NovelToon NovelToon
SECOND LIFE, LIORA!

SECOND LIFE, LIORA!

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi
Popularitas:89.1k
Nilai: 4.7
Nama Author: Rosalyn.

JANGAN BOOM LIKE 🙏🏻

Di tengah kehancuran yang ditinggalkan oleh amukan Liora Ravenscroft, putri bungsu dari Grand Duke Dimitri Ravenscroft, ruangan berantakan dan pelayan-pelayan yang ketakutan menggambarkan betapa dahsyatnya kemarahan Liora. Namun, ketika ia terbangun di tengah kekacauan tersebut, ia menemukan dirinya dalam keadaan bingung dan tak ingat apa pun, termasuk identitas dirinya.

Liora yang dulunya dikenal sebagai wanita dengan temperamental yang sangat buruk, kini terkejut saat menyadari perubahan pada dirinya, termasuk wajahnya yang kini berbeda dan fakta bahwa ia telah meracuni kekasih Putra Mahkota. Dengan mengandalkan pelayan bernama Saina untuk mengungkap semua informasi yang hilang, Liora mulai menggali kembali ingatannya yang tersembunyi dan mencari tahu alasan di balik amukannya yang mengakibatkan hukuman skors.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosalyn., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

SEBUAH TAMPARAN UNTUK MU

...15...

Acara yang dimulai dengan kecanggungan dan diakhiri oleh perasaan asing itu berjalan begitu saja. Saat ini, Liora berjalan kembali menuju kamarnya sembari memikirkan pembicaraan barusan dengan Grand Duke Dimitri.

Rona wajahnya menggambarkan perasaan malu dan ragu. Dia terlihat berpikir, namun segera menepis pikirannya. Ketika tiba di depan pintu kamar, sebelum sempat melangkah masuk, seseorang tiba-tiba memanggilnya dari belakang.

"Tuan Putri," panggil Damianus dengan nada ceria.

Segera, Liora menoleh ke arah sumber suara. Melihat senyum riang Damianus membuatnya ikut senang, seakan perasaan itu menular. Dia sangat tahu alasan di balik kebahagiaan Damianus.

"Selamat, Damianus. Sekarang kau sudah resmi menjadi desainer pemula yang begitu tenar di kalangan bangsawan," puji Liora, ikut bangga dengan pencapaian orang yang ia sponsori ini.

"Ini semua berkat Anda, Yang Mulia. Jika bukan karena kebaikan hati Anda, saya tak akan bisa berhasil seperti ini," ujar Damianus dengan rendah hati.

Liora merasa sedikit malu mendengar pujian tersebut, namun tidak bisa menyangkal fakta bahwa tanpa dirinya, Damianus pun akan mampu mencapai ketenaran dengan karya rancangannya yang luar biasa.

"Ya, aku mengerti. Semuanya memang sudah menjadi takdir kita," ucap Liora hampir berbisik, mengusap hidungnya dengan malu-malu. "Baiklah, mari masuk ke dalam kamarku. Kita harus membicarakan banyak hal."

"Baik, Yang Mulia," jawab Damianus.

Namun, sebelum mereka sempat melangkah masuk, terdengar suara berat dari seseorang yang mengejutkan mereka dari belakang.

"Mengapa Nona Muda Ravenscroft, yang seharusnya menjaga kehormatan keluarga, justru mempersilakan seorang pria masuk ke dalam kamarnya?" suara datar Beans Ravenscroft terdengar tajam, bagaikan bilah pedang yang tertuju pada Damianus dan Liora.

Langkah kakinya tertahan, melirik Beans dari sudut matanya yang tajam. Perlahan, Liora berbalik, menipiskan pandangan kepada Beans. Suasana menjadi begitu hening dan terasa dingin. Damianus hanya bisa terdiam sambil merunduk, dengan keringat bercucuran di keningnya.

"Beans, ini kamarku, dan aku yang memutuskan siapa yang boleh masuk," ucap Liora dengan tegas, berusaha menjaga ketenangannya meskipun nada suaranya mulai mengeras. "Damianus bukan orang asing. Dia adalah orang yang aku sponsori dan, mulai saat ini, dia menjadi orangku."

Beans mendengus sinis, melangkah maju dengan sorot mata tajam. "Orang yang kau sponsori? Sampai kapan kau akan mempermalukan Ravenscroft, Liora? Kau selalu menjalani bisnis dan berakhir dengan kegagalan, hingga lagi-lagi nama agung Ravenscroft dipermalukan oleh orang-orang." Suara Beans terdengar pelan, namun begitu menusuk dan penuh tekanan.

Liora menggertakkan giginya, menahan amarah yang mulai memuncak. Namun, kata-kata berikutnya dari mulut Beans membuat dadanya serasa terhantam palu.

"Seharusnya kau diam saja, selayaknya tikus mati di kediaman ini. Berhentilah menjadi aib. Setidaknya penyebab kematian seseorang sepertimu ini harus memiliki kesadaran penuh dan bertingkah laku baik." Beans menyemburkan kata-kata itu tanpa ampun, menusuk hati Liora dengan kejam.

Dunia Liora seakan berhenti berputar. Kata-kata itu menghantamnya seperti badai. Selama ini, ia paham mengapa Liora yang asli sampai memiliki trauma dan berperilaku buruk. Namun, dia tidak menyangka akan sesakit ini.

Tanpa pikir panjang, Liora melangkah maju dan menampar pipi Beans dengan keras. Suara tamparan itu menggema di ruangan. Beans terdiam, matanya melebar karena terkejut. Rasa panas menjalar di pipinya, dan rahangnya serasa bergeser akibat tamparan Liora. Namun, bukan hanya karena tamparan itu, ada sesuatu dalam tatapan Liora yang membuatnya tak mampu berkata-kata.

Dengan napas terengah-engah, Liora menatap tajam kakaknya. "Jangan pernah, jangan pernah lagi kau bicara tentang Ibu seperti itu. Apa kau pikir hanya kau yang merasakan kehilangan? Ibu adalah segalanya bagiku, sama seperti bagimu! Tapi kau tidak berhak menyalahkan ku atas kematiannya. Aku tidak pernah meminta dilahirkan ke dunia ini dengan cara seperti itu!" Suaranya bergetar, tapi kekuatannya tak terbantahkan.

Beans tetap terdiam, terperangkap oleh kata-kata Liora. Untuk pertama kalinya, ia melihat adiknya berdiri begitu kuat, menantangnya tanpa rasa takut.

Liora menahan air mata yang menggenang di sudut matanya, tetapi tetap menatap kakaknya dengan tegas. "Jika kau membenciku karena sesuatu yang bukan salahku, maka kau lebih lemah dari yang pernah kubayangkan, Beans. Kehormatan keluarga ini tidak hancur karena aku. Itu hancur karena kebencianmu yang membutakan. Jadi, pergilah, jika yang kau bawa hanya kebencian."

Beans menelan ludah, kata-kata yang semula siap ia lontarkan kini terhenti di tenggorokannya. Sesuatu dalam dirinya runtuh melihat Liora yang berdiri tegar, lebih kuat dari yang pernah ia bayangkan.

Ia terdiam mematung, masih memegang pipinya dan menyeka darah yang mengalir dari sudut bibir maupun hidungnya. Ia tidak pernah berpikir bahwa seorang pengguna sword aura sepertinya bisa terkena dampak yang cukup fatal dari tangan halus seorang lady bangsawan.

Beans menatap Liora sekali lagi, namun pandangan itu segera jatuh ketika melihat ekspresi wajah Liora yang memancarkan kebencian mendalam terhadapnya.

Tanpa berkata-kata lagi, Beans berbalik dan pergi meninggalkan ruangan, menyisakan Liora dan Damianus dalam keheningan yang berat.

Liora menghela napas panjang, mencoba mengendalikan emosi yang masih bergejolak. Damianus, yang menyaksikan kejadian itu dengan penuh kekhawatiran, tetap berdiri di tempatnya, tidak tahu harus berkata apa.

"Yang Mulia..." Suara Damianus terdengar pelan, penuh kekhawatiran.

Liora menggeleng, mencoba tersenyum meski matanya masih basah. "Aku baik-baik saja. Ayo masuk, kita masih punya banyak yang harus dibicarakan."

Damianus hanya mengangguk pelan, mengikuti Liora masuk ke dalam kamar.

Setelah keduanya masuk ke dalam kamar, suasana di dalam ruangan terasa lebih hangat dan tenang dibandingkan dengan ketegangan yang terjadi di luar. Damianus masih tampak ragu-ragu, seolah tidak ingin mengganggu ketenangan yang baru saja diraih oleh Liora. Dia bisa merasakan kelelahan emosional yang terpancar dari raut wajahnya, namun tetap tidak berani memulai percakapan terlebih dahulu.

Liora duduk di kursi dekat jendela besar yang menghadap taman istana. Angin sepoi-sepoi masuk melalui celah jendela, mengusir sedikit ketegangan yang masih tersisa. Damianus mendekat, lalu duduk di kursi yang berhadapan dengan Liora. Ia mengeluarkan sebuah gulungan kertas dari tas kecilnya dan meletakkannya di atas meja kecil di antara mereka.

“Ini... desain terbaru saya, Yang Mulia. Saya ingin mendapatkan persetujuan Anda sebelum memulai produksi. Jika Anda berkenan...” Damianus menjelaskan dengan nada hati-hati.

Liora tersenyum kecil, mengangguk. “Mari kita lihat.”

Ia membuka gulungan itu perlahan, memperlihatkan sketsa gaun yang elegan dengan detail rumit di bagian leher dan lengan. Warna-warna yang dipilih Damianus tampak lembut namun anggun, mencerminkan kelas seorang bangsawan. Gaun itu memiliki kesan modern namun tetap mempertahankan nuansa klasik yang elegan.

^^^TO BE CONTINUED^^^

1
mommy lala
lanjut......
cupa
drpd mikirin itu aja yg blm kebayang, mending nyari buat naikin kekuatan tubuh, kan blm ketemu
Riris Marpaung
Kecewa
Riris Marpaung
Buruk
cupa
knapa g tanya nicol thor? ko bisa bgt, g panggil dokter g panggil bapaknya, g panggil kakany? bingung dgn imaginasimu thor!?
devi aryana
Luar biasa
Hae_Zen 🦟: terima kasih kak 🙏🏻
total 1 replies
mommy lala
lanjut....
Ken Dita Yuliati
heiieu$hshhdhhdjej{uwhhsowidue63oejnx777777920746298164877739829776467283762792
Hae_Zen 🦟: hah? 😂
total 1 replies
Cha Sumuk
ap ga ada ingatan yg tertinggal dr yg punya tubuh hemmm
mommy lala
makin pensaran ...
Siti Amalia
thorr, aku pikir novelmu hilang. aku sampe satu jam an nyari, akhirnya ketemu. sampe kutulis judulnya dibuku. dicari di riwayat ga ada😭 double up donggg thor
Hae_Zen 🦟: kok bisa hilang 😅
total 1 replies
Mamik Widowati
Luar biasa
Hae_Zen 🦟: Terima kasih 🙏🏻
total 1 replies
Sulati Cus
kau gantung thorrrr
ika agustina
Luar biasa
Hae_Zen 🦟: Terimakasih 🙏🏻
total 1 replies
Sulati Cus
bener2 sesuai dg karakter masing-masing 😂
Siti Amalia
ceritanya kerennnnn....thor, tolong up yg buannnyakkkkkk ya
Hae_Zen 🦟: Wah makasih ya🙏🏻 untuk sekarang Author belum punya waktu buat crazy up, ya. tapi jika punya waktu, Author usahakan untuk up yang banyak
total 1 replies
Siti Amalia
please thor up yg buannnyakkkkkk
Sukabaca
ceritanya baguuus, yg suka cerita kerajaan silahkan mampir...
Noni Noni
🍭🌹AIY🌹🍭
saya mampir
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!