Bintang yang mengalami kebangkrutan terpaksa harus menjual semua asetnya dan juga pindah dari kota tempat dia tinggal
beruntung dia masih punya warisan sebuah rumah dari sang Kakek Bagaskara
Tapi rumah itu tidak berani di dekati penduduk karena terkenal Angker dan tidak bisa di masuki siapapun kecuali oleh sang pemilik
mampukah Bintang dan keluarganya bertahan disana? dengan banyak gangguan dan juga musuh sang kakek yang mengincarnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ridwan01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
sebuah awal
Di rumah keluarga Darmawan
Bintang sang kepala keluarga harus menelan pil pahit saat perusahaan miliknya yang berada di jakarta harus mengalami kebangkrutan
"Gimana sih pa bagaimana bisa perusahaan kamu bangkrut, padahal selama ini kamu selalu bilang keuangan kantor dalam keadaan baik baik saja!" Ucap Silvia Winara yang kecewa karena suaminya yang bernama Bintang Darmawan tidak jujur
"Sudah enam bulan ini memang keadaan perusahaan kita tidak bisa dipertahankan lagi ma, maafkan papa, kita harus menjual aset aset kita untuk membayar hutang ke bank dan juga gaji karyawan papa" jawab Bintang jiah merasa menyesal
"Lalu kita akan tinggal di mana? Kita sudah tidak punya apa apa lagi sekarang, bahkan rumah ini sudah kamu jual ke teman kamu yang genit itu" tanya Silvia
"Kita akan pindah ke Bandung ma, disana aku punya warisan rumah dari kakek dan juga nenek, mendiang papa pernah bilang kalau rumah itu adalah milik papa" jawab Bintang serius
"Terus Dimas? Bagaimana dengan sekolahnya Dimas pa, dia masih kelas sepuluh dan sekarang malah harus pindah " tanya Silvia
"Papa akan usahakan Dimas pindah ke sekolah di dekat tempat tinggal kita nanti ma, papa juga akan bawa bi Sumi tinggal dengan kita untuk membantu kamu mengurus rumah itu dan juga menemani kamu disana" jawab Bintang
Bintang menghampiri Silvia yang terlihat murung, dia bersimpuh dan menggenggam tangan Silvia dengan lembut dan penuh kasih sayang
"Maafkan papa ya ma, papa belum bisa membahagiakan kamu dan juga Dimas, papa janji akan mengurus tanah yang di tinggalkan Kakek di Bandung, kita akan mulai hidup baru di sana" ungkap Bintang
"Mama hanya bisa ikut dengan kamu pa, tidak seharusnya aku meninggalkan kamu dalam keadaan sulit seperti ini kan" jawab Silvia pasrah
"Ini, ini adalah sisa dari yang penjualan seluruh aset yang kita punya, kamu simpan sebagian untuk keperluan kita selama disana, sebagian lagi aku simpan untuk modal mengurus lahan pertanian milik kakek, semoga itu bisa menghasilkan" ungkap Bintang
"Aku terima ini, dan semoga ini akan cukup untuk kebutuhan hidup kita dan pendidikan Dimas, juga gaji bi Sumi" jawab Silvia menggenggam kartu dan juga uang yang di berikan Bintang
"Dimas akan segera pulang, aku harus memasak tapi teman kamu menelepon kalau kita harus pindah dua hari lagi, karena rumah ini akan dia tempati bersama keluarganya, kita juga di larang memakai dapur mas" ucap Silvia
"Tentu saja, kita akan pindah dalam dua hari, aku sudah mengurus kepindahan Dimas ke sekolahnya sejak satu Minggu yang lalu, dan Dimas juga tahu ma" jawab Bintang
"Kalian selalu saja membuatku merasa menjadi orang yang bodoh" gerutu Silvia kesal
"Maafkan papa ma" ungkap Bintang sekali lagi memeluk Silvia
"Aku akan berkemas, dan meminta bi Sumi juga untuk berkemas" ucap Silvia dan bintang mengangguk
"Aku akan pergi ke showroom mobil, aku akan jual mobil kita dan mengganti dengan mobil yang lebih cocok di area pegunungan" ucap Bintang
"Kamu hati hati, jangan ngebut, dan jemput Dimas kalau kamu sempat" jawab Silvia
"Iya, aku akan jemput Dimas di sekolahnya" jawab Bintang pergi dari rumah itu
Perusahaan Bintang mengalami kebangkrutan setelah salah satu karyawan membocorkan data perusahaan dan menjualnya ke perusahaan saingan Bintang, saat itu dia juga di tinggalkan banyak teman juga rekan bisnisnya yang tidak mau membantunya, dengan berat hati dia harus meminta maaf pada semua karyawannya dan berjanji akan membayar gaji mereka meski di juga terpaksa menutup perusahaan itu
"Lo mau jual mobil ini berapa?" Tanya teman bintang yang bernama Lingga
"Aku lepas di satu setengah miliar saja Ngga, gue akan pindah ke kampung halaman kakek gue dan mulai hidup baru disana" jawab Bintang
"Lo nggak sayang, mobil ini kan mobil impian Lo dulu" ucap Lingga
"Nggak, saat ini keluarga gue lebih penting dan yang paling penting gue nggak punya hutang lagi, Gue akan beli mobil yang bisa di gunakan untuk di kebun dan juga untuk mengangkut hasil panen nanti" jawab Bintang datar
"Sepertinya Lo sudah merencanakan semuanya" ucap Lingga
"Lo benar, hidup terus berjalan Ngga, dan dengan gue diam, keluarga gue nggak bisa makan dan Dimas nggak bisa sekolah" jawab Bintang
"Ya udah, gue akan beli mobil Lo ini, Lo bisa pilih mobil yang Lo butuhkan dan sisanya akan gue transfer ke rekening Lo" balas Lingga
"makasih Ngga, cuma Lo teman yang masih peduli sama gue, kapan kapan main ke sana, gue akan sambut Lo dengan senang hati" ungkap Bintang memeluk Lingga
Akhirnya dia memilih untuk membeli mobil pick up dan juga sepeda motor untuk Dimas pakai saat sekolah disana
"Besok mobil ini sudah ada di pekarangan rumah Lo" ucap Lingga menepuk bahu Bintang
"Bukan rumah gue lagi, tapi rumah si Salma" jawab Bintang
"Si Salma sepertinya sangat ingin memiliki semua yang di miliki Silvia, sejak dulu dia naksir Lo bin" ungkap Lingga
"Tapi gue sama sekali tak tertarik sama dia, apalagi sekarang dia sudah berkeluarga, seharusnya dia sadar diri dan urus keluarganya" jawab Bintang
"Gue pamit ya, harus jemput Dimas di sekolah" ucap Bintang Yang sekarang menaiki motor untuk Dimas
Lima belas menit dia sampai di sekolah SMA Dimas
"Papa! Ini motor siapa pa?" Tanya Dimas yang melihat motor yang selama ini dia inginkan
"Motor buat kamu kalau sekolah di tempat baru, nanti papa dan mama mungkin nggak bisa antar jemput kamu lagi karena sibuk, kamu nggak apa apa kan hanya papa belikan motor matic seperti ini?" Tanya Bintang
"Justru Dimas senang pa, Dimas Memang ingin ke sekolah naik kendaraan sendiri" jawab Dimas
Mereka langsung berkeliling untuk membeli makanan yang akan mereka makan untuk makan malam karena dapur tidak boleh di gunakan untuk memasak setelah rumah itu terjual
"Bi Sumi, nggak apa apa kan ikut kami ke kampung?" Tanya Silvia saat mereka selesai makan
"Bibi justru senang non, karena kalian masih ingat bibi dan tidak meninggalkan bibi" jawab Sumi bahagia
"Bi Sumi nanti bisa bantu mama di rumah baru kita" ungkap Dimas
"Bukan rumah baru, rumah lama jadi mungkin ada beberapa bagian yang harus di renovasi" ungkap Bintang
"Dimas akan bantu papa benerin genteng yang bocor" ucap Dimas
"Itu mah maunya kamu naik naik ke atap" gerutu Silvia
"Katanya di belakang juga ada beberapa pohon buah milik kakek kamu, dan penduduk nggak ada yang berani ambil buahnya" ucap Bintang
"Loh kenapa pa, kan sayang kalau buah buah itu jadi busuk dan terbuang" tanya Silvia
"Karena kata orang yang menelepon papa, semua yang ada di lahan itu hanya boleh di ambil oleh pemiliknya saja" jawab Bintang juga heran
"Mungkin opa buyut dulu galak kali pa" celetuk Dimas
"Seingat papa beliau orang yang baik tapi memang orangnya tegas" jawab Bintang
"Maaf den, biasanya kalau rumah yang sudah lama di tinggal, dan banyak penduduk yang tidak berani kesana bahkan hanya sekedar mengambil buah di tempat itu, rumah itu pasti ada penunggunya" ungkap Sumi
"Ih.. bibi jangan buat saya merinding dong" keluh Silvia
"Saya serius non, apalagi rumah tuan Bagaskara kan sudah sangat tua dan juga tidak terurus" jawab Sumi
"Lalu sebaiknya kita harus apa bi, supaya rumah itu bisa kita tinggali dengan nyaman?" Tanya Bintang
"Biasanya saat masuk kita harus mengucapkan salam, dan setelah di bersihkan kita adakan Pengajian untuk mendoakan rumah itu dan juga para almarhum keluarga Aden" jawab Sumi
"Kalau itu saya pasti akan lakukan bi, semoga rumah itu bisa membuat kami betah dan juga penuh berkah" ungkap bintang
"Aamiin" jawab semuanya
..........................
Pagi harinya semuanya sudah bersiap untuk pergi ke rumah yang akan di tuju, rumah peninggalan kakek Bagaskara, rumah itu terkenal angker di kampung Curug, nama kampung halaman Bintang dan juga Bagaskara
"Kamu benar benar memilih untuk tinggal di Kampung" tanya Salma mencibir
"Iya, kamu mau ikut?" Tanya Silvia meledek
"Cih, coba kamu mau setuju dengan usul dariku, mungkin kamu masih bisa tinggal di rumah ini" bisik Salma mengusap punggung Bintang
"Tidak perlu, aku lebih suka jadi simpanan istriku sendiri" jawab Bintang datar
"Ayo pa, kita berangkat nanti keburu siang sampainya, kita kan belum bersih bersih tempat itu" ajak Silvia
"Kami pamit pergi ya, terima kasih karena sudah membeli rumah kami" pamit bintang menjabat tangan suami dari Salma
"Sama Sama, sudah seharusnya kita saling bantu" jawabnya
Mobil yang di pesan Bintang terpaksa harus di antar langsung ke kampung Curug esok hari Karena Salma meminta mereka pindah saat itu juga, dan Bintang menggunakan jasa travel juga jasa pindah rumah untuk mengangkut barang mereka
Tiga jam perjalanan terasa cepat karena sepanjang perjalanan mereka tidur dengan bintang yang sesekali menunjukkan arah kampung yang mereka tuju pada supir mobil travel tersebut, dia juga mengecek ke arah belakang untuk melihat mobil yang mengangkut barang barang mereka tetap berada di belakang mereka
"Alhamdulillah.. ini rumah kita yang baru" ungkap Bintang merangkul Silvia dan Dimas di depan rumah bergaya era kolonial Belanda dengan cat putih yang terlihat sedikit kotor dan kumuh
"Belum di bersihkan pak, apa perlu kami panggil warga untuk membantu?" Tanya ketua RT yang menyambut bintang
"Boleh pak, kalau tidak merepotkan para warga" jawab Bintang sopan
"Kalau begitu saya permisi untuk mencari yang mau membantu membersihkan rumah itu" jawab ketua RT yang bernama Karman tersebut
Mereka mulai masuk ke pekarangan rumah yang cukup luas itu dengan kolam ikan kospong di depan dan juga gazebo yang terlihat sudah hampir roboh
"Nanti kita perbaiki gazebonya" ucap Bintang
Wuss....
Tiba tiba angin berhembus di depan wajah Bintang
"Sebutkan namamu saat masuk ke dalam rumah nak" bisik suara yang di bawa angin itu membuat bintang merasa merinding
"Kenapa pa?" Tanya Dimas
"Nggak apa apa, papa cuma merasa disini dingin sekali" jawab Bintang
"Ayo kita mulai masuk" ajak Silvia
"Tunggu ma, biar papa yang pertama masuk dan mengucapkan salam" ucap Bintang saat Silvia hendak membuka pintu itu
"Ini kuncinya pa" ucap Damar
Ceklek
"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh saya Bintang Darmawan datang pulang ke rumah yang di berikan pada saya oleh kakek Bagaskara, dan rumah ini adalah milik saya" ungkap Bintang dengan suara lantang
Wusss
Angin yang cukup kencang menabarak mereka hingga mereka terjatuh dengan wajah terkejut
"Mungkin itu penghuni lain yang numpang disini den, mereka terusir Karena pemilik rumah sudah pulang" ungkap Sumi membersihkan pakaiannya yang kotor
"Maaf pak, barang barang itu mau di taruh di mana ya?" Tanya supir jasa pindah rumah
"Oh maaf pak, kami lama di dalam, taruh di teras depan saja pak, supaya tidak kehujanan dan kepanasan, terima kasih ya pak, ini ada sedikit untuk bapak dan kenek bapak" ungkap Bintang memberikan salam tempel pada supir tersebut
"Sama sama pak terima kasih kembali" jawab supir tersebut senang
"Mari kita mulai membersihkan rumah ini, peralatan bersih bersihnya di mana ya bi?" Tanya Silvia
"Ada non tadi di turunkan supir itu di dekat pintu" jawab Sumi
Satu jam menunggu sambil membersihkan rumah itu, mereka sama sekali tak melihat ada warga yang datang untuk membantu, entah kenapa, tapi mereka juga tidak mau berburuk sangka, hingga pak RT dan istrinya datang untuk membantu
"Maaf pak Bintang, warga disini sedang pada di sawah, dan sebagian Tidak mau ikut karena katanya takut rumah ini angker" jawab Karman
"Ini istri saya Mirna, di akan bantu bersih bersih disini bersama saya" ucap Karman
"Terima kasih sekali pak, dan maaf kami jadi merepotkan bapak, apa memang rumah ini selalu seangker itu ya pak?" Tanya Bintang
"Tadi ada yang nyambut kami juga pak" jawba Dimas dan di jewer Silvia
"Bercanda ma" jawab Dimas
"Saya senang akhirnya rumah ini di tempati pemiliknya, dan warga bisa ikut menggarap lahan kosong di belakang rumah ini yang cukup luas" ungkap Karman
"Kenapa tidak di garap saja pak, saya tidak keberatan ko?" Tanya Bintang
"Hanya pemilik dan ijinnya Langsung yang bisa mengurus lahan itu, makanya saya sangat senang bapak pulang" jawab Karman dan Bintang mengangguk meski tak mengerti arah pembicaraan Karman
Dua jam berlalu, area dapur, ruang tamu, kamar, dan juga ruang keluarga sudah bersih, besok mereka akan mulai membersihkan area luar rumah
"Alhamdulillah, sebagian sudah selesai, saya mau masak untuk kita makan malam dulu, ayo bi Sumi" ajak Silvia
"Makan malam disini bersama kami pak, ini permintaan saya dan keluarga" pinta Bintang
"Baik pak, saya terima undangannya, saya akan telepon anak saya untuk kesini juga, apa boleh?" Tanya Karman sopan
"Tentu saja boleh" jawab Bintang sopan
"Pa, kamar Dimas yang mana?" Tanya Dimas ingin merapikan pakaiannya
"Itu di lantai dua yang di ujung, satunya lagi kamar papa dan mama dan yang sebelah kamu kamar tamu jawab Bintang
"Atap di dekat dapur terlihat bocor, apa bapak punya kenalan tukang bangunan? Saya ingin merenovasi sedikit rumah ini, agar terlihat lebih bagus " tanya Bintang
"Ada pak, si Yana dan Maman, besok saya akan panggil mereka" jawab Karman
bersambung
padahal ceritanya bagus.
gw demen.
lancar ampe tamat ye