Rujuk Yang Tak Terduga

Sore hari yang sedikit mendung membuat siapa saja malas untuk keluar dari rumah. Seperti hal nya dengan Athan bocah kecil itu biasanya akan menunggu ayahnya pulang kerja didepan sambil bermain di taman tapi sekarang lihatlah bocah kecil itu sedang bermain dengan berbagai jenis warna dan juga kertas, Athan sedang belajar menggambar walaupun asal-asalan tapi patut diacungi jempol karena kepintarannya itu. Kaluna yang sedang menemani Athan menggambar hanya bisa tersenyum melihat Athan yang tampak gembira bermain dengan peralatan menggambarnya. Sejak ibunya memberitahu bahwa ayahnya sakit membuat Kaluna sedikit merasa kurang semangat. Ia masih terus memikirkan ayahnya juga memikirkan bagaimana caranya izin pada Nathan. Walaupun Nathan suaminya, tapi ia masih merasa asing dengan kehadirannya dan membuat dirinya sungkan.

Kaluna terus memandangi Athan yang asyik menggambar dengan wajah yang ceria dan penuh dengan senyuman. Sampai bunyi pintu depan terbuka membuat ia maupun Athan menoleh ke arah suara itu.

"Ayah," teriak Athan senang melihat kehadiran Nathan lalu menghampirinya dengan berlari ke arah Nathan.

"Halo jagoan ayah," kata Nathan sambil menangkap Athan ke dalam gendongannya.

Kaluna tersenyum melihat adegan hangat antara Nathan dan Athan. Ia merasa bahagia melihat anaknya yang sedang gembira bermain dengan ayahnya. Nathan memandang Kaluna yang berdiri didekatnya dengan senyum.

"Hai, gimana hari ini menyenangkan?" Tanya Nathan dengan menarik Kaluna kedalam pelukannya.

"Iya mas hari ini menyenangkan, tapi bisakan kamu melepaskan pelukan ini aku takut bu Tati atau pak Tono melihatnya," kata Kaluna dengan menarik dirinya dari pelukan Nathan.

Melihat Kaluna melepaskan pelukannya membuat Nathan memasang wajah yang cemberut. Padahal ia sudah kangen sekali dengan Kaluna dan juga Athan tapi Kaluna menghidarinya karena takut hubungan mereka berdua diketahui orang lain.

"Padahal aku capek tau lho sayang," kata Nathan dengan nada yang manja. Padahal Athan sedang berada digendongannya lho tapi ia tidak malu dengan anaknya itu.

"Iya, aku tahu. Tapi kan kita udah sepakat buat menyembunyikan ini dulu mas." Kata Kaluna mengingatkan Nathan.

"Iya aku tahu. Aku hanya bercanda saja. Tapi aku benar-benar capek dan butuh pelukan dari kamu,"

"Nanti saja ya jangan disini," hibur Kaluna.

"Baiklah baiklah,"

"Athan sayang, ayah mau membersihkan diri dulu. Athan main sama mba lagi aja ya," bujuk Kaluna pada Athan yang masih berada dipelukannya dengan memeluk leher ayahnya dengan hangat.

Athan melepaskan pelukannya dari leher Nathan dan memandang Kaluna dengan mata yang polos.

"Iya, mba," kata Athan dengan suara yang manja.

Nathan tersenyum dan memandang Athan dengan mata yang penuh kasih sayang.

"Ayah akan segera kembali, sayang," kata Nathan sebelum melepaskan Athan ke pelukan Kaluna.

Kaluna menerima Athan dan memeluknya dengan hangat.

"Ayo, Athan. Mba akan main dengan kamu," kata Kaluna dengan suara yang lembut.

Athan tersenyum dan memeluk Kaluna dengan hangat, membuat Kaluna merasa bahagia dan tenang. Sementara itu, Nathan berjalan ke arah kamar mandi untuk membersihkan diri. Ia merasa lelah setelah seharian bekerja, tapi ia juga merasa bahagia karena dapat menghabiskan waktu bersama keluarganya.

Setelah Nathan masuk ke kamar mandi, Kaluna memandang Athan yang masih memeluknya dengan hangat. Ia tersenyum dan memeluk Athan kembali, merasa bahagia dan tenang karena dapat menghabiskan waktu bersama anaknya. Kaluna kemudian memutuskan untuk duduk di sofa dan memangku Athan, sambil menunggu Nathan selesai membersihkan diri. Sambil duduk, Kaluna memandang Athan yang sedang bermain dengan rambutnya, dan merasa bahwa anaknya adalah anugerah yang sangat berharga. Ia berharap bahwa Nathan akan segera selesai membersihkan diri, sehingga mereka dapat menghabiskan waktu bersama sebagai keluarga.

Beberapa saat kemudian Nathan keluar dari kamarnya dengan wajah yang lebih segar dan bersih.

"Udah selesai mas?" Tanya Kaluna saat Nathan duduk disampingnya.

"Sudah sayang, Athan sedang apa nak?" Tanya Nathan pada Athan yang sedang main dengan mobil-mobilan.

"Main," jawab Athan singkat dan masih fokus pada mainannya.

Nathan tersenyum mengerti, ia terus memandang Athan yang tampak gembira dengan mainannya.

"Mas mau makan dulu atau nanti saja saat malam?"

"Nanti saja sayang,"

"Baiklah, mau kopi gak?"

"Boleh deh,"

Kaluna pergi ke dapur untuk membuatkan kopi. Meninggalkan Athan bersama dengan Nathan. Ia tak pernah khawatir jika Nathan bersama Athan.

Tak lama kemudian kopi telah siap. Segera ia bawakan kopi itu ke hadapan Nathan.

"Nih mas kopinya," kata Kaluna sambil duduk dibawah menemani Athan.

"Makasih sayang," Nathan berterima kasih pada Kaluna.

"Iya mas,"

"Ehm mas nanti kamu sibuk gak?" Tanya Kaluna pada Nathan yang sedang menyesap kopinya.

"Enggak memangnya kenapa?" Tanya balik Nathan.

"Aku mau bicara sama kamu nanti, bisa?"

"Mau bicarain apa sayang?"

"Ada lah sesuatu, bisa?"

"Bisa," kata Nathan.

"Baiklah nanti setelah makan malam ya."

"Iya sayang, kamu tinggal ke kamar aku aja nanti bicara disana."

"Iya mas."

*****

Disisi lain dirumah papa Jordan, mama Saras dan Alea sedang duduk di ruang tamu sambil menunggu suami mereka pulang kerja. Alea yang masih tinggal ikut dengan orangtuanya dikarenakan tidak boleh keluar dari rumah takut mama Saras kesepian jika papa Jordan pergi kerja.

"Gimana mah udah bilang abang masalah perjodohannya dengan Oliv?" Tanya Alea dengan penasaran.

"Belum sayang, tapi besok mamah ajak abang kamu makan malam dirumah," jawab mama Saras.

"Baiklah, tapi beneran lho ya mama bilang sama abang," Alea mewanti-wanti.

"Iya sayang beneran," kaya mama Saras yakin.

"Oke deh, Alea gak sabar Oliv jadi kakak ipar Alea?"

Mama Saras tersenyum dan memandang Alea dengan mata yang sayu.

"Iya, mamah juga gak sabar. Oliv adalah anak yang baik dan mamah yakin dia akan menjadi istri yang baik untuk abang kamu," kata mama Saras dengan suara yang lembut.

Alea mengangguk dan tersenyum penuh arti, ia yakin bisa cepat menyingkirkan Kaluna dari hidup abangnya, ia juga merasa bahagia karena akan segera memiliki kakak ipar sahabatnya sendiri. Ia sangat menyukai Oliv dan merasa bahwa Oliv adalah orang yang tepat untuk abangnya. Sementara itu, mama Saras memandang jam dinding dan berpikir bahwa papa Jordan sudah seharusnya pulang kerja. Ia berharap bahwa papa Jordan tidak terlambat pulang kerja hari ini.

Alea senang jika rencananya kali ini akan berhasil lagi. Apalagi Nathan tidak akan pernah menolak permintaan mamanya sendiri. Ia yakin Nathan tidak akan menolak jika disuruh menikah dengan Olivia sahabat dekatnya. Besok juga akan bertemu dengan Olivia membicarakan tentang perjodohan ini kepada sahabatnya.

Tak lama kemudian papa Jordan dan Haris pulang ke rumah dengan wajah yang kelihatan lelah.