NovelToon NovelToon
Di Nafkahi Berondong Ku.

Di Nafkahi Berondong Ku.

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Beda Usia / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Teman lama bertemu kembali
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: tami chan

Devina adalah seorang mahasiswi miskin yang harus bekerja sampingan untuk membiayai kuliahnya dan biaya hidupnya sendiri. Suatu ketika dia di tawari dosennya untuk menjadi guru privat seorang anak yang duduk di bangku SMP kelas 3 untuk persiapan masuk ke SMA. Ternyata anak lelaki yang dia ajar adalah seorang model dan aktor yang terkenal. Dan ternyata anak lelaki itu jatuh cinta pada Devina dan terang-terangan menyatakan rasa sukanya.
Apakah yang akan Devina lakukan? apakah dia akan menerima cinta bocah ingusan itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tami chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Devina Maestari

Devina Maestari, seorang mahasiswi semester 4 di salah satu kampus terkenal di Ibu kota.

Devina adalah seorang gadis miskin dari desa yang punya cita-cita tinggi. Dia ingin memiliki pendidikan tinggi, kerja di perusahaan besar dan memiliki penghasilan tetap agar bisa keluar dari lingkaran kemiskinan yang menyelubunginya sejak kecil.

Saat duduk di bangku SMP, Ibu yang sangat dia andalkan untuk bertahan hidup, meninggal dunia. Tinggallah Devina hidup dengan ayahnya yang suka mabuk dan main judi. Setiap hari Devina selalu hidup dengan penuh rasa keakutan, bahkan ayahnya tak mau membayar uang sekolahnya dan memerintahkan Devina agar berhenti sekolah lalu bekerja.

Namun Devina tak mau, dia belajar dengan giat sambil bekerja membantu tetangganya mencuci atau membersihkan kebun. Apapun Devina lakukan demi mendapatkan uang, sehingga ayahnya tak mengomelinya karena tetap bersikeras untuk sekolah. Untungnya, Devina sangat pintar dan mendapatkan beasiswa sehingga dia tak perlu mencari tambahan uang untuk biaya sekolahnya.

Bertahun-tahun Devina lalui dengan kerja keras, hingga akhirnya dia mendapatkan undangan untuk melanjutkan pendidikannya di sebuah universitas ternama, beasiswa penuh. Tentu saja dia sangat gembira, namun yang menjadi kendala buatnya adalah, universitas tujuannya itu ada di luar kota, sangat jauh.

Namun Devina tak menyerah. Dia selalu menyimpan separuh dari penghasilannya untuk modal biaya hidup di Ibu kota, walaupun ayahnya terus mengamuk karena setoran anak perempuannya menjadi berkurang, Devina tak perduli. Dia rela di pukuli dan di maki-maki demi bisa keluar dari rumah ini, dan hidup mandiri sambil kuliah di luar kota, karena Devina benar-benar muak dengan sikap ayahnya.

Kini sudah hampir dua tahun Devina hidup merantau, sendirian sambil berkuliah. Dia tinggal di sebuah kamar kos berukuran 3x2 meter yang sangat kecil dan pengap.

Hanya ada satu kasur busa ukuran single yang sangat tipis, meja kecil untuk belajar dan lemari plastik untuk tempat baju. Tak ada kamar mandi, sehingga Devina harus keluar dari kamar untuk mandi dan memcuci.

Devina tak merasa kesulitan, sedih atau nelangsa. Dia justru merasa sangat tenang dan bahagia, karena bisa hidup sendiri menjauh dari ayah yang sangat kasar.

Kehidupan seperti inilah yang dia inginkan, tenang dan damai. Yah, walaupun setiap bulan dia harus bekerja keras demi bisa membayar uang kos dan biaya makannya setiap hari.

Devina bekerja part-time di sebuah mini market dekat kampusnya dan jika sore hingga malam dia bekerja di sebuah tempat laundry. Dia bertugas mengantarkan pakaian yang sudah bersih ke konsumen dan juga mengambil baju-baju kotor dari rumah pelanggannya.

Lelah? tentu saja. Di pagi hari dia harus kuliah, siang hari dia harus kerja di supermarket dan malam harinya dia harus jadi kurir pengantar pakaian. Tapi pilihan apa yang bisa Devina punya? saat ini dia memang harus berjuang, semuanya pasti akan indah saat kuliahnya selesai dan dia mendapatkan pekerjaan di perusahaan besar. Membayangkan semua itu, membuat Devina bahagia dan melupakan rasa lelah nya.

"Dev! lu mau ke mana?" tanya salah seorang teman kuliah Devina saat melihat Devina berlari kecil keluar dari kelas.

"Mau kerja, ada apaan?" tanya Devina.

"Lu di panggil Pak Sudiro, tuh!"

"Pak Sudiro? ada apaan ya?" Devina bingung.

Temannya hanya mengangkat kedua bahunya lalu nyelonong pergi.

Pak Sudiro adalah dosen pembimbing Devina. Beliau berumur sekitar 65tahun namun masih sangat aktif mengajar dan menjadi salah satu Dosen yang paling Devina hormati karena beliau begitu baik padanya.

"Mau minta jatah kali!"

Devina menyipitkan mata sambil menatap seorang perempuan berambut pirang yang sedang meliriknya sambil bicara dengan sangat tidak sopan.

"Jaga mulut kamu ya, Nik!" kesal Devina.

Devina tak peduli jika dia di hina, namun Pak Sudiro adalah seorang Dosen yang terhormat, seorang guru besar, tidak sepantasnya mendapatkan ucapan tidak sopan, apalagi dari mahasiswi nggak jelas kaya si Anik. Yang jarang masuk kelas, dan datang ke kampus hanya untuk pacaran.

"Kenapa? Lu nggak Terima? dasar sugar babby! mau-maunya sama aki-aki!" ejek Anik.

Devina melotot, lalu dengan mengeratkan rahangnya dia berjalan cepat ke arah Anik dan menarik rambut Anik dengan kekuatan penuh.

"Aaahhhhkk! tolong!!!" teriak Anik dengan panik.

"Lu, boleh hina gue sepuasnya! tapi jangan hina Guru yang sudah memberi ilmu buat Lu! dasar perempuan tol*l!" geram Devina sambil lalu melepaskan cengkraman tangannya di rambut pirang Anik.

"Oh iya, Lu kan memang datang bukan buat belajar! tapi buat pacaran! pantesan nggak tau adab!" ucap Devina sambil menyeringai lalu berjalan menjauh.

"Dasar sialan Lu! cewek preman!" kesal Anik sambil mengusap kepalanya yang terasa perih.

Devina menoleh lalu menunjukkan mimik mengejek, kemudian kembali berjalan menuju ruangan Pak Sudiro.

Devina masuk ke ruang kerja dosennya setelah mengetuk pintu tiga kali.

"Siang Pak, ada apa ya?" tanya Devina sambil menatap lelaki ramping dengan rambut yang sudah memutih.

"Eh, Dev. Sini duduk. Saya mau ngomong sesuatu," ucap Pak Sudiro.

Devina menurut, dia pun duduk di kursi yang ada di seberang meja kerja Pak Sudiro.

"Kamu masih kerja part time?"

"Masih Pak, ada apa ya?"

"Begini Dev, Saya punya kenalan yang anaknya mau masuk SMA, tapi nilai dia kurang bagus. Kira-kira kamu bisa nggak, jadi guru privat nya?"

"Bisa Pak! bisa banget!" ucap Devina bersemangat. Mengajar private pastilah tidak melelahkan, dia hanya perlu duduk dan memperhatikan muridnya kan?

Pak Sudiro tersenyum, "Ini alamat rumah Pak Aldrich Mahendra, dan anak yang mau les denganmu namanya Devano Mahendra."

Devina mengambil secarik kertas yang di berikan Pak Sudiro lalu membacanya beberapa kali.

"Namanya seperti nggak asing?" gumam Devina.

"Devano? mirip nama artis ya Pak?" ungkap Devina sambil nyengir.

Pak Sudiro hanya tersenyum simpul, "Pak Aldrich dan istrinya butuh orang yang baik, dan mereka juga menjanjikan bonus yang besar jika anaknya berhasil lulus dengan nilai yang bagus. Maka dari itu, bersemangatlah Dev! Saya tau kamu mampu, karena kamu mahasiswa terbaik Saya!" Pak Sudiro menyemangati murid kesayangannya itu.

"Siap, Pak! Nanti sore Saya akan datang ke rumah ini dan ngobrol dengan orang tua Devano, kebetulan hari ini kerjaan di laundry sedang sepi nggak terlalu banyak."

Pak Sudiro tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.

"Kalau begitu, Saya permisi." Devina beranjak dari duduknya dan berjalan keluar dari ruangan Dosennya.

Devina berjalan sambil menatap secarik kertas pemberian Pak Sudiro, dia berpikir, jika pekerjaan ini gajinya menjanjikan, sepertinya Devina harus melepaskan salah satu pekerjaan part time nya. "Ck!itu masalah gampang! yang penting -aduh!-" Devina terdorong ke belakang saat tanpa sengaja bertubrukan dengan orang yang berjalan berlawanan arah dengan dirinya.

"Ups! sorry!" ucap cewek yang bertabrakan dengannya.

"Nggak apa-apa, aku juga lagi meleng, tadi."

"Lu sih! terlalu fokus memandangi Devano!" goda orang yang berjalan di samping penabrak Devina.

"Habisnya, Devano ganteng banget! demi apa gue mau jadi pacarnya! aaaahhh!"

Devina menatap heran cewek yang tadi bertabrakan dengannya.

"Devano ya? oohh iya bener, namanya sama dengan artis itu," gumam Devina.

"Lihat dong, fotonya?" Devina ikut nimbrung di obrolan cewek yang belum dia kenal itu.

"Ini, ini fotonya! ganteng banget kan?!"

Devina menatap foto lelaki muda dengan paras super tampan, terpampang di majalah yang di baca cewek tadi.

"Masih muda banget! inget umur kita woy!" kelakar Devina sambil terkekeh.

"Dia baru 15 tahun, tapi mana tahan sama wajah ganteng ini! aaah so kiyut!!!"

Devina terkekeh sambil menatap dua cewek yang menjerit-jerit karena sebuah foto. Lalu dengan perlahan dia berjalan menjauh, berusaha tetap waras nggak terbawa suasana.

"Hmmm, iya sih. Memang ganteng banget! aahhh ntar cari fotonya di google ah, di save buat wallpaper! biar semangat hidup gue!" gumam Devina sambil berjalan riang menuju supermarket tempat dia menghabiskan waktu untuk kerja part time.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!