Kisah tentang cinta yang terjebak dalam tubuh yang berbeda setiap malam
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rendy Purnama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17: Bayangan Masa Lalu
Perjalanan cinta kami mulai terasa lebih stabil setelah semua yang kami lewati. Arya dan aku berjuang keras menyeimbangkan waktu untuk pekerjaan dan hubungan, meskipun masih banyak tantangan di setiap langkah. Kami berdua makin yakin bahwa setiap cobaan yang datang justru memperkuat rasa sayang di antara kami.
Suatu sore, saat kami sedang video call, Arya terlihat berbeda. Biasanya, ia selalu penuh energi, tapi kali ini raut wajahnya terlihat lelah.
"Ada apa, Arya?" tanyaku, menatapnya dengan cemas.
Ia hanya menggeleng dan tersenyum kecil. "Tidak apa-apa. Aku hanya lelah. Banyak proyek baru di kantor, dan kadang terasa agak berat."
Namun, aku merasa ada sesuatu yang ia sembunyikan. Aku tahu Arya cukup tertutup ketika ada masalah pribadi, dan ia cenderung menanggung beban sendiri.
Beberapa hari kemudian, saat sedang bekerja, aku menerima pesan dari nomor asing. "Kamu mungkin tak mengenalku, tapi aku mengenal Arya."
Jantungku berdetak kencang. Siapa ini? Apakah ini seseorang dari masa lalu Arya? Aku merasa gelisah, namun berusaha tidak terlalu cepat mengambil kesimpulan. Aku balas pesan itu dengan penuh rasa ingin tahu, meski sedikit ragu.
"Maaf, siapa ini?" balasku.
Beberapa saat kemudian, pesan masuk lagi. "Namaku Rina. Aku pernah memiliki hubungan dengan Arya beberapa tahun lalu. Aku ingin berbicara denganmu."
Membaca pesan itu membuatku tertegun. Aku tidak tahu apakah ini adalah cara yang tepat baginya untuk muncul begitu saja di hidup kami, tapi rasa penasaran mendorongku untuk terus membaca.
"Arya dan aku pernah punya cerita panjang. Mungkin kamu tidak perlu tahu semua detailnya, tapi aku merasa penting untuk memperingatkanmu," lanjutnya.
Aku berusaha menenangkan diri sebelum membalas. "Apa maksudmu?"
"Maafkan aku jika mengganggu, tapi aku hanya ingin kau tahu sisi lain dari Arya. Dulu, dia bukan orang yang bisa berkomitmen," tulisnya.
Setiap kalimat yang Rina kirimkan membuat pikiranku kacau. Sisi lain Arya? Aku mulai meragukan segala hal yang kurasakan, namun aku tahu bahwa aku harus bertanya langsung pada Arya daripada membuat kesimpulan sendiri.
Malamnya, aku memutuskan untuk berbicara jujur pada Arya tentang pesan yang kuterima. Kami bertemu di kafe favorit kami, suasana terasa canggung.
"Maaf aku tiba-tiba mengajakmu bicara serius, tapi ini penting," kataku dengan nada serius.
Arya menatapku dengan tatapan yang penuh perhatian. "Ada apa?"
Aku mengeluarkan ponsel dan menunjukkan pesan dari Rina. Arya membaca pesan itu dengan ekspresi datar, tapi aku bisa melihat sedikit ketegangan di wajahnya.
"Siapa Rina, Arya?" tanyaku dengan lembut, namun tegas.
Arya menghela napas panjang, seolah mempersiapkan diri untuk sebuah pengakuan. "Dia… seseorang dari masa laluku. Kami pernah dekat, tapi hubungan kami tidak berjalan dengan baik. Ada banyak kesalahpahaman di antara kami."
"Apa yang terjadi sebenarnya?" Aku mencoba menahan emosi, berusaha tetap tenang.
Arya mulai bercerita, dan kata demi kata yang keluar darinya membuka kisah yang tak pernah kubayangkan. Ternyata, hubungannya dengan Rina diwarnai dengan berbagai kesalahpahaman dan perbedaan prinsip. Keduanya memiliki ekspektasi yang berbeda, yang pada akhirnya membawa mereka ke jalan yang terpisah. Arya menjelaskan bahwa dia telah berubah dan belajar dari kesalahannya di masa lalu.
Aku mendengarkan dengan saksama, mencoba memahami semua yang ia katakan. Hubungan kami selalu dipenuhi dengan keterbukaan, dan aku ingin tetap mempertahankan kepercayaan itu.
Namun, di dalam hatiku, ada kekhawatiran yang sulit kuhapus. Apakah bayangan masa lalunya akan selalu menghantui hubungan kami? Apakah aku bisa benar-benar yakin bahwa aku adalah satu-satunya?
Setelah Arya selesai menceritakan semuanya, ia menatapku dengan tatapan yang penuh harap. "Aku tahu sulit untuk memahami semuanya, tapi aku ingin kamu percaya bahwa aku serius denganmu. Masa lalu adalah sesuatu yang tidak bisa kuhapus, tapi aku ingin melangkah bersamamu ke masa depan."
Aku terdiam sejenak, mencoba meresapi kata-katanya. Arya memang telah menunjukkan komitmen yang nyata selama ini, dan aku tahu ia berusaha menjadi pribadi yang lebih baik.
Akhirnya, aku memutuskan untuk melepaskan beban masa lalu itu. "Aku percaya padamu, Arya. Tapi aku harap kita bisa terus terbuka seperti ini, agar tidak ada lagi keraguan di antara kita."
Arya tersenyum lega, dan kami saling berpegangan tangan, mencoba merasakan kehangatan yang kembali hadir di antara kami. Namun, di dalam hatiku, aku berjanji untuk tetap waspada, agar bayangan masa lalu tak lagi mengganggu hubungan ini.
Hari-hari berlalu, dan kami berusaha memperkuat ikatan di antara kami. Aku menyadari bahwa perjalanan cinta ini tidak selalu sempurna, namun setiap masalah yang datang membuat kami semakin dewasa dan saling memahami.
Namun, sebuah kejadian tak terduga membuatku meragukan semua yang telah kami bangun. Suatu hari, tanpa sengaja aku bertemu dengan Rina di sebuah acara.
"Apa kabar, Rina?" sapaku dengan perasaan campur aduk.
Rina tersenyum tipis, lalu berkata, "Aku hanya ingin kamu tahu bahwa aku tidak berniat merusak hubunganmu. Aku hanya merasa ada yang perlu kamu ketahui."
Aku merasa terpukul. Apa lagi yang belum aku ketahui? Rina menceritakan beberapa hal tentang Arya yang tidak pernah dia sebutkan. Entah itu benar atau hanya interpretasi Rina, tetapi keraguan mulai muncul di hatiku.
Setelah pertemuan dengan Rina, aku merasa terguncang. Malamnya, aku mencoba bicara lagi dengan Arya untuk memastikan segalanya.
"Arya, apakah ada yang masih kamu sembunyikan dariku?" tanyaku dengan hati-hati.
Arya terlihat terkejut, dan aku bisa melihat keraguan di matanya. Namun, akhirnya ia berkata, "Aku sudah cerita semua padamu. Tolong percayalah padaku."
Aku berusaha meyakinkan diri bahwa Arya jujur, tapi bayangan kata-kata Rina masih menghantui pikiranku. Aku tidak ingin berlarut-larut dalam perasaan ragu ini, namun aku juga tidak bisa sepenuhnya mengabaikannya.
Selama beberapa hari berikutnya, aku mencoba fokus pada diriku sendiri dan karierku. Aku berharap dengan begitu, pikiranku bisa lebih jernih. Namun, bayangan Arya dan keraguan itu terus menghantuiku, seolah menjadi bagian dari setiap langkahku.
Di tengah semua kebimbangan ini, aku kembali merenungi alasan mengapa aku mencintai Arya. Dia telah menjadi sumber kekuatan dan inspirasi dalam hidupku, dan aku tahu bahwa aku tidak ingin kehilangan dia hanya karena masa lalu yang telah lama berlalu.
Akhirnya, aku memutuskan untuk memberikan kesempatan pada hubungan kami. Aku tidak ingin terjebak dalam bayangan masa lalu yang tidak bisa kuubah. Aku ingin percaya bahwa masa depan kami jauh lebih penting daripada keraguan yang ada.
Aku menelepon Arya malam itu dan mengajaknya bicara dari hati ke hati. Aku ingin sekali lagi memastikan bahwa kami bisa melangkah ke depan bersama, tanpa dihantui oleh masa lalu.
"Arya, aku ingin kita berjanji untuk selalu jujur satu sama lain, apapun yang terjadi," kataku dengan nada penuh harap.
Arya mengangguk, dan dalam pandangannya, aku melihat kejujuran yang selama ini kucari. Kami berdua saling berjanji untuk saling mendukung, tanpa ada lagi keraguan.
Hubungan kami mungkin tidak sempurna, namun kami berusaha untuk menjadi lebih baik setiap harinya. Kami belajar bahwa cinta bukan hanya tentang kesempurnaan, tetapi juga tentang keberanian untuk menghadapi segala kekurangan dan tetap bersama, apapun yang terjadi.
Bayangan masa lalu mungkin akan selalu ada, namun kami percaya bahwa masa depan yang kami bangun bersama jauh lebih kuat dari itu. Kami berdua berjanji untuk menjaga cinta ini, tak peduli seberapa berat rintangan yang datang di hadapan kami.
Hari itu, kami mengakhiri pembicaraan dengan hati yang lebih tenang, yakin bahwa cinta kami mampu bertahan, meskipun perjalanan ini penuh dengan lika-liku yang tak terduga.