"Maafkan aku mas, aku sudah berusaha untuk mencintai kamu, tapi nyatanya aku gak bisa, aku hanya menganggap ini hubungan balas budi.." Kinara menyodorkan sebuah map "Aku mohon lepaskan aku, agar aku bisa menjalani hidupku dengan pria yang aku cintai... tolong..
ceraikan aku"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenah adja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Fabian Aksan Wiratama
"Bibi bawakan aku air limun.." Papa Arumi sedang menikmati kopinya di temani Arumi yang sedang sarapan mendongak melihat istrinya yang baru bangun tidur langsung meminta air limun, sambil memegang kepalanya yang berdenyut, sang istri duduk begitu saja tanpa peduli Arumi yang melihatnya dengan pakaian yang kurang pantas di perlihatkan pada anak kecil.
"Rumi cepat selesaikan makannya!" Arumi mengangguk lalu setelah selesai Arumi berjalan pergi, Papa Arumi menyimpan kasar tab yang sejak tadi dia genggam "Kamu tahu Arumi kemarin hilang?"
"Lalu?" Sang istri bicara acuh sambil meneguk limunnya yang terasa asam dan langsung membuatnya mengeryit.
"Lalu..? kamu tidak takut anakmu tidak ditemukan, hah? tidak bisakah kamu diam dirumah layaknya seorang ibu yang menemani anaknya!"
"Kamu tau dia pergi karena apa..? dia kesepian.."
"Sudahlah Abi, kepalaku pusing, kamu sudah berteriak dipagi hari membuatku semakin pusing"
Fabian Aksan Wiratama biasa di panggil Abi itu mengeratkan genggamannya, Papa Arumi sungguh murka pada istrinya "Kamu bertingkah seolah dia bukan anakmu, apa begitu pantas di sebut seorang Ibu.."
"Sudah kubilang aku tidak menginginkannya lahir, kamu.. kamu yang memaksaku melahirkannya!"
"Dengar Abi, kita sudah sepakat bukan sebelumnya, kamu tidak akan mengekang aku asal aku mau melahirkannya!"
Abi mengusap wajahnya kasar, dia tidak mengerti ibu mana yang begitu membenci anaknya sendiri, Abi kira dengan berjalannya waktu istrinya dapat mencintai anaknya layaknya ibu pada umumnya namun hingga kini Arumi menginjak enam tahun, dia tetap saja egois dan tak mengakui Arumi.
"Kamu tahu bagaimana pun dia, dia tetap anakmu!"
"Diamlah aku muak setiap kali kamu menuntutku untuk menyayanginya!"
"Lalu apa yang kamu inginkan sekarang?" keduanya terus bersitegang tanpa tahu bahwa Arumi berjongkok ketakutan, mendengar teriakan dari kedua orang tuanya.
"Mudah saja, ceraikan aku.. Aku tak mau terus menerus hidup seperti ini! aku muak.. aku benar-benar muak Abi!"
Abi mengeram tangannya menggenggam erat pinggiran meja makan, "Apa hanya itu yang bisa kamu ucapkan Riana?"
"Kenapa?" wanita bernama Riana itu terkekeh "Jangan katakan bahwa kamu mulai menyukaiku?" Riana mengangkat dagunya angkuh. Dia dan Abi juga menikah bukan karena saling mencintai tapi karena keadaan yang memaksa Riana terikat pada Abi, meski dia tak menginginkannya.
Abi menghela nafasnya lalu pergi meninggalkan Riana yang menyeringai menang.
Abi akan selalu diam saat dia meminta cerai, dan Riana tahu Abi melakukan itu hanya karena Arumi, Abi tak mau menceraikannya karena Arumi tidak akan punya keluarga lengkap.
Karena itu Abi selalu diam meski Riana tak mengurus rumah bahkan Arumi dan bertingkah semaunya, pergi pagi pulang malam dan hanya bersenang- senang seharian.
Dan sekarang Riana harus kembali bersitegang hanya karena Arumi menghilang "Anak itu sungguh merepotkan.."
Abi akan mengetuk pintu kamar Arumi namun Abi mendengar Arumi bernyanyi, lalu Abi membuka pintu kamar Arumi pelan dan melihat Arumi sedang memakai headset sambil bernyanyi, Abi melangkah pelan akan mengejutkan Arumi, namun Abi mendengar kata-kata Arumi yang berhasil menyentak ulu hatinya..
"Tante bukankah Bunda Itu sama dengan Mama?" langkah kaki Abi terhenti.
Abi tak bisa mendengar suara di sebrang sana, tapi Abi yakin orang disebrang Arumi menanggapi hingga Arumi kembali bicara.
"Tapi kenapa Aku gak pernah di gendong Mama, apa Mama tidak menyayangiku?"
Arumi mendongak melihat Papanya yang menaruh telunjuk di mulutnya, lalu mengambil satu headset yang ada di telinga Arumi, dan menekannya ke telinganya, dia penasaran apa yang akan dikatakan orang disebrang sana.
Arumi menegakkan tubuhnya saat Papanya mendekat, dan meraih lalu mendudukan Arumi di pangkuannya agar kabel headset tidak tertarik.
"Arumi.." terdengar suara di seberang sana, terdengar lembut dan membuat Abi sedikit tertegun "Tidak ada orang tua yang tidak menyayangi anaknya, setiap orang punya cara tersendiri untuk mengungkapkannya..mmmhh bagaimana caraku menjelaskannya ya, supaya bisa dimengerti anak kecil" terdengar gumaman kecil dari sebrang sana hingga membuat sudut mulut Abi sedikit tertarik "Begini saja, Arumi dilahirkan oleh Mama Arumi, dan itu melewati sebuah perjuangan yang sangat berat, dan itu sudah membuktikan bahwa Mama Arumi menyayangi Arumi.." Abi melihat Arumi yang juga melihat kearahnya.
"Arumi.. meskipun Mama Arumi tidak menunjukannya tapi tante yakin Mama Arumi begitu menyayangi Arumi.." Abi menghela nafasnya, itu dia.. hingga kapanpun Riana tidak akan pernah menyayangi Arumi, bahkan Riana tak ingin mendekat untuk sekedar memeluk putrinya. Abi mengeratkan pelukannya pada Arumi, inikah waktunya untuk melepaskan Riana.
Karena sampai kapanpun Riana tidak akan pernah bisa melihat Arumi, apalagi ada untuk Arumi.
Semua pertahanan yang dilakukan Abi sia-sia, Arumi tetap kesepian dan semakin hari Riana semakin membenci Arumi.
.
.
.
Yoga memasuki rumahnya dengan gontai, dia begitu lusuh dan tak bertenaga, seolah baru tertimpa kemalangan besar.
Anita menatap Yoga penuh dengan amarah yang tertahan sejak semalam Anita menghubungi Yoga, namun Yoga tidak menjawabnya.
Sepanjang malam fikiran Anita tak dapat tenang, berfikir bahwa Yoga bermalam dirumah Kinara, lalu Kinara membujuk Yoga dan menjeratnya agar kembali dan bertanggung jawab atas bayi yang dikandungnya.
"Kamu dari mana saja Mas?"
"Mas lelah, nanti saja kita bicara" Yoga berjalan pergi kearah kamar dan diikuti Anita yang mengeram marah.
"Aku cuma tanya dari mana kamu semalam, bukan nyuruh kamu kerja yang bikin kamu capek Mas! tapi kamu memilih gak menjawab, kenapa? kamu dirumah Kinara kan semalaman!"
Yoga sungguh lelah bukan karena fisik tapi fikirannya dan sekarang Anita berteriak, dan Yoga tahu itu hanya karena kecemburuannya.
"Tolong Anita, jangan meminta berdebat sekarang"
"Kamu mengatakan itu hanya mengelak kan Mas, nyatanya kamu menyesal bercerai dari Kinara, dan sekarang kamu tau Kinara hamil dan berusaha kembali.. atau bisa saja Kinara yang menggoda kamu, iya kan!"
"ANITA!" Yoga berteriak frustasi, kenapa Anita tidak mengerti sedikit saja, fikirannya sedang kacau sekarang, dan tidak baik untuk bicara sekarang.
"Kamu berteriak padaku Mas, aku nih istri kamu, dan kamu membentak aku hanya karena mantan kamu yang kamu bilang kamu nikahi hanya karena kasihan!"
"Astaga Anita, mengertilah Kinara sedang mengandung anakku bagaimana pun aku juga harus bertanggung jawab!"
"Aku sudah bilang aku sedang lelah, tidak bisakah kamu bicara nanti, Kinara selalu mengerti jika aku sedang lelah.. dia bahkan.." Ucapan Yoga terhenti saat melihat raut Anita berubah, bukan lagi rasa marah melainkan rasa kecewa.
"Kamu bahkan sudah mulai membandingkan aku dan dia" lirih Anita, Anita berbalik dan pergi meninggalkan Yoga yang mengusap wajahnya kasar, dia tak sengaja membandingkan Kinara dan Anita, sungguh. hanya saja Kinara selalu bersikap lembut dan bicara tanpa berteriak bahkan saat mengetahui perselingkuhannya, Kinara tetap bicara dengan tenang tanpa memancing pertengkaran hebat, namun Anita baru satu bulan saja mereka menikah Anita sudah berteriak padanya, dan berujung pertengkaran.
Astaga..
Yoga pergi kearah kamar mandi dan membanting pintu, menyalakan shower dan mengguyur tubuhnya dengan air dingin, berharap bisa mendinginkan hatinya yang sedang terbakar, begitu banyak pemikiran di kepalanya, Yoga tidak mengerti kenapa semuanya jadi kacau,
Kenapa dia baru tahu jika Kinara hamil, jika saja dia tahu Kinara hamil dia tak akan membiarkan Kinara pergi darinya.
Tapi bagaimana dengan Anita yang membutuhkan tanggung jawabnya karena Anita juga dalam kondisi hamil sekarang..
Sekarang dia tau begitu brengseknya dirinya, dan begitu bodoh hingga tidak bisa membedakan cinta dan nafsu semata.
.
.
.
Sok siapa lagi yang mau kutuk Yoga, tenang kalau belum puas di depan masih banyak🤭
Like..
Komen..
Vote..
kudungung banga wanita seperti itu ..
ketika tau dihiyanati ...
langsung putuskan ,mencari jln yg lebih baik kedepan x....