Keyra Onellia, seorang putri angkat keluarga Arlott yang kini sudah tak dianggap akibat keluarganya kembali menemukan sang anak kandung. Dari umur 13 tahun, Keyra mulai tersisihkan. Kembalinya Dasya, membuat dirinya tak mendapatkan kasih sayang lagi. Di hancurkan, di kucilkan, di buang dan di rendahkan sudah ia rasakan. Bahkan diakhir hidupnya yang belum mendapatkan kebahagiaan, ia harus dibunuh dengan kejam.
Keyra mengira jika hidupnya telah berakhir. Namun siapa sangka, bukannya ke alam baka, jiwanya malah bertransmigrasi ke tubuh bibinya—adik dari daddy angkatnya.
•••
"Savierra, kau hanya alat yang akan dikorbankan untuk kekasihku. Ku harap kau jaga sikap dan sadar diri akan posisimu!"
Mampukah Savierra yang berjiwa Keyra itu menghadapi tiran kejam, yang sial nya adalah suaminya itu? Takdir benar benar suka bercanda! Apakah Savierra harus mengalami kemarian tragis untuk kedua kalinya? Tidak! Savierra akan berusaha mengubah takdir hidupnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sweetstory_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
"Silahkan nyonya," hormat seorang bodyguard sembari membukakan pintu mobil. Dengan perasaan senang, Savierra memasuki mobil.
"Tunggu. Aku ingin membawa satu pelayan, apakah boleh?" tanya Vierra.
Setelah sang bodyguard mengangguk, Savierra segera memerintahkan salah satu dari mereka untuk membawa satu pelayan di rumahnya.
"Selamat pagi nyonya, maaf jika lama," sapa Karin sembari menunduk hormat.
Savierra mengangguk. "Masuklah Karin."
Setelah Karin masuk, dengan sedikit bingung ia bertanya, "Maaf nyonya, jika boleh tau kita akan pergi kemana?" tanyanya yang mendapat senyuman Savierra.
"Temani aku jalan jalan. Kesempatan tidak datang dua kali. Aku sudah jenuh di kurung di mansion Karin.. Jadi aku mengusulkan untuk pergi jalan jalan," balas Savierra sembari mengedipkan mata. "Jadi temani aku ya?"
Karin mengangguk kaku, juga merasa takjub dengan tingkah sang nyonya yang terkesan blak blakan dan ramah. "Tapi, apakah tidak apa apa nyonya? Dan kenapa nyonya memilih saya?" tanya nya bingung. Posisi Karin di rumah hanya sebagai pelayan kebersihan. Bukan pelayan utama yang selalu menyiapkan apa yang tuan mereka butuhkan.
"Sudahlah Karin. Kamu tidak perlu banyak tanya. Dan alasan kenapa aku membawamu, karena kamu memiliki selera yang bagus, benar?" kata Savierra sembari tersenyum penuh makna.
Karin terdiam lalu menganggui kaku. Ia hanya bisa menerima walau masih bingung dengan kata kata akhir sang nyonya tadi.
Sepanjang perjalanan, tak henti hentinya Savierra antusias melihat pemandangan New York yang indah dimatanya. Tak jarang ia menyuruh sang sopir untuk lebih memelankan laju mobil hanya demi bisa menikmati pemandangan sedikit lebih lama.
"Wahh lihat! Sepertinya di sana ada festival!"
"Karin lihat! Patung itu sangat bagus!"
"Woww pusat kota memang sangat ramai. Aku bisa melihat banyak lelaki tampan disini!"
Dan masih banyak lagi decakan kagum yang Savierra lontarkan saat melihat sesuatu yang menarik.
Tibalah Savierra si sebuah pusat Mall kota yang sangat besar. Dengan antusias tinggi, perempuan itu berlari kesana kemari dengan antusias. Ia memasuki area toko baju, kosmetik, dan spa.
Sore hari, ia baru ke timezone, dan restoran bintang 5 terbaik di pusat kota. Sungguh, Savierra sangat menggunakan waktu dan uang yang Ryden berikan dengan baik.
"Hmm steak disini sangat enak Karin, Cobalah!" seru Savierra.
Karin menggeleng pelan, merasa tak enak saat duduk berhadapan dengan sang nyonya. "Saya tak pantas nyonya.." lirihnya membuat Savierra mendengus.
Savierra segera memasukkan potongan steak ke mulut Karin. "Sudahlah. Makan saja!"
"Bagaimana? Enak bukan?" tanya nya yang di angguki oleh Karin.
Pelayan itu memberikan dua jempolnya pada Savierra. "Enak sekali nyonya! Memang resto bintang 5 tak perlu diragukan!".
"Baiklah, sekarang lanjutlah makan. Aku akan ke toilet sebentar!" kata Savierra lalu beranjak.
"Saya akan temani nyonya."
"Tidak perlu. Aku ingin sendiri" tolak Vierra lalu segera ke toilet.
Beberapa menit kemudian Savierra keluar dari toilet dengan sedikit merapikan rambut nya. Berjalan pelan namun..
Brukkk!
Seorang pria yang sedikit berlari tergesa tak sengaja menabrak tubuh Savierra yang membuat perempuan itu oleng. Nyaris terjatuh di lantai, jika sang pria tersebut tak reflek memegang kedua bahunya.
Savierra yang awalnya pasrah akan terjatuh, kini membuka mata perlahan. Ia tersentak saat wajahnya dan pria itu sangat dekat.
'Woah, pria tampan dari mana ini!? Dia sangat tampan, hampir menyamai Ryden dan lelaki yang ku lihat dari balkon kamar minggu lalu!' batin Savierra terpesona.
Ehem..
Deheman itu membuat Savierra tertarik dari lamunan nya. Segera ia berdiri dengan tegak dan merapikan rambutnya yang berantakan lagi.
"Maaf nona, saya tadi terburu buru hingga tak melihat anda yang sedang berjalan," kata pria itu.
Perempuan itu mendengus kesal. "Lain kali tolong di lihat jalannya baik baik tuan! Anda harus hati hati dan jangan ceroboh lagi!" omel Vierra panjang.
Pria itu menarik sudut bibirnya tipis. "Maaf, bolehkah saya mengetahui nama anda?" tanya nya sopan. Pria itu sedikit menunduk.
"Buat apa?" ketus Vierra.
"Saya akan memberikan kompensasi saat bertemu lagi. Maka dari itu, tolong nona.. bolehkah saya mengetahui nama anda?". Pria itu memandang wajah cantik Savierra dengan kagum. Netranya tak lepas dari mata berwarna biru milik Savierra yang begitu mempesona.
"Vierra, kamu bisa memanggilku begitu!"
Pria itu mengulurkan tangannya, "Saya, Zevan." balasnya lalu tersenyum lebar saat Savierra membalas uluran tangannya.
"Kalo begitu saya permisi!" seru Savierra lau segera berjalan kembali ke tempat semula.
Ia memesan beberapa makanan yang dibungkus kemudian segera mengajak Karin pergi. Savierra keluar restoran dengan hati senang. Bibirnya tak henti hentinya bersenandung. Ia sangat bahagia karena bisa kembali memakan makanan yang sangat enak setelah beberapa hari mendapat hukuman dari Ryden.
Sebelum masuk ke mobil, Savierra mengingat sesuatu. "Karin, tunggulah di mobil, aku ingin pergi ke mart kecil itu!" titahnya membuat Karin menggeleng pelan.
"Saya temani nyonya!"
Menghela nafas, Savierra mengangguk saja. Ia segera berjapan ke arah mart yang tak jauh dari mobilnya. Setelah memasuki mart, ia mengambil banyak snack. Netranya menyapu beberapa orang yang lalu lalang.
Langkah Savierra tertuju pada seorang wanita yang sudah mengkode dirinya.
"Ini pesanan anda nona," bisik pelayan itu lirih.
Savierra segera memberikan black card nya untuk digesek, karena sang pelayan itu juga membawa benda itu.
"Terima kasih, aku akan pergi dulu!" bisik Savierra yang diangguki oleh pelayan.
Setelah membayar belanjaannya, ia segera keluar dari mart. Ia berjalan dengan Karin di belakangnya.
"Tolong.."
Langkah Savierra terhenti saat mendengar rintihan pilu seseorang. "Apakah kau mendengar sesuatu Karin?" lirih Savierra sedikit bergidik ngeri.
Karin segera merapatkan tubuhnya ke arah Savierra. "Ya, sepertinya saya juga mendengarnya nyonya,"
Savierra menatap sekitar, netranya jatuh pada sebuah lorong kecil diantara mart dan cafe disebelahnya. Ia berjalan mendekati lorong tersebut dan alangkah terkejutnya saat melihat seorang lelaki muda yang tergeletak tak berdaya penuh dengan darah.
'Orang ini pasti bukan sembarangan. Lebih baik aku berhati hati,' batin Vierra. Ia segera mendekati lelaki itu.
"Hey apakah kau bisa mendengarku?" tanya Savierra.
"T-tolong saya.." lirih lelaki itu yang membuat Vierra segera memanggil ambulans.
"Karin, tolong suruh satu bodyguard ke sini! Cepat!"
Savierra menyuruh bodyguard untuk menemani dan menjaga lelaki itu sampai di rumah sakit. Savierra juga memberikan sejumlah uang yang ia berikan diam diam kepada lelaki itu agar bisa membayar biaya rumah sakit dan untuk makan.
•••
"Aku gak mau tau, intinya kau harus menghadiri pesta ulang tahun adikku."
Zyonel melotot garang pada Ryden yang tampak acuh. Hari ini ia memang mengunjungi mansion Ryden karena ingin membahas detail proyek kerja sama sekaligus memberi Ryden undangan pesta adiknya.
Ryden menghela nafas lirih. "Baik jika kau mengundangku sendiri, tapi kenapa harus membawa pasangan!?" katanya tak terima. "Kau tau sendiri, Caroline belum sehat, bahkan belum sadar. Lantas dengan siapa aku kesana hah!?"
Mata Zyonel memicing mendengar ucapan Ryden. "Heh? Ayolah, bukannya kau punya istri? Ajak saja dia, kenapa harus bingung?". Zyonel tak habis pikir dengan akal Ryden yang lemot itu.
Ryden menggeleng keras. "Big no! Aku tak mau mengajaknya! Merepotkan."
"Apa!? Ryden kau sungguh tak mau mengajaknya? Apa gunanya kau punya istri jika nanti ke pesta tak membawa pasangan?" kesal Zyonel. Ia kan juga ingin melihat bidadari cantik itu kembali.. upss!
Zyonel melempar kasar dua undangan itu ke meja, lantas ia berdiri dan berkata, "Aku tidak mau tau, pokoknya kamu harus membawanya ke pesta! Aku merasa kasihan dengan perempuan tak bersalah sepertinya.." ucapnya sarkas. "Jika kau tidak mau membawanya, aku tidak akan mau menemuimu dan tak mau melakukan misi selama satu bulan!" ancamnya lalu pergi dengan dongkol.
Brakk!!
Pintu yang tertutup kasar itu membuat Ryden memijit pelipisnya. "Ada apa dengan Zyo? Kenapa sangat sensitif sekali? Dan kenapa harus ngotot menyuruhku membawa perempuan itu ke pesta!?" gumam nya frustasi. "Akh.. Zyonel brengsek! Kau seperti perempuan saja suka marah marah!" erangnya kesal.
Ryden sangat tahu apa yang terjadi jika Zyonel tak melakukan misi. Posisi Zyonel sangat berpengaruh akan suplair obat obatan dan senjata pesanan klien. Sekali lalai dalam suplair saja bisa rugi ratusan juta, apalagi satu bulan, pasti kerugiannya tak main main jika Zyonel lalai selama itu.
"Shit! Dia pasti serius dengan ucapannya!"
Disis lain, Zyonel melangkah tegap menuju pintu utama. Tujuannya kini adalah pulang. Ia mengepalkan tangannya dan menendang udara dengan kesal.
"Ryden sungguh tak punya hati. Memiliki istri cantik malah di abaikan! Kenapa tak diberikan padaku saja jika ia tak suka?" gerutunya kesal. Ia membuka pintu utama mansion bersamaan dengan pintu yang terbuka dari luar.
Deg!
Tubuh Zyonel membeku menatap tak percaya di depannya. Ia menatap terpana pada pahatan indah di hadapannya. Garis wajah tegas, namun memiliki kelembutan, berkulit putih, hidung mancung, mata biru mempesona, alis yang menukik tajam, dan rambut putih keemasan yang tergerai indah, jangan lupakan juga bibir tipis berwarna cherry alami tampak menyempurnakan keindahan yang sesungguhnya. Sangat sempurna!. Pangeran Zyonel terpaku.
"Cantik sekali.."
"Kakak tampan.."
•••