Selamat datang di novel kedua author!!
Terimakasih sudah mampir dan baca di sini❤
Seperti biasa author bikin novel dengan minim konflik karena novel author adalah hasil kehaluan author yang direalisasikan dalam bentuk kisah sempurna tanpa cela sedikitpun😆
Happy reading love!
BRIANNA STANFORD, wanita cantik pemilik mata heterochromia dijadikan jaminan oleh kakaknya tanpa sepengetahuannya. Kakaknya meminta suntikan dana kepada pengusaha muda multinasional ALLARD LEONARDO SMIRNOV dengan alasan untuk membangun kembali perusahaannya yang hampir colaps. Bagaimana nasib Brianna ditangan Allard? Akankah cinta tumbuh diantara keduanya? Sedangkan Brianna sudah mengikrarkan bahwa dirinya tidak akan pernah menikah.
Simak terus ceritanya❤
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arashka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
Mobil masih melaju di hari yang sudah perlahan mulai menggelap karena sang matahari mulai beranjak dari peraduannya. Kini Allard melajukan mobilnya dengan kecepatan agak tinggi agar mereka sampai di lokasi camping tak terlalu malam. Karena Allard harus membangun tenda dan mempersiapkan semuanya. Beruntung selama di perjalanan tadi, Allard dan Brianna sempat berhenti di tengah perjalanan lalu mengambil beberapa kayu kering.
"Kau pernah mengajak kekasihmu berkemah seperti ini?" Tanya Brianna yang berpikiran bahwa pria setampan Allard pasti memiliki kekasih.
"Ini aku sedang mengajakmu." Jawab Allard.
"Ck.. Aku bukan kekasihmu." Balas Brianna.
"Hei bukankah kau yang mengikrarkannya? Aku hanya mengikuti apa katamu." Ujar Allard kembali mengingatkan perkataan Brianna beberapa minggu lalu di club milik Allard sebelum terjadi penyerangan padanya.
"Stop it! Jangan katakan hal itu lagi. Aku tarik ucapanku meskipun itu hanya perkataan random saja." Jawab Brianna dengan nada kesalnya. Dan Allard hanya tertawa pelan.
"Apa kau pernah memiliki kekasih, Al?" Tanya Brianna yang kembali mengorek informasi tentang Allard.
"Kau ingin membahas masa laluku? Mengapa tak kau ceritakan tentang dirimu saja?" Allard bertanya balik.
"Tak ada yang menarik dalam cerita cintaku. Karena aku tak pernah memiliki masa lalu bersama pria lain." Sahut Brianna.
"Mengapa?" Tanya Allard.
"Aku hanya ingin mempermudah jalan hidupku yang sudah ku atur sebaik mungkin. Tanpa harus terganggu masalah perasaan cinta, karena itu akan mengacaukan semua rencanaku." Jawab Brianna.
"Aku selalu dipaksa untuk segera mencari pria dan memulai sebuah hubungan dan menikah oleh Mommy dan Daddy. Tapi aku selalu menolaknya. Hingga di pertemuan terakhirku dengan Daddy dan Mommy pun, mereka mengutarakan keinginan mereka untuk melihatku menikah. Dan kau bisa menebaknya, aku masih seperti saat ini dan tak mengabulkan keinginan Mommy dan Daddy." Lanjut Brianna dengan mata yang terlihat sendu.
"Lagi pula apa tujuan menikah? Hanya untuk menikmati seks saja? Lalu memiliki anak? Aku bisa membeli seks toys atau mencari pria random yang tampan di Italia. Bukankah di sana banyak pria tampan dan mempesona?" Ujar Brianna dengan tawa kecilnya.
Allard hanya diam dan mendengarkan lalu sudut bibir sebelah kirinya terangkat sedikit.
"Aku tahu apa isi otak kotormu itu, Allard." Ujar Brianna yang melihat senyum tipis di bibir Allard.
Allard pun seketika menghentikan mobilnya di pinggir jalan. Lalu memundurkan jok mobilnya. Setelah itu ia menarik tubuh Brianna dengan mudah dan mendudukkannya di atas pahanya.
"Kau tak boleh sembarangan melakukan itu. Setidaknya lakukanlah denganku." Ujar Allard dan langsung melahap bibir Brianna saat itu juga.
Brianna pun menutup matanya lalu kedua tangannya menangkup pipi Allard yang sedikit berjambang. Brianna membalas ciumannya dengan pelan. Tangan Allard yang melingkar di pinggang Brianna pun, kini turun dan meremas bokong sintal milik Brianna.
Lalu tangan Allard masuk ke dalam kaos longgar Brianna dan mengusap pelan punggung mulusnya. Allard memasukkan kepalanya ke dalam kaos Brianna dan menciumi dada bulat milik Brianna serta memainkan nipplenya dengan lidah nakalnya. Brianna meremas kepala Allard dari luar kaos yang dipakainya dan tubuhnya menggeliat saat ia merasakan lidah Allard bermain di dadanya.
TOK
TOK
TOK
Saat Brianna dan Allard sedang panas-panasnya, tiba-tiba ada yang mengetuk kaca jendela mobilnya.
"Fuckkk.." Umpat Allard dengan pelan. Brianna hanya terkekeh melihat wajah kesal Allard karena ia lagi-lagi harus menahan hasratnya.
"Kita lanjutkan nanti baby." Ujar Allard sambil keluar dari balik kaos Brianna dan membuka kaca jendelanya dalam kondisi Brianna masih berada di atas pangkuan Allard.
"Hai maaf mengganggu kalian. Aku Marco, ini Cathy kekasihku dan itu Grace." Ujar pria tersebut memperkenalkan dirinya serta kekasih dan temannya.
"Bolehkah kami menumpang? Mobil kami mogok di depan sana dan kami sedang mencari tumpangan untuk ke bukit area camping. Sejak tadi kami tak menemukan pengemudi lain selain mobil kalian." Ujar seorang wanita bernama Cathy.
"Kebetulan kami juga akan kesana. Naiklah." Ujar Allard mengizinkan ketiga orang itu.
Brianna tak berkomentar apapun. Ia menatap tajam mata Grace yang sejak tadi hanya memandangi Allard saja.
'Ishh ingin rasanya ku colok mata itu!' Umpat Brianna dalam hatinya.
Brianna turun dari pangkuan Allard dan kembali duduk di tempatnya. Sedangkan Allard, ia turun dari mobil dan membuka penutup bak mobilnya dan membantu Marco untuk memasukkan tas carrier beserta barang yang lainnya. Setelah Allard selesai dan menutup kembali bak mobilnya, ia pun langsung memasuki mobil lalu diikuti oleh Marco, Cathy serta Grace yang duduk di bangku belakang.
"Bagaimana mobil kalian?" Tanya Brianna saat mereka kembali melanjutkan perjalanannya.
"Aku memarkirkannya di depan sebuah toko. Ah itu mobilku." Ujar Allard sembari menunjuk mobilnya. "Aku sudah menelpon temanku, dan ia baru akan membawa mobilnya dan memperbaikinya besok pagi." Lanjut Marco.
"Hei aku belum tahu nama kalian." Ujar Grace tapi tatapannya mengarah pada Allard dengan senyum sok ramahnya.
"Aku Brianna, dan dia Allard." Jawab Brianna.
Setelah hampir satu jam, mereka pun akhirnya sampai di lokasi camping. Sebenarnya ini adalah termasuk hutan yang bisa dilalui dengan menggunakan mobil. Brianna hanya diam saat mobil mulai memasuki hutan yang gelap gulita. Tangannya mencengkram bajunya dan ia menggigit bibir bawahnya dengan pelan.
"Hei baby, ada apa? Kau takut?" Tanya Allard yang merasakan perubahan Brianna.
Brianna menoleh lalu mengganggukkan kepalanya.
"Apakah ada binatang buas di sini?" Tanya Brianna pada Allard.
"Tentu saja ada. Ini adalah hutan, Nona Brianna." Jawab Grace dengan sok beraninya.
Brianna yang mendengar hal itu sudah pasti sangat kesal. Ia merasa di remehkan oleh Grace yang notabene baru dikenalnya beberapa jam yang lalu. Cathy nampak menyentuh tangan Grace juga menggelengkan kepalanya, ia memberikan tanda kepada Grace agar Graca tak menjawab semaunya pertanyaan Brianna dengan ucapan seperti itu.
Brianna tak menjawab perkataan Grace, karena menurutnya itu adalah hal yang tidak penting.
"Tenanglah, ada aku. Kau tak perlu takut." Ujar Allard lalu menggenggam tangan Brianna.
"Kau sering kemari, Allard?" Tanya Marco yang berusaha mencairkan suasana yang tadi sedikit tegang.
"Pernah beberapa kali. Ini adalah kali ke empatku ke sini, dan membawa kekasihku." Jawab Allard dengan menegaskan kata di akhirnya agar Grace tahu batasan untuk tidak mengganggu Brianna.
"Aku juga. Bukit itu adalah tempat favoritku dan Cathy." Jawab Marco lalu Cathy menoleh ke arah Marco dengan senyuman dan mengecup bibirnya.
Setelah sekitar sepuluh puluh menit, Allard pun menghentikan mobilnya.
"Kita sudah sampai." Ujar Allard.
Semua yang berada di dalam mobil pun keluar lalu mulai mengambil barang-barang serta tas carrier yang ditaruh di bak mobil belakang.
Allard mulai memasang tenda di dekat mobilnya. Begitu juga dengan Marco. Allard terlihat sangat mahir karena ia begitu cepat memasang tendanya. Grace pun hanya duduk saja di atas kursi lipatnya. Brianna memilih mendekati Cathy yang sedang membuat api unggun.
"Kau bisa membuatnya?" Tanya Brianna sembari menyerahkan beberapa kayu kering kepada Cathy.
"Hmm. Aku sering melakukan pendakian bersama Marco, dan aku jadi terbiasa." Jawab Cathy dengan senyumnya.
"Ini pengalaman pertamaku, Cathy. Maaf jika aku tak banyak membantu." Ujar Brianna dengan senyum tipisnya.
"Hei tak apa. Aku pun dulu seperti itu." Jawab Cathy.
"Besok aku yang akan menyiapkan untuk makan pagi." Sahut Brianna yang dijawab dengan anggukan oleh Cathy.
Tak lama api unggun pun mulai menyala. Brianna dan Cathy sedang berbincang di depan api unggun sembari menghangatkan tubuh mereka karena malam semakin dingin. Cathy pun sedang memanaskan air untuk membuat minuman hangat. Sedangkan Grace, ia sedang mencari muka di depan Allard dengan terus berusaha untuk membantu pekerjaan yang sedang dilakukan oleh Allard. Brianna tak menggubris Grace, karena Allard pun terlihat tidak terlalu merespon keberadaan Grace.
"Apakah dia selalu seperti itu, Cathy?" Tanya Brianna.
"Siapa? Grace?" Cathy bertanya balik lalu Brianna menjawabnya dengan anggukkan.
"Hmm dia selalu tebar pesona seperti itu. Aku tak bisa melakukan apa-apa karena sebenarnya aku juga baru mengenal Grace beberapa minggu yang lalu. Dia teman Marco sebenarnya." Jawab Cathy. "Kau tak cemburu melihat kekasihmu sedang di goda olehnya?" Tanya Cathy.
"Aku percaya padanya." Jawab Brianna.
Meskipun sebenarnya Brianna bingung harus berbuat apa ketika ia melihat Allard yang sedang mati-matian di goda oleh wanita itu. Brianna tak mau Allard besar kepala karena melihat kecemburuan Brianna. Karena tadi, Brianna sudah dengan mantap mengucapkan bahwa ia bukan kekasihnya. Brianna cukup gengsi mengakui bahwa sebenarnya ia cemburu saat ini.
"Hei jangan selalu merasa aman dan terkendali pada hubunganmu. Kita tak pernah tahu isi hati seorang pria. Apalagi kekasihmu ini sangat tampan dan hot. Pasti banyak wanita yang akan selalu menggodanya. Kecuali aku." Ujar Cathy dengan tawa kecilnya.
Brianna pun ikut tertawa mendengar ucapan Cathy. Setelah berbincang sekitar dua puluh menit, Brianna pun membuatkan kopi untuk dirinya dan juga untuk Allard. Lalu ia membawanya pada Allard ketika Allard baru saja duduk setelah menyelesaikan pekerjaannya memasang tenda. Grace yang tahu Brianna akan mendekat ke arahnya, ia langsung mengambil tempat di samping Allard lalu duduk di sana. Brianna nampak santai menanggapinya.
"Ini ku buatkan kopi untukmu." Brianna menyerahkan gelas kertas yang berisikan kopi kepada Allard.
"Thank you, baby." Allard menerima gelas itu lalu meniup kopinya karena masih panas.
"Kau tidak membuatkannya untukku?" Tanya Grace.
"Kau bisa membuatnya sendiri, Grace. Aku bukan baby sitter-mu." Jawab Brianna lalu memilih kembali pada Cathy karena malas berada di dekat Grace.
"Honey, kau mau kemana?" Tanya Allard.
Brianna tak menggubris pertanyaan Allard dan terus saja berjalan. Allard pun beranjak dari duduknya lalu berjalan mengikuti Brianna.
"Al kau mau kemana?" Tanya Grace yang juga ikut bangkit dari duduknya.
"Tentu saja mengikuti kekasihku." Jawab Allard.
Grace nampak kesal karena Allard sama sekali tidak menggubris godaannya. Meski begitu, ia tetap mengikuti kemanapun Allard pergi. Bahkan kini ia berada di samping Allard dan duduk di atas kursi lipatnya.
Brianna duduk di atas tikar yang tadi digelar oleh Cathy di depan api unggun. Sedangkan Cathy dan Marco memilih untuk duduk di kursi lipat yang mereka bawa. Brianna duduk dan melepaskan sepatunya, ia meluruskan kaki jenjangnya karena merasa pegal.
Allard yang tiba-tiba datang, langsung merebahkan tubuhnya di atas tikar dan paha Brianna ia jadikan sebagai bantalnya.
"Ouuhhh dingin sekali, honey. Kau mau menghangatkanku dengan pelukanmu?" Tanya Allard yang kembali menggoda Brianna.
"Ada api di depanmu. Mau ku panggang di atasnya?" Sahut Brianna sambil memandang ke bawah dimana wajah Allard berada.
"Kau tega sekali padaku honey." Jawab Allard sembari membalikkan tubuhnya menghadap ke arah perut Brianna dan memeluknya.
"Jika kau ingin tidur, tidurlah di dalam. Di sini dingin, Al." Ucap Brianna.
"Aku tak bisa tidur jika di sampingku tak ada dirimu, baby. Tak ada yang bisa ku peluk." Jawab Allard dengan wajah yang di benamkan di perut Brianna.
"Masuklah lebih dulu Anna. Bayi besarmu harus segera kau tidurkan jika tak ingin dia rewel nantinya." Ujar Marco sambil terkekeh pelan.
"Aku masih mau di sini. Kau tak apa tidur di sini sebentar? Nanti akan ku bangunkan." Kata Brianna lalu dijawab dengan anggukkan oleh Allard.
Allard semakin mengeratkan pelukannya, dan tangan Brianna mengusap kepala Allard hingga bayi besar itu tertidur lelap di atas paha Brianna. Brianna masih bercengkrama dengan Cathy dan Marco. Brianna sama sekali tak mengajak Grace untuk berbincang meskipun sesekali Marco memancingnya untuk mengikuti obrolan itu.
Selang satu jam, Brianna pun membangunkan Allard untuk segera masuk ke dalam tenda. Mereka akan segera tidur karena dini hari nanti mereka harus bangun dan mendaki ke arah bukit.
Allard berjalan dengan gontai sambil memeluk Brianna dengan manja seperti anak kecil. Brianna tak keberatan akan hal itu dan ia membalas pelukan Allard lalu masuk ke dalam tenda dan tidur bersama.
TBC
Jangan lupa tinggalin jejak yaa
Follow Like Komen Vote Favorit dan Hadiah juga biar author semakin semangat updatenya 😁❤