Wildan harus bekerja serabutan demi bisa terus mencukupi kebutuhan ibu dan dua adiknya, mengingat dirinya merupakan tulang punggung keluarga. Semuanya berubah saat Wildan mendapatkan job tak terduga dari seorang selebriti terkenal. Dia bahkan dibayar dengan mahal hanya untuk pekerjaan itu. Namun siapa yang menyangka? Wildan tergoda untuk terus melakukannya. Kira-kira job apa yang dilakukan Wildan? Karena pekerjaan itu pula dirinya banyak bertemu wanita cantik. Wildan bahkan bertemu dengan supermodel idolanya!
Inilah cerita tentang sisi gelap seorang fotografer, serta kehidupannya yang penuh lika-liku dan pengalaman unik.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 31 - Efek
Wildan sangat penasaran. Sehingga dia menatap Glenda dengan sangat serius.
Namun gadis itu hanya tersenyum tipis dan berkata, "Pokoknya tahu aja."
"Tapi tahu dari mana? Aku penasaran sekali loh. Ayolah, kasih tahu saja aku," mohon Wildan.
"Nanti kalau aku kasih tahu, kau takut. Jadi sebaiknya nggak perlu," ujar Glenda.
"Takut?" Wildan kini dibuat bingung.
"Kamu mau minuman hangat nggak? Ayo kita cari minum yuk!" ajak Glenda. Sepertinya dia sengaja begitu karena ingin merubah topik pembicaraan.
Wildan yang tak mau menolak ajakan gadis pujaannya, langsung berdiri. Dia juga segera membuang segala rasa penasarannya. Kini Wildan melangkah bersama Glenda menyusuri koridor rumah sakit.
"Bagaimana keadaan ibumu?" tanya Glenda.
"Aku rasa dia semakin membaik. Lalu ibumu?" tanggap Wildan.
"Besok ibuku diperbolehkan pulang," sahut Glenda.
"Wah... Syukurlah kalau begitu. Berarti keadaan ibumu membaik kan ya?" Wildan merasa ikut senang. Dia mengira kalau penyakit ibunya Glenda telah sembuh.
Tetapi anehnya, Wildan malah melihat kesedihan dalam semburat wajah Glenda. Gadis itu bahkan terus berjalan menunduk.
"Bukan membaik. Tapi karena dokter sudah menyerah. Mereka nggak bisa melakukan apapun lagi karena kanker di tubuh ibuku sudah menyebar. Jadi sepertinya aku hanya perlu menunggu waktu," ungkap Glenda. Matanya tampak berkaca-kaca. Dia berusaha menahan tangis.
"Maaf... Aku merasa turut sedih," kata Wildan bersungguh-sungguh.
"Tidak apa. Lagi pula, siap atau tidak aku tahu kalau semua ini akan terjadi," balas Glenda. Dia tersenyum simpul dengan mata yang berpendar cairan bening.
Lagi-lagi Wildan dibuat terpesona oleh Glenda. Dia rasanya seperti melihat karakter hidup dari cerita komik. Di matanya secantik itulah sosok Glenda. Kulitnya bahkan putih bersih berseri.
'Tampilan tubuh polosnya pasti lebih indah dibanding Aleta kan?' Entah kenapa pikiran itu terlintas begitu saja di otak Wildan. Ia sendiri pun dibuat terkejut oleh pikirannya tersebut.
'Astaga! Apa yang aku pikirkan? Kenapa aku jadi mesum begini? Hentikan, Wil! Hentikan!' Wildan menggeleng-gelengkan kepala untuk menepis semua pikiran kotor itu.
"Eh, kamu nggak apa-apa?" tanya Glenda yang sukses memergoki Wildan geleng-geleng kepala.
"Ti-tidak. Aku nggak apa-apa," jawab Wildan tergagap. "Ayo! Kita beli minuman di cafe seberang saja. Di sana enak," ajaknya seraya melangkah lebih dulu. Jujur saja, dia merasa malu sendiri karena sudah berpikiran mesum. Gilanya Wildan beberapa kali sempat membayangkan Glenda dalam keadaan tanpa busana. Namun Wildan terus berusaha keras menghapus bayangan itu.
'Sial! Apa ini efek aku keseringan foto orang telanjang ya?' Wildan membatin lagi. Nampaknya dugaannya itu bisa dibilang benar. Karena tanpa sadar, pekerjaan yang dilakukannya telah ikut mempengaruhi segala kebiasaan dan jalan pikiran Wildan.
Tak lama Wildan dan Glenda tiba di cafe. Keduanya segera memesan minuman. Selanjutnya mereka duduk ke kursi yang ada di depan cafe.
"Besok kau akan pulang, kita tidak akan bertemu lagi," celetuk Wildan. Tepat setelah menyesap cappucinonya sejenak.
"Kita masih bisa bertemu kok. Di cafe," tanggap Glenda.
"Mengenai itu... Sebenarnya aku sudah berhenti kerja di sana," ucap Wildan.
"Kenapa?"
"Karena aku sudah punya pekerjaan yang lebih baik."
"Oh... Begitu... Berarti kita nggak bisa ketemu lagi dong," ujar Glenda sambil menatap kendaraan yang berlalu lalang di jalan raya.
"Emang kamu mau ketemu sama aku lagi?" tukas Wildan.
"Mau. Kenapa kau nanya begitu?" Glenda balik bertanya.
"Kali aja nggak mau. Kala begitu aku mau minta nomor--" Ucapan Wildan terpotong karena ponsel Glenda mendadak berdering. Gadis itu lantas mengangkat panggilan telepon.
Glenda sepertinya mendapat panggilan mendesak. Karena setelah itu, dia ingin bergegas kembali ke rumah sakit.
Wildan terpaksa ikut Glenda. Keduanya berpisah saat di lobi rumah sakit.
Wildan sebenarnya ingin ikut Glenda. Akan tetapi gadis itu menolak dan langsung berlari cepat meninggalkannya.
Sambil berlari, Glenda berseru, "Jangan cemas, Dan! Kita pasti akan ketemu lagi!"
Wildan yang mendengar hanya berdiri mematung. Tanpa memikirkan seruan dari Glenda. Ia tidak yakin bisa bertemu Glenda lagi. Wildan juga merasa menyerah akan perasaannya.
"Kayaknya alam nggak mendukungku buat dekat sama gadis cantik dan kaya seperti dia," gumam Wildan.
kira-kira glenda tau nggak ya... secara dia kan punya kenalan makhluk halus ...
bakal perang nggak ya....
ke cililitan lewat dewi sartika
Natasha memang cantik jelita
tapi wildan lebih cints sama Glenda
ke cililitan lewat dewi sartika
Nathasya memang wanita jelita
tapi sayang wildan suka sama GLENDA
awas Dan jgn macem macem ,mata mata Glenda tak terlihat olehmu ,lebih cepat pula 🤣🤣🤣