Alden adalah seorang anak yang sering diintimidasi oleh teman-teman nakalnya di sekolah dan diabaikan oleh keluarganya.
Dia dibuang oleh keluarganya ke sebuah kota yang terkenal sebagai sarang kejahatan.
Kota tersebut sangat kacau dan di luar jangkauan hukum. Di sana, Alden berusaha mencari makna hidup, menemukan keluarga baru, dan menghadapi berbagai geng kriminal dengan bantuan sebuah sistem yang membuatnya semakin kuat.
#story by suciptayasha#
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SuciptaYasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19 Eksekutif ke-9, Leon
Di perjalanan pulang, Alden masih memikirkan tentang orang yang dia lihat di restoran Lila. Ia punya firasat bahwa orang itu bukanlah orang sembarangan.
Di tengah lamunannya, seseorang mencegat jalan Alden, seorang pria dengan tinggi yang sama dengannya, mengenakan setelan jas panjang yang terlihat sangat berwibawa.
Di tengah gelapnya malam, Alden dapat melihat dengan jelas bahwa itu adalah wajah yang ia lihat di restoran Lila, namun sekarang terlihat lebih dingin dan kejam.
"Apa kau punya urusan denganku?" ucap Alden mencoba mengintimidasi pria itu.
Namun pria itu masih dengan kepribadian tenang kemudian berkata, "Tidak usah terlalu waspada, aku datang bukan untuk bertarung denganmu."
Pria itu berjalan mendekati Alden, memperlihatkan wajahnya dengan lebih jelas kemudian memperkenalkan dirinya yang membuat Alden sangat terkejut.
"Eksekutif Viper ke-9 yang baru, Leon, senang bertemu denganmu, si misterius."
Saat itu Alden merasa jantungnya berdetak lebih cepat.
"Eksekutif Viper?" pikirnya tak percaya, sambil mencoba menyembunyikan kekhawatirannya.
Pria di depannya menampilkan senyum yang tampak tenang, namun ada kedinginan tersembunyi di balik mata Leon.
"Tentu saja aku datang menemuimu, bukan untuk bertarung. Aku datang ke sini untuk sebuah tawaran," lanjut Leon dengan suara rendah yang mampu membuat bulu kuduk berdiri.
Alden menjaga wajahnya tetap netral, menyadari bahwa ia tak bisa menunjukkan kelemahan di depan eksekutif Viper.
"Tawaran seperti apa yang kau bicarakan?" tanya Alden, mencoba menilai niat Leon.
Dia tahu negosiasi ini bisa mengubah semua rencananya. Leon membentangkan tangannya kemudian berkata, "Tawaran untuk menghancurkan Viper."
Alden terkejut mendengar tawaran itu. Dia mencoba membaca ekspresi Leon, mencari tanda-tanda ketidakjujuran atau jebakan. Namun, Leon tampak serius dengan mata yang penuh tekad.
"Kenapa seorang eksekutif Viper ingin menghancurkan organisasi tempatnya berasal?" tanya Alden dengan skeptis, masih setengah tidak percaya bahwa orang di depannya berbicara dengan tulus.
Leon menarik napas dalam-dalam, seakan mempertimbangkan seberapa banyak dia harus mengungkapkan.
"Anggap saja aku punya dendam rahasia terhadap organisasi itu," jawabnya, suaranya berat dan dipenuhi rasa pahit.
Leon menatap Alden dengan tajam. "Kau mungkin baru di kota ini, tapi sudah membuat namamu dikenal. Koneksi dengan Frost dan reputasi sebagai Si Misterius cukup menggambarkan potensi yang kau miliki."
Alden tidak dapat menyangkal fakta itu telah menjadi salah satu alasannya dihubungi. Namun, dia masih perlu lebih dari sekadar pujian untuk mempercayai Leon.
"Apa yang membuatmu berpikir aku akan mempercayaimu?"
Leon tersenyum tipis. "Karena kita punya tujuan yang sama. Kau ingin menyeimbangkan keadaan di Nirve, sementara aku ingin menghancurkan akar busuk Viper. Kita bisa saling membantu," jelasnya, memberikan jaminan bahwa tujuan mereka bisa saling selaras.
Setelah beberapa saat merenung, Alden akhirnya memutuskan. Dia tahu bahwa untuk mencapai tujuannya, dia harus mengambil risiko.
"Baik, Leon. Aku setuju untuk mempertimbangkan tawaranmu," katanya mantap. "Tapi aku ingin lebih banyak informasi sebelum kita melangkah lebih jauh."
Leon menepuk tangannya, tanda kerjasama di antara mereka telah terjalin. "Baiklah, untuk awalan aku akan memberi tahumu informasi tentang eksekutif ke-3..."
Alden memikirkan rencana Leon ketika melanjutkan perjalanan pulang, dia juga merenungkan syarat kerja sama mereka, yaitu untuk merahasiakan hubungan mereka, termasuk dari orang-orang terdekat Alden.
Sebenarnya, Alden merasa tidak enak untuk menyembunyikan sesuatu dari keluarganya. Namun, dia tidak punya pilihan lain, ia juga tidak ingin menyeret rekan-rekannya ke dalam bahaya yang lebih besar.
Naira, Jay, dan Lucy telah menunggu kepulangan Alden di rumah kecil mereka. Alden tersenyum hangat ke arah mereka bertiga.
"Duh, kenapa kau pulang sangat larut? Kami semua sangat khawatir, kau tahu?"
"Maaf Naira, aku membeli sedikit makanan di perjalanan pulang tadi. Ayo kita makan kemudian mengobrol," jawab Alden hangat.
Semua orang telah berkumpul di meja makan, menyantap sup buatan Ibu Lila dengan lahap hingga kebahagiaan terpancar di wajah mereka semua.
"Lain kali aku akan membawa kalian makan di sana," kata Alden melihat ketiga rekannya yang kelihatannya sangat menyukai hidangan mereka.
Usai makan, Lucy langsung beranjak tidur dengan boneka teddy kesayangannya, meninggalkan mereka bertiga masih di meja makan untuk mengobrol.
"Jadi, berita penting apa yang ingin kau sampaikan?" ucap Naira, mengetahui niat Alden mengumpulkan mereka sehabis makan malam.
Alden kemudian menjelaskan pertemuannya dengan Lila, menolongnya dari penjahat hingga terlibat dengan urusan geng Frost. Namun, semua masalah itu selesai dengan terjalinnya kerjasama di antara kedua belah pihak.
Jay mengelus dagunya kemudian berkata, "Geng Frost ya, sebenarnya tidak ada masalah jika berhubungan dengan mereka, bahkan kita akan mendapat keuntungan lebih jika dapat bekerjasama dengan mereka."
Naira menimpali, "Itu benar, berbeda dengan Viper, geng Frost masih jauh lebih baik. Mereka saling menghargai antar rekan, tidak pernah mengkhianati, dan yang terpenting memiliki musuh yang sama dengan kita, yaitu Viper."
Alden merasa lega mendengar dukungan dari Naira dan Jay. Ia merasa bersyukur bahwa setidaknya ia tidak perlu menyembunyikan masalah geng Frost dari mereka.
Tapi meski begitu, ia tetap harus menahan diri untuk tidak menyebutkan tentang Leon dan rencana penghancuran Viper.
"Kalian benar," ujar Alden, "Frost bisa menjadi sekutu yang kuat dan aset yang berharga. Namun kita harus tetap waspada, terutama dengan meningkatnya ketegangan antara geng di kota ini."
Naira mengangguk setuju. "Penting untuk tidak terlalu bergantung pada mereka. Situasi bisa dengan cepat berubah, dan kita harus siap untuk segala kemungkinan."
Jay menambahkan, "Benar, bahkan dengan Frost di pihak kita, kita tidak tahu siapa saja yang mengincar kita. Terutama dengan reputasimu yang semakin dikenal, Alden."
Alden tersenyum dan berkata, "Aku selalu bisa mengandalkan kalian. Mari kita berjaga-jaga dan terus memperkuat jaringan kita. Kita pasti bisa menghadapi apapun yang datang."
Setelah pembicaraan mengenai geng Frost selesai, Naira merasa ada yang janggal dengan gerak-gerik Alden, dia terlihat seperti ada yang ingin dibicarakan tapi masih ragu.
"Kau tidak perlu ragu untuk mengatakan isi hatimu."
Perkataan Naira yang tiba-tiba membuat Alden tersadar, ia kemudian mempersiapkan diri untuk mengatakan sesuatu yang ditahan tadi.
"Aku... ingin pergi ke sekolah."
"Pffttt."
Jay menyemburkan air yang diminumnya setelah mendengar pernyataan Alden yang di luar dugaannya. Setelah kaget sejenak, Jay kemudian tertawa terbahak-bahak sambil menepuk meja.
"Hahaha, apa kau rindu dengan gadis sekolahan? Lupakan saja, mereka semua yang ada di sekolah bukan seorang siswa, melainkan gangster!"
"Diamlah Jay!" bentak Alden merasa malu.
Naira menyilangkan kedua tangannya dan bertanya dengan nada tegas karena terganggu dengan ucapan Jay yang dengan blak-blakan mengatakan Alden ingin mencari gadis sekolahan.
"Aku mendapat informasi jika eksekutif ke-3 Viper adalah seorang anak SMA, hanya di sekolah itulah dia dapat terlihat dan membaur dengan orang-orang." Ucap Alden menjelaskan kesalahpahaman di antara teman-temannya. Tentunya ia mendapat informasi tersebut dari Leon.
Naira membuang napas lega, "Kalau tujuannya untuk mengalahkan musuh, kenapa kau tidak bilang dari tadi? Kalau begitu tidak ada alasan untuk menolak permintaanmu."
"Kalau begitu kau membutuhkan latar belakang baru!" ucap Jay memiliki rencana tersendiri.
(saran aja)