Follow ig author yuk🙌🏻 @hhnsaaa_
___
Dijodohkan memang tidak enak, maka dari itu Bella memilih jalan nya sendiri, dan untung nya Gevano menerima kenyataan itu dan memilih membantu Bella untuk menikah dengan lelaki pilihan nya.
Saat usai menikahkan Bella dengan lelaki yang di mau nya, Gevano pun mendapat keberuntungan yang begitu berharga dan sangat bernilai. Andina Putri.
Wanita 22 tahun, yang menjadi pelampiasan lelaki pilihan Bella, memilih untuk pasrah dan menerima takdir nya yang ditinggal pergi.
Tetapi tak berselang lama, datang bak pangeran berkuda, Gevano melamar nya.
Akankah mereka hidup bahagia? Sanggup kah Gevano dengan tingkah laku Andin yang begitu di luar kepala?
___
Cerita ini berdasarkan khayalan author semata jadi jangan baca deskripsi, cukup baca tiap bab dan jangan lupa tinggalin jejak berupa like & komen.
Mohon pengertiannya ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hanisanisa_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
Bibi Fatih mengangguk dan mempersilahkan Andin untuk naik ke lantai atas bersama Gevano.
"Ini kamar kamu" ucap Andin menunjuk pintu kamar yang tertutup.
Gevano mengernyit. "Terus kamu?" tanya Gevano bingung.
"Aku di kamar sebelah, kalau ada apa-apa kamu ketuk pintu kamar ku aja" jawab Andin hendak membuka pintu kamar nya.
"Ekhem" deheman Bapak Raka membuat Andin terhenti dan menoleh.
"Kamu mau pisah kamar? Mana ada suami istri pisah kamar, Ndin" cibir Bapak Raka sembari merangkul Gevano.
Andin mengerjap-ngerjap pelan mata nya. "Tapi kasur Andin kecil Pak" kilah nya, padahal belum tau bagaimana kasur nya sekarang.
"Itu kan dulu Ndin, waktu kamu kecil sekarang udah di ganti. Jadi kamu nggak bisa ngelak lagi" ucap Bapak Raka sembari membuka pintu kamar Andin.
Dan memang benar, kasur satu-satunya yang berada di dalam kamar itu sudah menjadi lebih besar dari kasur nya dulu.
"Tapi Andin belum siap.." lirih Andin menunduk samar.
"Bapak sama Ibu dulu juga belum siap satu kamar awal-awal pernikahan, tapi kalau nggak sekamar kapan jadi nya kamu" ucap Bapak Raka membuat Andin mencebik kesal.
"Kamu cepet-cepet jadi?" tanya Andin kepada Gevano.
Gevano mengerdik bahu. "Aku ngikut aja, kalau Tuhan ngasih ya aku senang, kalau belum ya tinggal berproses aja terus sama kamu" jawab Gevano membuat Bapak Raka tersenyum lebar.
"Bagus, kalian itu udah dewasa. Bapak juga mau nimang cucu, dah sana masuk kamar sana" ucap Bapak Raka mendorong pundak Gevano masuk ke dalam kamar.
Andin yang berada di tengah-tengah pintu pun ikut terdorong. "Bapak! Jangan dorong-dorong gitu dong, nanti jatuh Andin nya" pekik Andin mundur beberapa langkah sembari memegang lengan Gevano.
"Ada Gevano buat jagain kamu. Dah ah Bapak mau tidur" balas Bapak Raka langsung melenggang pergi.
Kini tersisa Andin dan Gevano yang menjadi canggung di dalam kamar yang belum di tutup pintu kamar nya.
"Kamu yang tutup pintu nya, aku mau mandi dulu" ucap Andin langsung ngacir meninggalkan Gevano.
Gevano menurut kemudian melihat-lihat kamar milik Andin yang pasti juga menjadi milik nya.
...----------------...
"Kamu nggak mandi Gev?" tanya Andin melihat Gevano yang hanya duduk di sofa.
"Aku nggak bawa baju" jawab Gevano membuat Andin menepuk jidat nya.
"Bentar aku pinjam baju ke Bapak dulu" ucap Andin segera keluar dari kamar nya.
Gevano mengangguk dan kembali menatap ponsel mengirimkan pesan pada Asisten Milo untuk membawakan nya pakaian kerja nya.
Karena tak mungkin dia terus-terusan meminjam pakaian milik mertua nya sendiri.
Setelah mengirimkan alamat rumah ini, Gevano segera masuk ke dalam kamar mandi.
Tak lama Andin pun masuk dan menaruh pakaian santai di atas kasur agar Gevano mudah mencari pakaian itu.
Ceklek
Gevano tak membutuhkan waktu lama untuk mandi, hanya berkisaran 10-15 menit saja sudah cukup berada dalam kamar mandi seorang diri.
"Itu baju nya ada di atas kasur" ucap Andin tetap saja memberitahu Gevano letak pakaian nya.
Gevano mengangguk sembari melirik Andin yang sedang mengeringkan rambut nya di depan cermin.
"Aku tadi cuma nemu baju yang begitu, yang lain pada baju dinas semua di lemari Bapak" ujar Andin sembari mematikan mesin hairdryer.
"Baju dinas?" Gevano mengernyit bingung.
"Nanti aku jelasin, kita makan malam dulu di bawah" Andin menjeda rasa penasaran Gevano.
Gevano segera masuk ke dalam kamar mandi lagi untuk memakai pakaian santai nya.
Setelah nya kedua nya beriringan keluar dari kamar menuju meja makan yang ada di bawah.
"Bibi Fatih udah pulang Pak?" tanya Andin hanya melihat keberadaan Bapak Raka di meja makan.
"Iya, kalian makan lah juga ini. Malam ini Bapak pulang agak telat ya" ucap Bapak Raka membuat Andin mengernyit.
"Mau kemana emang nya Pak?" tanya Andin begitu juga dengan Gevano yang penasaran.
"Mau ketemu teman-teman Bapak, sudah lama kami tidak kumpul-kumpul" jawab Raka. Andin manggut-manggut paham.
Berbeda dengan Gevano yang masih penasaran.
Usai makan malam, Andin di bantu Gevano untuk membersihkan makanan bekas mereka dan langsung di cuci.
Kedua nya segera masuk kamar setelah membersihkan makanan, Gevano terus membuntuti Andin kemanapun Andin pergi.
"Mau ngapain?" tanya Andin dengan delikan mata saat Gevano ikut hendak masuk ke dalam kamar mandi.
"Aku mau tanya soal Bapak ke kamu" jawab Gevano membuat Andin menghela nafas.
"Tunggu dulu, aku mau buang air kecil. Jangan kamu ikutin juga" ketus Andin segera menutup pintu kamar mandi.
Gevano menurut dan duduk di pinggir kasur menunggu.
Tok tok tok
Pintu kamar tiba-tiba di ketuk dari luar membuat Gevano langsung beranjak membukakan pintu kamar.
"Ini ada paket, nggak tau dari siapa tapi katanya buat kamu" ucap Raka setelah pintu terbuka.
"Oh iya, makasih ya Pak" balas Gevano berterimakasih karena telah di antarkan pakaian nya.
"Ya, kalian istirahat lah. Bapak nggak akan ganggu kalian kok tenang aja" ucap Raka langsung ngacir meninggalkan Gevano.
Ceklek
"Siapa?" tanya Andin membuat Gevano menoleh ke belakang.
"Bapak ngantarin paper bag ini buat ku" jawab Gevano sambil menunjukkan barang itu di tangan nya.
"Apa isi nya?" tanya Andin melangkah menuju kasur.
"Pakaian kerja buat besok" jawab Gevano dengan jujur sembari meletakkan paper bag itu di sofa.
"Kamu tetap kerja?" Gevano mengangguk dan berjalan menuju kasur yang sama dengan Andin.
"Aku tak bisa meninggalkan pekerjaan ku itu, aku berpengaruh" jawab Gevano sedikit memberi clue apa pekerjaan nya.
Andin manggut-manggut. "Terus sekarang kita mau apa?" tanya Andin mengalihkan pembicaraan.
"Bagaimana kalau kita saling mengenal? Aku belum sempat berkenalan secara langsung dengan mu, aku hanya tau nama mu, begitu juga kamu hanya tau nama ku" usul Gevano sembari menjelaskan secara rinci.
"Bisa jadi. Mulai dari siapa?" tanya Andin menyetujui usulan Gevano.
"Kamu dulu"