terdiri dari para biksu.

Pakaian putih serta topeng Lin Tian itu sepertinya tidak terlalu menarik perhatian banyak orang. Hal ini wajar, karena penduduk setempat sudah sering melihat seorang pendekar yang penampilannya aneh-aneh, sehingga melihat pakaian pemuda itupun sudah terbiasa dan tak heran lagi.

Lin Tian melanjutkan langkahnya. Tempat pertama yang ingin dia tuju tentu saja adalah rumah makan. Karena untuk mempersingkat waktu, selama satu hari perjalanan itu dirinya hanya memakan buah-buahan saja yang hanya cukup untuk mengganjal perut, sama sekali tidak mengenyangkan.

Setelah beberapa menit berlalu, Lin Tian akhirnya menemukan tempat tujuannya yaitu rumah makan.

Bangunan itu terdiri dari tiga lantai. Lantai pertama adalah rumah makan, lantai kedua adalah penginapan, dan lantai ketiga.....

Lin Tian berdiri termenung di depan bangunan megah itu sembari terus memandang kearah lantai tiga.

Pasalnya lantai ketiga itu sedikit aneh dibandingkan dengan lantai-lantai di bawahmya. Jika lantai satu dan dua bercat tembok warna kuning keemasan, di lantai tiga itu berwarna merah hati dipadukan dengan warna merah jambu.

Di atas pintu lantai satu terdapat sebuah papan yang bertuliskan "Rumah Makan Piring Emas", di tembok lantai dua juga terdapat papan besar yang terukir huruf-huruf indah berbunyi "Penginapan Bantalan Sutra".

Akan tetapi di lantai tiga yang berwarna serba merah itu, terdapat sebuah papan besar yang ditancapkan dengan dua batang kayu di atas genteng dengan tulisan yang isinya cukup aneh bagi Lin Tian.

Papan itu juga merupakan papan yang paling besar dibanding papan penginapan dan rumah makan. Huruf-huruf yang ada di papan itu juga ditulis menggunakan kaligrafi yang sangat indah.

Akan tetapi tulisan di dalam papan itu yang membuat Lin Tian heran. Di sana tertulis dengan sangat jelas sebuah kalimat yang dibaca "Rumah Cinta Bidadari Surga".

Lin Tian mengerutkan kening di balik topengnya. Dia kemudian membaca berulang-ulang tulisan di papan itu seakan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.

"Rumah Cinta Bidadari Surga? Hah...? Maksudnya tempat pelacuran?" Tanya Lin Tian dalam hati dengan perasaan penuh tanda tanya.

Bagaimana tidak, jika seandainya tempat pelacuran digabung dengan rumah penginapan itu masih masuk akal. Akan tetapi sekarang ini tempat pelacuran digabung dengan rumah makan? Sungguh Gila!!

Dari lantai tiga itu terdengar suara orang tertawa-tawa dan juga suara seorang wanita yang berteriak aneh. Semua suara ini sampai terdengar di telinga Lin Tian yang bahkan belum menginjakkan kakinya memasuki bangunan itu. Pemuda ini hanya mampu melihat bangunan lantai tiga itu sambil bergidik ngeri.

"Apa-apaan itu, apa mereka menggunakan tenaga dalam hingga suaranya terdengar sampai sini?"

Lin Tian hendak membalikkan tubuh, berniat mencari tempat lainnya. Akan tetapi perutnya sudah terasa amat sangat lapar yang membuatnya mengurungkan niat dan memilih memasuki bangunan tersebut.

Ketika dirinya melewati pintu masuk, pemuda itu membolatkan matanya kaget. Pasalnya semua orang yang berada di ruang itu terlihat membawa senjata dan berpakaian pendekar. Akan tetapi yang membuat Lin Tian terkejut adalah perawakan mereka semua yang terlihat bengis dan menyeramkan.

Tepat ketika Lin Tian masuk, ruangan yang sebelumnya terdengar sangat ramai dan berisik langsung diam seketika. Mereka semua memandang Lin Tian dengan pandangan yang bermacam-macam. Ada yang waspada, ada yang terlihat merendahkan, bahkan ada beberapa wanita yang memandangnya dengan senyum genit dan kerling mesra.

Lin Tian spontan menghentikan langkahnya, kemudian timbul perasaan ragu di hatinya. Akan tetapi karena dasar watak Lin Tian yang cuek dan tidak pedulian, semua perasaan ragu itu langsung lenyap seketika dan dia pun melanjutkan langkahnya menuju salah satu meja.

Langkahnya tegap tanpa bersuara. Lin Tian sengaja melakukan hal ini untuk sedikit mengintimidasi semua orang yang ada di sana. Dia sadar jika mereka semua bukanlah orang baik-baik melihat dari pakaian dan sikapnya, sehingga pemuda itu sengaja menunjukkan sedikit kepandaiannya agar nantinya dia tidak diganggu.

Pemuda ini tidak sadar, jika dirinya saat ini telah memasuki kandang singa.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

|•BERSAMBUNG•|

1
Aisyah Suyuti
menarik
narisda
aneh,tiap ada penjahat selalu dilepas.
Zahra Latifatul
duch,setannya koq pada kabur,
Zahra Latifatul
haduhhhh,,pie tho koh,,MC
Romi Andriko
Luar biasa
Zahra Latifatul
terlalu ikut campur,,,
Shaiya_Eet
Bagaimana urusan biaya pembuatan pedang?
Shaiya_Eet
Lin Tian kenapa musti marah? di sini kan kamu hanya tamu dan tidak terdampak baik secara langsung atau tidak langsung akibat ulah keluarga Hu, toh itu intrik politik antara keluarga bangsawan, kecuali keluarga Hu membantai rakyat tak bersalah. tapi apapun itu ceritanya sangat menarik.
sabrina aulia
kebanyakan menghindar ceritanya kagak langsung matiin saja
Christ Mlg
Lumayan
Christ Mlg
Biasa
Emzarianto
ceritanya mau membebaskan tawanan,tapi dalam penyerangannya main2.tak jelas.
Emzarianto
ceritanya mau membebaskan tawanan,tapi dalam penyerangannya main2.tak jelas.
Tongam
mc nys syapa thour
Tongam
cerita maju mundur.ga bagus
Bias Satria
autornya golongan hitam,jadi ya sebegitu saja imajinasinya cerita taik.
Ajna dillah
banyak omong udah tau seperti itu masih aja diskusi
Ajna dillah
bodoh bodoh pake teriak terisk lagi langsung gebrak aja kenapa
Ajna dillah
sambangi tempat tinggal lun dan bunuh
Mohd Yusof Mat Zin
Biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!