Rasa cinta yang sangat besar pada Gentala Wiliam Manggala membuat Alena secara ugal ugalan mengejar cintanya. berkali kali di tolak tidak membuat gadis itu menyerah, hingga suatu hari dia mendengar kalimat menyakitkan dari Wiliam.
"wajar kau bertanya seperti itu? kau pikir aku semurah itu? aku hanya kasihan karena hidupnya menyedihkan, paham!!" -kalimat Wiliam yang secara tidak sengaja menghancurkan hati Alena.
bukan, bukan karena di tolak lagi, tapi kalimat yang mengatakan 'hanya kasihan karena hidupnya menyedihkan' membuat Alena runtuh.
sore itu di tengah hujan deras Alena terlibat kecelakaan maut hingga gadis itu di larikan ke rumah sakit.
ajaibnya, setelah satu Minggu di rawat, Alena kembali tersadar, tapi yang membingungkan Alena tersadar di raga orang asing bernama Nadira Fernandez, seorang gadis yang di kucilkan oleh keluarganya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HaluBerkarya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ini yang mau ku ceritakan tadi!
"Valle, aku melihat ibu panti tadi ke rumah sakit" Di dalam mobil Alena tidak banyak bicara,dia sibuk mengirim pesan pada sahabatnya, Vallerio cukup tahu banyak tentang panti yang Alena tempai dulu karena pria itu selalu ikut ibunya pergi berbagi disana. Hingga dia juga yang membantu Alena keluar dari sana karena merasa kasihan setiap kali gadis itu curhat.
Oh iya,terus gimana? Apa tujuannya kesana? tanya Vallerio dari seberang sana. Alena mengirim foto yang sempat dia ambil secara diam diam di parkiran tadi,dimana emak tiri dan ibu panti bercengkrama akrab.
Nah ini maksudku waktu itu Alena,aku pernah melihat mommy tiri kamu ke panti, kemarin juga kebetulan aku dan mama melihatnya pulang dari sana.
"terus kenapa nggak cerita bodoh?" bukan hanya pesan yang terkirim dengan kalimat,tapi Alena benar benar mengumpat saat ini,hal itu membuat Wiliam yang masih fokus menyetir memandang ke arahnya.
"kenapa?" tanya Wiliam datar. Alena tidak menjawabnya sama sekali, dia masih fokus berbalasan pesan dengan Vallerio.
Sebenarnya maksud aku tadi pagi menyuruhmu datang cepat ke sekolah ya untuk bercerita tentang hal ini, tapi melihat kamu berduaan dengan Wiliam dalam situasi canggung membuatku lupa semuanya,hehehhe. Balas Vallerio lagi lagi membuat Alena menggerutu sendiri.
"tugas kamu besok caritahu semuanya!!!" setelah mengirim pesan terakhirnya,Alena kembali menyimpan ponsel ke saku jaketnya.
"pulangnya kemana? atau mau ke rumah dulu?" tanya Wiliam saat mendapati tatapan Alena.
"ke apartemen, motorku kapan baliknya?" ketus Alena masih memikirkan motor kesayangannya.tidak ada niat mengikuti mobil Wiliam tadi,tapi dia reflek masuk karena takut ketahuan oleh ibu tirinya.
"kenapa tidak langsung pulang ke rumah kamu saja? Lagi pula hari ini aku free bisa mengantar kamu kemana saja,ke pelaminan juga boleh" entah siapa yang mengajarinya,sungguh tidak cocok dengan tampang Wiliam sekarang. Bagaimana tidak,dia berbicara seperti itu dengan raut wajah datarnya membuat Alena tergelak.
"hahaha, udah deh.. Wiliam kamu tidak cocok bercanda seperti itu ,sungguh. Mending balik seperti dulu lebih baik,jadilah Wiliam yang selalu tenang dan tegas, jadilah Wiliam yang tidak pernah mau di ganggu siapapun, ini tadi ih geli banget lihatnya tau nggak!!" tidak ada lagi panggilan Tala seperti biasanya, Alena benaran menempatkan posisi Wiliam sebagai pria tak tersentuh dan tuan muda yang tidak bisa digapai.
"ulangi!!" perintah Wiliam usai menepikan mobilnya,Alena bingung sendiri, sebenarnya dimana letak kesalahannya dalam bicara.tanpa berani bersuara Alena menunduk saat tadi sempat bersih tatap dengan pandangan tajam Wiliam.
"Alena!!" suaranya tegas tapi masih lembut.
"apanya yang harus di ulangi?" jujur nyali Alena menciut saat ini,walau dalam hati banyak kalimat umpatan tapi hanya sampai di kerongkongannya.
"nama panggilannya, aku kurang dengar" sahut Wiliam tanpa mau melajukan kembali mobinya.
"ouhhh hanya perkara itu aja,, masih muda tapi sudah tuli astaga,,,Wiliam, kenapa memangnya?" ujar Alena sembari menyindir dengan kalimat ajaibnya.hendak marah tapi Wiliam berusaha sabar,memang tidak mudah,mendapati Alena mau menanggapi pembicaraannya saat ini saja harusnya dia bersyukur, ya walaupun Wiliam punya jurus memaksa sih.
"Tala Alena Tala!!" ujar Wiliam gemes sendiri.
"hadeh, salahnya dimana? Bukankah nama panggilanmu memang Wiliam?" tidak mau memperpanjang, pada akhirnya Wiliam diam.
.
.
Mobil Wiliam kini sudah sampai di depan apartemen Alena, dia turun lebih dulu lalu membuka pintu samping mempersilahkan Alena yang masih mengendong tubuh kecil Aurora untuk keluar. Jika dilihat mereka seperti keluarga kecil yang pulang menemani anaknya bermain.
"kenapa lagi? Kamu mau ikut mampir?" niat hati mengusir Wiliam secara halus tapi pria itu justru mengangguk cepat.
Alena berjalan lebih dahulu di ikuti oleh Wiliam dari belakang.hingga sampai di dalam unit apartemennya Alena bingung mau memberi Wiliam apa pasalnya tidak ada minuman ataupun cemilan yang tersisa disana. Walau sudah sering Alena mampir tapi dia selalu lupa untuk menyetok jajan atau semacamnya.
"tidak ada cemilan, kau duduk diam disitu atau kalau tidak betah boleh pulang sekarang!" ujar Alena tanpa perasaan. Dia berlalu ke dalam kamar untuk sekedar Menganti pakaian.
.
Wiliam membuka ponselnya yang sedari tadi bergetar di saku celananya, hal pertama yang dia tuju adalah membaca isi pesan Alena dan Vallerio. Selesai membaca Wiliam mengirim pesan pada anak buah deddynya untuk mencaritahu keanehan lainnya dirumah sakit. Apalagi tadi setelah melihat keakraban salah satu dokter dan ibu panti membuat otak Wiliam berpikir ke arah sana.
Usai dengan hal itu, Wiliam memesan makanan untuk mereka makan siang, ya walaupun tadi dia sudah makan di rumah tapi saat ini dia mau makan bersama Alena nantinya. Tidak hanya makanan, pria itu juga memesan berbagai minuman dan jajan untuk stok di apartemen gadisnya.
Selesai mandi Alena keluar kamar, dia sedikit kaget saat Wiliam sudah menyiapkan makanan di meja ruang tamu, Alena yang kebetulan laper karena tidak sempat makan siang tadi kini hanya tersenyum tipis. Dia menghampiri Wiliam yang masih sibuk dengan penataan makanan.
"udah selesai?" tanya Wiliam yang menyadari keberadaan Alena di belakangnya.
"hmm kau membeli makanan sebanyak ini untuk siapa??"
"tentu saja untuk kita, ayo makan sekarang" Alena ikut duduk, belum sempat makan Alena teringat dengan Aurora yang masih tertidur di sofa.
"bangunin Rora dulu" ujar Alena sebenarnya canggung hanya makan berdua dengan Wiliam, kalau Aurora bangun kan bagus, ada yang berceloteh.
"nggak perlu," lain halnya dengan Alena, Wiliam saat ini malah lebih senang dengan situasi sekarang, tapi bukan Alena namanya jika tidak keras kepala, dia dengan cepat membangunkan Aurora untuk makan bersama. gadis kecil itu terbangun, dia mengucek matanya gemas
"mommy,, air.." Alena dengan cepat memberinya Air, setelah sadar sepenuhnya Aurora bingung sendiri berada di apartemen kecil milik Alena.
"kakak,kenapa kita disini?" tanyanya menatap Wiliam.
"hmm kemari,kita makan" tidak menjawab, Wiliam hanya menyuruhnya untuk segera makan.
.
tak lama setelah makan selesai Wiliam dan Aurora pulang. Kini Alena sendirian disini. Dia melangkah kembali ke kamarnya untuk merebahkan diri.
sampai malam Alena tidak berniat pulang ke rumah, dia malam ini menginap disini.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...