Zia harus menelan pahit, saat mendengar pembicaraan suami dan juga mertua nya, Zia tak percaya, suami dan mertua nya yang selalu bersikap baik padanya, ternyata hanya memanfaatkannya saja.
Zia tidak bisa diam saja, saat tahu sikap mereka yang sebenarnya.
"Awas kalian, ternyata kalian selama ini hanya ingin memanfaatkan aku!" gumam Zia, mencekal tangannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lukacoretan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu lagi
"Kia..." panggil seorang laki-laki, yang memasuki ruangan rawat Zia.
Zia sudah bisa menebak, siapa yang datang, karena cuman satu orang yang memanggilnya Kia.
Zia membalikan badannya, lalu melihat siapa yang datang.
"Kak Arka.." ucap Zia.
Zia langsung duduk.
"Eh jangan..." ucap Arka.
"Kamu tiduran saja, jangan banyak gerak dulu," sambung Arka lagi.
"Aku tidak apa-apa, kak" jawab Zia.
"Tidak apa-apa, tapi masuk RS," ujar Arka.
"Iya juga ya," jawab Zia.
Arka hanya menggelengkan kepala melihat tingkah Zia.
"Jadi sekarang, bagaimana?" tanya Arka.
"Sudah membaik kak," jawab Zia.
"Rutin ke psikolog?" tanya Arka.
"Bukan sering lagi, orang mereka kesini," jawab Zia.
"Syukurlah, semoga setelah ini segera membaik, ya," ucap Arka.
Zia tersenyum, lalu mengangguk.
"Jangan banyak memikirkan hal yang tidak penting," ucap Arka.
"Gak mau kak, tapi pikirannya selalu nimbrung di otak," jawab Zia.
"Eh bandel amat," sahut Arka, mencubit pipi Zia.
"Sakit, kak" ucap Zia, mengelus pipinya.
"Makanya nurut," ujar Arka.
Zia hanya tersenyum, memperlihatkan gigi putihnya.
"Kakak bawa apa?" tanya Zia.
"Kalo soal makanan, tahu aja," ujar Arka.
"Karena aku suka makan," jawab Zia.
"Yaudah, kita makan," ucap Arka.
"Aku bisa makan sendiri, kak," ujar Zia.
"Aku tahu, tapi sekarang ditangan kamu, ada selang infus, dari pada kenapa-kenapa, mending nurut aja," ucap Arka.
"Oke kak," jawab Zia pasrah.
Akhirnya Zia pasrah dengan kemauan Arka, Zia menuruti apa kata Arka.
Zia sudah dekat dengan Arka dari lama, karena Arka dulu sering bermain kerumah Zia.
"Kak, kenapa belum nikah?" tanya Zia.
"Lain kali," jawab Arka.
"Tapi kakak punya cewek kan?" tanya Zia.
"Maksud kamu?" tanya Arka, menatap tajam kearah Zia.
"Gak suka cowok, kan?" tanya Zia memastikan.
"Sembarangan kalo ngomong," jawab Arka mencolek hidung Zia.
"Syukurlah, lega sekali aku," ujar Zia.
"Jadi selama ini, kamu mengira kalo aku tidak suka dengan wanita, begitu?" tanya Arka.
"Kemungkinan begitu, kak," jawab Zia.
"Terus sekarang, kakak sudah memiliki pacar? Masa lama diluar negri, gak dapat bule," ucap Zia.
"Maunya sama yang lokal aja," jawab Arka.
"Cie, udah ada, ya" goda Zia.
"Ah sudah, lanjutin makannya," ucap Arka.
"Ceritain dong, cewek kakak seperti apa," ucap Zia.
"Belum bisa dimiliki, soalnya masih milik orang lain," jawab Arka.
"Jangan bilang, pacar orang, atau istri orang, hayo," ucap Zia, menunjuk wajah Arka.
"Opsi kedua," jawab Arka.
Zia menutup mulutnya.
"Jomblo lama, ternyata nungguin istri orang," sahut Zia.
"Memangnya, salah?" tanya Arka.
"Tunggu dulu sampai bercerai, baru kakak maju, jangan didekati kalo masih istri orang," jawab Zia.
"Aku faham," ujar Arka.
"Nanti kenalkan ya, kak," ucap Zia.
"Cepetan habiskan makanannya, banyak bicara," ucap Arka.
Saat mereka serang bercanda membahas hal random, diluar ayah Dimas dengan bunda Ita, merasa senang dengan kehadiran Arka, karena bisa membuat Zia tertawa lepas.
"Semoga anak kita selalu ceria seperti itu," ucap bunda Ita.
"Semoga anak kita bisa melupakan traumanya," sahut ayah Dimas.
•
•
Sedangkan disisi lain, Roy sedang duduk sendiri, disebuah taman RS, karena Roy belum menemui Zia, Roy takut akan membuat adiknya tidak nyaman.
"Aku harus memulai darimana, agar tidak merasakan bersalah dengan Zia," Roy bingung harus melakukan apa.
"Om.." panggil anak kecil itu.
"Setiap kali om sedang sendiri, kamu sering muncul," sahut Roy.
"Aku juga bingung, setiap kali aku keluar, selalu bertemu dengan om," ucap Alisa.
"Yasudah duduk aja disini," ajak Roy.
Lalu Alisa duduk disebelah Roy.
"Kalo ibumu sedang sibuk merawat nenekmu, kemana ayah kamu?" tanya Roy.
"Sedih tahu, kalo diceritakan," jawab Alisa.
"Kamu bisa berbagi kesedihan, dengan om," jawab Roy.
"Sejak aku lahir ke dunia, aku tidak pernah melihat wajah ayahku, kata ibu, ayah sudah meninggal saat aku sedang dalam kandungan," ucap Alisa.
"Maaf, om tidak bermakud," ucap Roy.
"Tidak apa-apa om," jawab Alisa.
"Om mau mendengar lagi cerita aku?" tanya Alisa.
"Kalo kamu tidak keberatan, om mau, tapi kalo tidak mau, tidak apa-apa," jawab Roy.
"Saat aku memasuki TK, aku selalu dihina sama teman-teman aku, katanya aku anak tanpa ayah, katanya ayahku meninggalkan ibu, karena ayahku tidak menginginkan aku, makanya ayah pergi," ucap Alisa.
"Dan saat aku memasuki sekolah dasar, aku juga selalu dihina, dan juga tidak memiliki teman, katanya kalo temanan denganku akan terbawa sial," sambung Alisa lagi.
"Katakan kepada semua teman-temanmu, kamu memiliki ayah," jawab Roy.
"Katanya, ayahku tidak mau menganggap aku ada, makanya memilih pergi," ujar Alisa.
"Om, om akan menjadi ayamu, menerima kamu dengan baik," jawab Roy.
"Om mau mengambil raport untuk ku?" tanya Alisa.
"Mau, kapan?" tanya Roy.
"Bulan depan, tanggal 4," jawab Alisa.
"Om akan usahakan hadir, buat kamu," ucap Roy.
"Terima kasih om, semoga kelak, aku bisa membalas kebaikan om," ucap Alisa.
"Dengan sekolah rajin, pintar, om sudah bangga denganmu," jawab Roy.
Alisa tersenyum penuh haru, selama ini Alisa tidak pernah bertemu dengan ayahnya, jadi Alisa tidak pernah mendapatkan apresiasi dari sang ayah.
"Boleh aku mencium tangan, om?" tanya Alisa.
"Boleh," jawab Roy.
Lalu Alisa mencium tangan Roy, hal yang belum pernah Alisa lakukan kepada ayahnya.
Roy tersenyum melihatnya, Roy merasa kasihan dengan nasib anak semalang Alisa.
"Aku jadi penasaran dengan ibunya, bisa mendidik dia dengan baik," gumam Roy.
"Eh om, om di RS setiap hari, siapa yang sakit?" tanya Alisa.
"Adiknya om," jawab Roy.
"Semoga cepat sembuh ya om," ucap Alisa.
"Terima kasih atas doanya, semoga nenekmu juga cepat sembuh," kata Roy.
Alisa mengangguk.
"Kalo begitu, aku pamit dulu ya, om" ucap Alisa.
"Takutnya kelamaan, dan ibu nyariin aku," sambung Alisa.
Roy mengangguk, lalu Alisa meninggalkan Roy sendiri.
Setelah itu, Roy bangkit dari duduknya, Roy berniat akan kembali keruangan adik nya.
Roy melangkahkan kakinya kedalam RS.
"Ayah, Zia dengan siapa?" tanya Roy.
"Dengan Arka," jawab ayah Dimas.
"Kapan dia kesini?" tanya Roy.
"Sedari tadi, adikmu kelihatannya bahagia, bisa melepas canda tawa dengan Arka," ucap ayah Dimas.
Roy penasaran dengan apa yang ayahnya katakan, lalu Roy melihat keduanya, terlihat Zia dengan Arka sedang bercanda, ketawa ketawa.
"Setidaknya kamu bisa tersenyum, meskipun tidak dengan kakak," gumam Roy.
"Jangan terus-terusan mendiamkan adikmu," ucap ayah Dimas.
"Zia yang tidak mau bertemu denganku, aku takut dia kenapa-kenapa," jawab Roy.
"Adikmu tidak akan kenapa-kenapa, kemarin kemarin, dia hanya sedang tidak stabil emosionalnya, jadi salah menanggapi ucapanmu," ucap ayah Dimas.
Roy mengangguk faham.
***
bakal berusaha trs mengganggu hdp zia trs
cepat sembuh zia