Mimpi yang terus terulang membwa Leora pergi ke dimensi berbeda serta merubah kehidupannya.
Dia yang hanya seorang pemilik toko kecil di pusat kota justru di sebut sebagai ELETTRA (Cahaya) di dimensi lain dan meminta bantuannya untuk melenyapkan kegelapan.
Secara kebetulan, begitulah menurutnya. dirinya pergi ke dimensi berbeda bersama Aron yang menjadi sahabatnya melalui mimpi, namun siapa sangka persahabatnnya bersama Aron justru membawa dirinya pada situasi yang tidak biasa.
Sihir yang semula hanya dia tahu melalui buku secara ajaib bisa dia lakukan.
Dan ketika cinta bersemi di hatinya serta tugas melenyapkan kegelapan telah selesai, apa yang akan dia lakukan?
Akankah dia kembali ke dimensi aslinya atau akan tetap bersama pria yang dia cintai?
Ikuti kisahnya.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FT.Zira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15. LD 15.
Alih-alih mendengar suara sang adik, Ruchira justru mendengar suara gemerisik dari atas dimana kini ia berdiri di bawah pohon, satu hal yang cukup untuk membuat kepala gadis itu mendongak dan terkejut dengan apa yang dia lihat.
"RE,,,?!?" pekik Ruchira.
"Apa yang kamu lakukan di atas? Turun!"
Gadis itu terkejut melihat adik yang ia cari justru berada di atas pohon yang cukup tinggi, memeluk batang pohon tanpa melakukan pergerakan.
"Aku,,,"
"Kakak bilang turun! Berbahaya!" potong Ruchira.
"Tapi, bagaimana jika Ayahanda marah?" tanya Raegan lirih.
"Ayah tidak akan marah jika kamu bertanggung jawab, bukan lari dari kesalahan yang telah kamu lakukan," sahut Ruchira.
"Tapi_,,,,"
"Kakak janji Ayah tidak akan marah, sekarang turun!" bujuk Ruchira.
"Uhm,,, itu,,,,"
"Apa lagi?" tanya Ruchira tidak sabar.
Dalam benaknya ia khawatir jika adik yang ia sayangi terjatuh dari pohon yang cukup tinggi, ia bahkan tidak bisa membayangkan bagaimana cara sang adik naik.
"Aku takut, Kak," Raegan menjawab pelan.
Ruchira meletakan telapak tangan di wajah, tersenyum geli melihat tingkah adiknya yang selalu di luar dugaan. Anak laki-laki yang baru berusia delapan tahun, mahir dalam berpedang, menguasai lima jenis kekuatan sihir di usia muda dan masih bisa berkembang, namun takut akan ketinggian.
"Lompat! Kakak akan menangkapmu," ujar Ruchira lagi.
"Janji?" harap Raegan.
"Janji," sahut Ruchira.
"Sekarang, lompat!" imbuhnya sembari mengulurkan kedua tangannya ke depan dengan kepala tetap mendongak.
Raegan menatap sang Kakak yang berada di bawah dengan posisi siap untuk menangkap tubuhnya. Dengan perlahan, ia menurunkan kedua kaki dengan tetap berpegangan pada cabang pohon tempatnya berpijak menggunakan kedua tangan, lalu menjatuhkan tubuhnya, namun tetap bertahan sejenak untuk memperpendek jarak, hingga ia melepaskan kedua tangan yang membuat tubuhnya meluncur cepat ke bawah.
"Dapat,,!" Ruchira berseru senang saat tubuh adiknya jatuh tepat ke dalam pelukannya, lalu menahan tubuh sang adik tetap berada dalam gendongannya.
"Dasar bandel!" ujar Ruchira sembari menggosokan hidungnya ke hidung adiknya.
"Tapi, kamu cerdas melompat dengan cara berayun terlebih dulu untuk memperpendek jarak ketinggian. Atau_,,,"
Ruchira menggantung kalimatnya, menatap anak laki-laki yang berada dalam gendongan sembari menyipitkan mata penuh selidik.
"Apakah kamu sengaja melakukan ini, Re?"
"Errrr,,,,, itu,,,,,"
Raegan memutar bola matanya, masih bertahan dalam gendongan sang Kakak.
"Aahhh,,, Kakak,,,,,"
Raegan menjerit tanpa bisa menyelesaikan jawabannya saat sang Kakak justru memutar tubuh dalam keadaan dirinya masih berada dalam gendongan.
"Kakak,,, Turunkan aku!" pinta Raegan setengah berteriak.
"Jawab! Kamu bisa turun tanpa bantuan Kakak bukan?" tanya Ruchira.
"Iya, aku bisa. Berhenti berputar dan turunkan aku!" pinta Raegan lagi.
"Oh,,, sudah berani memberi Kakak perintah?" sambut Ruchira.
"Kakak,,,,!" keluh Raegan.
Ruchira tergelak, berhenti berputar dan menurunkan sang adik yang gagal mengontrol pijakan kakinya sendiri, lalu jatuh terduduk dengan pandangan berputar.
Sekali lagi, gadis itu tergelak singkat melihat adiknya membutuhkan waktu beberapa saat sebelum berdiri.
"Ayo masuk ke dalam, akui kesalahan yang telah kamu lakukan dan minta maaf," perintah Ruchira.
"Baik," sahut Raegan.
Gadis itu mengulurkan tangan, yang segera di sambut oleh Raegan dengan tersenyum, lalu melangkah masuk ke dalam istana bersama.
"Apakah kali ini kakak akan tinggal lebih lama?" Raegan bertanya di tengah langkah mereka.
"Mengapa kamu bertanya?" sambut Ruchira.
"Aku ingin berlatih bersama Kakak lagi," jawab Raegan.
"Sejak Kakak pergi ke Academy sihir, Kakak hanya pulang ketika libur, dan itu hanya beberapa hari. Aku bosan sendirian," imbuhnya.
"Bukankah sebentar lagi kamu juga akan pergi ke Academy?" Ruchira balas bertanya.
"Masih dua tahun lagi," jawab Raegan lesu.
"Hemm,,,," gadis itu bergumam sembari memikirkan sesuatu.
"Begini saja, bagaimana jika Kakak mengajakmu ke Academy untuk melihat-lihat? Anggap saja untuk perkenalan sebelum kamu menjadi bagian dari Academy?" tawar Ruchira.
"Apakah Ayah akan mengijinkan?" tanya Raegan ragu.
"Kakak justru merasa yakin jika kamu bisa masuk ke Academy satu atau dua tahun lebih cepat. Kakak juga sudah mendengar tentang semua perkembanganmu dalam berpedang dari para pengawal,"
"Jadi, Kakak akan berbicara dengan Ayah," Ruchira menambahkan.
Raegan menoleh sekaligus mendongakkan untuk menatap sang Kakak, lalu tersenyum sembari menganggukan kepala.
Keduanya memasuki ruangan besar di mana singgasana berada di ujung jalan dari tempat mereka berdua berdiri dengan seorang pria paruh baya duduk dengan wibawa yang pria itu miliki. Mengenakan pakaian kebesaran beserta sebuah mahkota berukiran indah terpasang di kepalanya. Beberapa orang berdiri di sisi kanan dan kiri Sang Raja.
Ruchira melepaskan tangan adiknya, berjalan dengan langkah tegap untuk menghadap Raja yang menjadi Ayah mereka berdua, lalu berlutut ketika berada di depan Sang Raja.
"Saya menghadap, Baginda Raja,"
Keduanya memberi salam sembari berlutut.
"Berdirilah, Putra Putriku," sambut Sang Raja.
Mereka berdua berdiri, namun tetap menunjukkan sikap hormat mereka di depan Sang Raja meski Raja itu adalah Ayah mereka sendiri.
Sang Raja mengungkapkan bahwa Raegan akan masuk ke Academy sihir untuk belajar sihir secara menyeluruh dua tahun lebih cepat dari seharusnya setelah mendengar laporan dari pengawal kepercayaan yang melatih putranya berpedang. Sekaligus menyampaikan bahwa keduanya bisa terpilih menjadi penerusnya selama menunjukkan bahwa mereka pantas menjadi Raja atau Ratu.
.
.
.
Beberapa tahun berlalu, hingga kini kedua calon Raja dan Ratu telah tumbuh dewasa, keduanya saling menunjukkan kemampuan mereka dalam segala hal dan memilki keunggulan mereka masing-masing.
Bahkan dalam berperang Ruchira dapat memimpin dengan baik meski dia seorang wanita, hingga banyak dari mereka mendukung Ruchira untuk menjadi Ratu.
Siang itu, di tempat latihan, Ruchira berdiri tegap dengan sebuah busur di satu tangan, sementara di punggungnya membawa puluhan anak panah. Ia bahkan membawa puluhan anak panah lain yang telah di siapkan di dalam kotak yang ia letakkan tak jauh dari kakinya.
Beberapa meter dari tempat Ruchira berdiri, Raegan berdiri dengan pedang pendek di tangan kiri dan pedang panjang di tangan kanan, tersenyum tipis menatap sang Kakak.
Di sisi lain, Ayah mereka mengawasi Putra Putrinya yang akan berlatih bersama dengan di saksikan puluhan orang dari kerajaan.
"Jangan menahan diri, Kakak," ujar Raegan.
Ruchira tersenyum, menatap sang Adik yang kini telah dewasa serta memiliki ketampanan yang luar biasa menurut dirinya.
"Kuharap, kau tidak membiarkan anak panahku menggores wajah tampanmu, atau kau tidak akan mendapatkan permaisuri seumur hidupmu," ucap Ruchira.
"Kenapa sekarang Kakak membahas pasangan?" protes Raegan.
"Aku tidak akan menikah dalam waktu dekat, aku juga ingin mencari pasanganku sendiri," imbuhnya.
"Dan kau harus memperkenalkan wanita yang kau pilih padaku terlebih dulu," sahut Ruchira.
Raegan hanya menaikan bahu, lalu mengangkat satu pedang ke depan. Di saat yang sama, Ruchira mengangkat busur di tangannya, mengambil tiga buah anak panah sekaligus, lalu mengarahkannya pada sang Adik.
Raegan memutar kedua pedang yang berada di tangannya, menangkis puluhan anak panah yang bisa di lepaskan sang Kakak dengan kecepatan yang luar biasa. Satu waktu tiga anak panah di lepaskan, detik berikutnya sang Kakak kembali melepaskan tiga anak panah dan begitu seterusnya.
"Keduanya sama-sama hebat, Baginda Raja,"
Salah satu dari pendamping Raja berkomentar, mengagumi kemampuan dua calon pemimpin yang akan menggantikan posisi Raja.
"Hanya ada satu penentuan lagi untuk menentukan siapa yang terpilih," ujar Sang Raja.
"Apakah yang Anda maksudkan adalah kontrak sihir bersama hewan suci?" satu dari mereka bertanya.
"Benar," jawab Sang Raja.
"Bawa mereka ke kuil, kita akan memulai ritualnya,"
"Baik," mereka menjawab serempak.
Beberapa saat setelah latihan mereka selesai, keduanya segera menuju kuil sesuai dengan yang di inginkan Sang Raja untuk memulai ritual.
Keduanya di minta untuk masuk ke dalam kuil suci di mana kuil itu adalah ruang tanpa batas. Meminta calon Raja dan Ratu untuk menemukan hewan suci mereka yang akan menjadi penentu terpilihnya mereka menjadi penerus.
"Kuharap, Kakak lah yang terpilih," ujar Raegan sebelum masuk.
"Andai aku bisa menolak ritual ini, aku sudah melakukannya, aku ingin Kakak yang menjadi Ratu dari kerajaan Luminara," imbuhnya.
"Kita akan mendapatkan jawabannya karena hanya salah satu dari kita yang akan di pilih hewan suci, berhati-hatilah selama di dalam, apapun yang berada di dalamnya hanyalah ilusi," sahut Ruchira mengingatkan.
"Begitu juga dengan Kakak," sambut Raegan.
Keduanya melangkah masuk bersama, mendapatkan sambutan yang sama di mana mereka harus bertarung seorang diri melawan ratusan orang yang membuat keduanya seakan-akan berada dalam medan perang, namun tanpa prajurit.
Satu hal yang keduanya tidak ketahui adalah, keteguhan serta ketulusan hati mereka turut di uji di dalamnya
. . . . .
. . . .
To be continued..
tanya leora ini 🧐
🤣🤭