Geng motor
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayliz_Mavka97, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CANDU!
..."Aku kalah honey"...
...~ Arzhelio Attalix Javernest R. ~...
Milan, Italia
Markas Black Dragon
Pagi ini, cuaca kembali cerah membuat semua orang yang ada di Markas Black Dragon kembali berlatih, pagi-pagi sekali mereka semua sudah berkumpul di Taman belakang untuk meningkatkan kemampuan masing-masing.
Pagi ini terlihat berbeda, karna semua anggota The King Devil's dari tiga Negara juga ikut berkumpul dan berlatih bersama. Ada beberapa mafioso dari Mafia Black Dragon, bahkan para bodyguard yang dimiliki semua orang tua sahabat Arzhel dan Sheina juga ada di tempat itu.
Arzhel sengaja mengumpulkan semua anggota The King Devil's dari ketiga markas miliknya untuk membantu, karna jumlah pasukan yang dimiliki oleh Joshua lebih banyak daripada Mafia Black Dargon.
Setelah Arzhel mengawasi semua pergerakan yang dilakukan Joshua selama beberapa hari belakangan ini, dia mendapat informasi dari mata-mata yang dia kirim ke Markas Joshua.
Joshua meminta bantuan dari kelompok mafia dan gangster yang ada di Itali, Brazil, dan Rusia untuk bergabung membantu dirinya melawan mafia Balck Dragon.
Orang-orang yang ada di sana hanya fokus untuk berlatih, tidak ada satu pun percakapan diantara mereka semua. Hanya ada suara pedang, pistol, samurai, dan alat-alat yang lainnya menjadi musik alami sebagai pendamping latihan yang meraka lakukan.
Dor!
Dor!
Swishh!
Swoosh!
Sreng!
Dua jam kemudian
"Kalian istirahat dulu!" titah Arzhel dingin.
"Baik Master," jawab mafioso kompak. "Baik Bos," jawab anggota TKD semua bersamaan.
Master panggilan Arzhel di dunia bawah, berbeda saat dia di The King Devil's biasanya Arzhel selalu dipanggil bos atau ketua oleh anggotanya.
Arzhel berdiri dari tempat duduknya.
"Mau ke mana bos?" tanya Daren.
"Cewek gue," jawab Arzhel dingin.
"Kiw kiw, si paling cewek gue," goda Reyhan.
"Cewek gue, senggol dong," celetuk Elzion ikut menggoda adiknya.
"Bacot!" balas Arzhel.
Arzhel berjalan pergi dari sana, Arzhel tidak peduli dengan teriakan-teriakan yang menggoda dirinya.
Arzhel tetap berjalan ke arah pintu masuk Markas dengan gaya khasnya, kedua tangan dimasukkan ke dalam saku celana, wajah tampan, tatapan mata yang tajam, dengan ekspresi wajah yang selalu datar se-datar tembok, tapi hal itu tidak mengurangi kadar ketampanannya.
Justru hal itu yang biasa membuat para kaum hawa menjerit histeris dengan semua pesona dari cowok tampan sejuta umat tersebut.
Wah!
Pesona Tuan Muda satu ini memang patut diajungi jempol!
Arzhel mempercepat langkah kakinya, agar dia bisa bertemu sang pujaan hati. Sejak tadi pagi, dia belum bertemu dengan gadisnya karna dia sibuk berlatih bersama para anggota TKD dan mafioso BD.
Pagi ini, Arzhel hanya meminta pada pelayan untuk mengantarkan sarapan pada Sheina.
Arzhel memang sudah beberapa hari ini tidak tidur bersama Sheina, dia tidur bersama Kakaknya karna perintah Arcilla.
Arcilla melarang Arzhel satu kamar dengan Sheina. Arcilla mengatakan, dia takut jika Arzhel melakukan sesuatu pada Sheina.
Awalnya Arzhel menolak untuk pindah kamar, tapi Edgar mengancam dirinya.
Edgar mengatakan, dia akan membatalkan acara pernikahan Arzhel dengan Sheina jika si iceboy itu tidak mau menurut. Karna tidak ingin pernikahan dirinya batal, akhirnya Arzhel mengalah.
***
Di dalam kamar bernuansa gelap itu, seorang gadis cantik masih sibuk dengan semua alat eksperimen yang dia buat, siapa lagi kalau bukan Sheina si gadis genius dengan sejuta bakat yang dia miliki.
Berbeda dengan semua orang yang sibuk berlatih, Sheina lebih memilih tetap di kamarnya, dia sibuk menyelesaikan eksperimen yang dia buat.
Bahkan Sheina tidak pernah keluar kamar, sejak tadi pagi dia hanya fokus pada semua alat-alat yang ada di hadapanya saat ini.
"Ck, si Joshua jelek kenapa kirim surat peperangan tiba-tiba sih," guman Sheina kesal.
"Shibal! Eksperimen gue belum selesai semua lagi." umpat Sheina.
Sheina terus mengoceh tidak jelas, tapi dia tetap melakukan kegiatannya dengan mulut yang terus komat-kamit seperti orang yang baca matra.
Arzhel yang baru saja masuk kamar menahan tawa melihat gadisnya terus mengoceh tidak jelas, dia berjalan pelan ke arah Sheina.
CUP!
Arzhel mencium pipi Sheina, hal itu membuat sang pemilik pipi langsung tersentak.
"Bae," ucap Sheina.
Arzhel tersenyum. "What is wrong? Hm?" tanyanya.
"Aku lagi kesal sama si buruk! Rupa Joshua bodoh! Goblok! Sinting!" umpat Sheina.
Arzhel mendelik mendengar umpatan kekasihnya.
"Ai," tegur Arzhel pelan.
"Hm?" Sheina.
Arzhel menghela nafas. "Kenapa belum makan?" tanyanya dengan lembut.
Arzhel sangat takut jika Sheina kembali menangis seperti kemarin saat dirinya menegur gadis itu.
Sheina melirik makanan yang ada di meja. "Hm, itu aku nggak bisa makan nasi goreng," jawabnya menunduk.
Alis Arzhel berkerut bingung dengan jawaban ambigu Shiena. "Kamu alergi seafood? Atau nggak suka sama makanannya? Bukannya kamu suka nasi goreng, ya?" tanyanya beruntun.
Sheina menggeleng. "Aku tidak alergi sama sekali, itu a-anu, hm," ucapnya gugup.
"Kenapa baby? Hm?" tanya Arzhel lembut.
"Aku nggak bisa makan nasi goreng kalau lagi palang merah," guman Sheina menunduk.
Arzhel masih bingung dengan jawaban kekasihnya itu, dia mengulurkan tangan dan mengangkat pelan dagu Sheina.
"Honey, Aku nggak paham? Maksud kamu apa? Bisa jelaskan? Hm?" tanya Arzhel dengan lembut.
Sheina menghela nafas. "Aku lagi palang merah, kalau aku lagi palang merah aku nggak bisa cium aroma nasi, bawaannya mual terus". Jawabnya dengan suara lirih.
"Aku juga nggak tau alasannya apa? Grandpa pernah bilang kalau itu kebiasaan mendiang Nenek Alysa dulu sebelum beliau meninggal, dan hal itu menurun sama aku. Aku aneh, ya?" Tanya Sheina menatap Arzhelio.
DEG!
Arzhel dibuat tersentak kembali saat melihat mata indah gadisnya kembali berkaca-kaca.
"Kamu nggak aneh sayang, kamu adalah gadis yang sangat istimewa," jawab Arzhel sangat lembut.
Shiena memang tidak bisa mencium aroma nasi saat dia sedang datang bulan, hal itu turunan dari sang Nenek.
Dia juga akan mudah baper kalau lagi palang merah, tapi hal itu hanya berlaku pada orang dekatnya saja, sikap Sheina benar-benar seperti bunglon saat dia pms, biasanya Shiena lebih banyak di kamar jika dia sedang mengibarkan bendera jepang.
"Kamu lagi pms?" tanya Arzhel pelan.
Sheina mengangguk sebagai jawaban.
"Kapan? Kenapa nggak bilang?" tanya Arzhel.
"Kemarin, kamu kan tidur di kamarnya Bang Alzian," jawab Sheina.
"Maaf honey, aku nggak tau," ucap Arzhel dengan nada bersalah.
Sheina terkejut melihat reaksi dan nada bersalah Arzhel.
"Kenapa jadi kamu yang minta maaf, kamu nggak salah apa-apa, Ar," sahut Sheina.
Arzhel tersenyum. "Kamu mau makan apa? Perutnya sakit? Kram? Udah minum obat nyeri? Atau kamu mau sesuatu yang lain?" tanyanya penuh perhatian.
Sheina tersenyum bahagia mendapat perhatian dari sang iceboy itu.
"Aku nggak apa-apa, kamu nggak perlu khawatir, aku sudah makan tadi." jawab Sheina melirik beberapa bungkus cemilan di sebelahnya.
Arzhel mengikuti arah pandang Sheina. "Kamu mau makan yang lain? Pasta mau? Salad buah? Jus? Atau yang lain?" tanyanya beruntun.
Sheina terkekeh kecil. "Semuanya sudah ada di sini, Bae," jawabnya menunjuk ke arah kantong cemilan, beberapa piring makanan dan minuman botol yang ada di sebelahnya.
"Siapa yang bawa?" tanya Arzhel.
"Duo Abang," jawab Sheina.
Arzhel mengangguk. "Kamu makan, ya! Aku suapin, buka maskernya, honey!" titahnya lembut.
Sheina melirik ke arah meja, di sana ada piring nasi goreng yang tertutup dengan plastik.
Sheina sengaja membungkus nasi goreng itu, karna dia tidak bisa mencium aromanya.
Arzhel yang paham maksud gadisnya, dia berdiri dan mengambil piring nasi goreng tersebut.
"Ar, nasinya jangan dibuang," peringat Sheina.
Arzhel mengangguk, dia berjalan keluar kamar.
"Ken," panggil Arzhel saat melihat Kenzo yang baru keluar dari kamarnya.
"Apa?" tanya Kenzo.
Arzhel mengambil tangan Kenzo, dan meletakkan piring nasi goreng di atas telapak tangan sepupunya itu. Setelah itu dia berbalik, dan jalan masuk kembali ke kamarnya meninggalkan Kenzo yang masih diam di tempatnya.
Kenzo masih terdiam di sana seperti patung dengan keadaan piring di telapak tangannya.
Puk!
"Lo ngapain bengong di sini?" tanya Evelyn.
Kenzo menoleh. "Arzhel," jawabnya singkat.
Evelyn menoleh ke kanan kiri. "Lo lagi nungguin Arzhel?" tanyanya.
Kenzo menggeleng. "Ini, dia ngasih gue nasi goreng. Habis itu main pergi aja, nggak ngomong apa-apa," jawabnya mengangkat piring.
Evelyn tau kalau Sheina lagi pms. "Simpan di dapur aja lagi, kayaknya itu buat Sheina deh. Tapi, hari ini Sheina lagi libur makan nasi goreng," ucapnya.
"Makanya Arzhel kasih nasi goreng itu buat dibalikin ke dapur lagi, mending lo ke dapur sana simpan nasinya." sambung Evelyn.
"Libur? Emang ada libur makan nasi goreng?" tanya Kenzo bingung.
"Ada," jawab Evelyn, dia berjalan ke arah kamarnya.
Kenzo menahan tangan Evelyn. "Mau ke mana?" tanyanya.
"Kamar, kenapa? Lo mau ikut?" tanya Evelyn balik.
"Ayo," ajak Kenzo menarik pelan tangan Evelyn kembali ke kamarnya.
Evelyn memang tidur di kamar Kenzo, tapi mereka pisah kamar, Kenzo tidur di kamar Zayden.
Evelyn tidak sempat protes karna Kenzo sudah menarik tangannya masuk ke dalam kamar.
***
"Buka maskernya, Ai!" titah Arzhel lembut.
Sheina mengangguk. "Kamu nggak buang nasinya, kan?" tanyanya memastikan.
"Tidak sayang, aku tadi kasih ke Kenzo," jawab Arzhel.
"Sekarang kamu makan, aku suapin. Buka mulut!" titah Arzhel.
Sheina menuruti perkataan Arzhel dia membuka mulut. "Kamu $#%...." ucapnya tidak jelas.
"Telan dulu, baru ngomong," tegur Arzhel pelan.
Glek!
"Kamu sudah makan?" tanya Shiena.
Arzhel menggeleng.
"Kamu juga makan!" titah Sheina menyodorkan sendok ke mulut Arzhel.
Arzhel dengan senang hati membuka mulutnya.
Mereka makan dengan saling suap-suapan satu sama lain, Sheina juga sesekali berbicara.
Hal itu membuat Arzhel terkadang menegur dengan lembut kekasihnya.
Beberapa menit kemudian
"Eksperimen kamu belum selesai?" tanya Arzhel.
"Ada beberapa sudah, ada juga yang baru aku buat," jawab Sheina.
Arzhel mengangguk. "Kamu buat apa? Racun? Bom? Senjata? Atau apa?" tanyanya beruntun.
"Aku buat racun, senjata, bom ukuran mini, bom besar juga, ada beberapa senjata special, ramuan special, terutama ini." jawab Sheina dengan ceria mengangkat satu botol ramuan.
Alis Arzhel berkerut bingung. "Apa itu?" tanyanya penasaran.
"Secret!" Sheina menjawab dengan senyuman lebar.
"Huh, bisa-bisanya kamu main rahasian sama aku," Arzhel pura-pura ngambek sambil bersedekap dada.
Sheina terkekeh geli meihat reaksi Arzhel. "Aigooo, Mas pacar lagi ngambek nih? Hm? Jangan ngambek dong sayangnya Aileen, ya-ya-ya, hm," rengeknya dengan melakukan aegyo.
Damn!
Arzhel mengalihkan pandangannya, dia memainkan lidahnya di dalam mulut untuk menahan salting.
Salting?
Sang iceboy itu salting karna Sheina memanggilnya Mas pacar, di tambah panggilan sayangnya Aileen. Hal itu membuat si kutub utara langsung meleyot, apalagi Sheina melakukan aegyo, pertahanan diri Arzhel habis seketika melihat tingkah lucu, imut, dan menggemaskan gadisnya.
"Bae," rengek Sheina menggoyangkan lengan Arzhel.
Arzhel menggigit bibir dalamnya. "Tahan Zhel, tahan, jangan luluh dulu, aku mau lihat sampai mana gadis nakal ini akan bertindak." ucapnya dalam hati menahan diri.
"Bae, sayang Ai, cintanya Ai, jangan marah dong." rengek Sheina. "Aku cuman bercanda," tambahnya.
Blush!
Pipi Arzhel merona saat mendengar ucapan Sheina, dia menekan pipi dalamnya dengan lidah.
"Tunggu, jangan runtuh dulu, tahan Zhel!" ucap Arzhel dalam hati memperingati dirinya.
Arzhel masih menahan diri agar pertahannya tidak runtuh akibat rayuan Sheina.
CUP!
Sheina tiba-tiba mencium pipi Arzhel. "Bae, jangan marah," bisiknya di telinga Arzhel.
"Gue kalah," ujar Arzhel dalam hati menoleh ke arah Sheina.
Saat Arzhel menoleh, jarak wajahnya hanya tingal beberapa centi dari wajah Sheina.
"Jangan marah, aku cuman bercanda," Sheina merengek.
"Hm, jangan marah cintanya, Ai," ucap Sheina masih merengek.
Gadis cantik itu mengerjapkan mata beberapa kali, Sheina mengantup kedua tangannya di depan dada untuk melakukan aegyo.
"Aku kalah honey," kata Arzhel dengan suara bass.
CUP!
Arzhel mencium bibir Sheina dengan lembut.
Sheina membalas ciuman Arzhel, dia juga membuka mulutnya untuk memberikan Arzhel akses. Arzhel yang merasakan mulut gadisnya terbuka langsung memasukkan lidahnya, membelit lidah Sheina.
Mereka berciuman dalam waktu yang cukup lama, keduanya saling membalas, melumat, membelit, satu sama lain.
Di dalam kamar nuansa gelap itu hanya terdengar suara decakan taunan bibir mereka berdua.
Baik Arzhel ataupun Sheina tidak ada yang ingin menghentikan ciuman lembut itu, mereka berdua menyalurkan perasaan rindunya melalui ciuman manis itu.
Beberapa menit kemudian, Arzhel melepas taunan bibir keduanya.
CUP!
Arzhel mencium dan melumat sekilas bibir manis gadisnya, dia menyatukan keningnya dengan kening Sheina.
Arzhel mengusap lembut bibir Sheina. "Bibir kamu buat aku candu, Ai." ungkapnya dengan suara berat.
"Me too!" jujur Sheina.
Nyatanya keduanya sama-sama candu satu sama lain.
*
*
*
To Be Continued
Semangat 💪🙂✨🙏
Semangat 💪🙂✨
Semoga Harimu Selalu Bahagia 🙂✨🙏
Selamat Hari Minggu 🙂🙏✨
Semangat 💪🙂✨
Semoga Harimu Selalu Bahagia 🙂✨🙏
Selamat Hari Sabtu 🙂🙏✨
Semangat 💪🙂✨
Semoga Harimu Selalu Bahagia 🙂✨🙏😇
Semangat 💪🙂✨
Semoga Harimu Selalu Bahagia 🙂✨🙏😇
Semangat 💪🙂✨
Semoga Harimu Selalu Bahagia 🙂✨🙏😇
Selamat Hari Selasa 🙏😇
Semangat 💪🙂✨
Semoga Harimu Selalu Bahagia 🙂✨🙏
Selamat Hari Sabtu 🙂✨🙏😇
Selamat hari jum'at ❤️❤️😊
Thanks 🙏🏻🙏🏻❤️❤️😊😊
Semangat 💪🙂✨
Semoga Harimu Selalu Bahagia 🙂✨🙏😇
Selamat Hari Juma't Thor 👍🙂🙏✨
Semangat 💪🙂✨
Semoga Harimu Selalu Bahagia 🙂✨🙏
Selamat Hari Kamis🙂🙏👍
Semangat 💪🙂✨🙏
Semangat 💪🙂✨
Semoga Harimu Selalu Bahagia 🙂✨🙏😇