"Aku mencintai kamu."
Sesederhana itu, cara ku mencintaimu.
"Jangan tanya kenapa aku mencintaimu, karena sederhana saja aku mencintaimu dan jangan tanyakan alasannya.
Karena jawabannya sama, aku mencintaimu."
I LOVE YOU ❤️❤️❤️
"aku mencintaimu dan aku ingin hidup bersama mu."
😍😍😍
Seorang laki-laki yang memperjuangkan cintanya dengan hambatan restu dari Mamanya karena mereka berbeda.
Apakah mereka akan masih bisa bersama dengan tembok pembatas yang begitu tinggi dengan segala perbedaan yang membatasi mereka.
"Hidup ku jauh lebih nyaman sebelum mengenal Mu, Mas. Terimakasih atas semuanya."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aeni Santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#15
"Kemana Akmal?."
Tanya Papanya yang melihat Akmal sudah bersiap mau pergi setelah selesai sarapan tadi.
"Mau ketemu temen Pa, mumpung weekend mau kumpul bareng."
Ucapnya sambil tersenyum.
"Oke, hati-hati kamu."
Akmal meraih tangan Papanya dan mencium punggung tangannya.
"Berangkat ya Oma."
Akmal tak lupa meraih tangan Omanya dna mencium punggung tangannya juga.
"Mau kemana.?"
Datanglah Mamanya yang membawakan minum untuk Papanya.
"Mau keluar Ma."
Akmal juga meraih tangan Mamanya dan mencium punggung tangannya.
"Weekend itu dirumah aja kumpul keluarga."
"Nanti sore Akmal pulang, Akmal berangkat dulu. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Jawab Mereka dan Akmal pergi meninggalkan rumah menggunakan sepeda motornya kali ini.
Sepeda motor ia kendarai dijalanan menuju ke tempat janjian dengan Kasih.
Sedangkan Kasih sendiri juga sudah berangkat bersama Septi yang tadi rela menjemput ke rumah untuk ijin dengan kedua orang tuanya Kasih.
"Baru kamu Kasih, mau ketemuan ngajak teman."
"Nggak papa lah, Mas Akmal juga tidak keberatan."
"Kalian itu lucu Kasih, udah pada gedhe tapi masih kayak anak-anak."
Mereka ngobrol sepanjang jalan.
"Aku nggak mau hanya berdua Septi, ya nggak papa lah kamu nemenin aku. Kalau cuma berdua yang ketiga ditakutkan setan."
"Aku dong setannya."
Ucap Septi membuat Kasih tertawa.
"Ha ha. Ya bukan begitu kamu kan manusia."
Tak terasa sepeda motor mereka telah sampai di depan cafe mereka membuat janji.
"Mana Mas Akmal Kasih.?"
Septi mengedarkan pandangannya mencari sosok Akmal yang belum kelihatan.
"Belum datang kali Sep."
"Terus aku nanti ngapain disini.?"
"Ya ikut masuk aja, masa mau diparkiran."
"Ogah lah."
Kemudian datang sepeda motor yang kelihatan gagah dan seorang cowok yang mengendarainya berhenti disamping sepeda motor Kasih.
Kasih dan Septi sontak melihat ke arah cowok itu.
"Assalamualaikum."
ucap Laki-laki itu sambil membuka helmnya.
"Waalaikumsalam. Mas Akmal.?"
Kasih dan Septi seperti tak percaya kalau yang di depannya itu benar Akmal.
"Kenapa.?"
Akmal bingung dilihatin mereka berdua.
"Beneran Mas Akmal.?"
Septi yang masih memperhatikan Akmal dari atas sampai bawah yang masih duduk di atas sepeda motornya.
Kalau Kasih hanya tersenyum saja dan mendapat balasan senyum dari Akmal.
"Mulai deh, jadi obat nyamuk aku."
"Apa sih Sep."
Kasih menggandeng tangan Septi yang cemberut.
"Kasih udah dari tadi.?"
"Baru aja kok Mas."
"Ya udah kita masuk, panas kan disini."
Mereka bertiga masuk ke dalam dan memilih tempat yang masih kosong untuk ngobrol santai.
"Mau pesan apa Kasih.?"
Akmal membuka buku menu dan melihat beberapa menu yang tersedia di cafe itu.
"Apa aja Mas, ikut Mas Akmal aja."
"Kasih aja yang ditawari."
celetuk Septi dan Akmal malah tertawa.
"Pesan aja Septi apa yang kamu mau, sebagai ucapan terima kasih sudah mengantar calon istri saya kesini."
Kasih kaget Akmal bicara begitu, Septi juga malah tertawa.
"Calon istri Mas.?"
"Iya."
Akmal mantap menjawabnya.
"Yakin.?"
"Septi.."
Kasih menatap tajam ke arah Septi.
"Nggak papa Kasih, kan memang kamu calon istri Mas."
"Temui orang tua Kasih dong Mas."
Kasih menyenggol tangan Septi untuk diam saja.
"Kasih.?, Boleh Mas ketemu orang tua kamu.?"
Akmal langsung bertanya kepada kasih jika boleh beneran dia akan ke sana.
"Jangan dulu Mas, Septi cuma bercanda saja Mas."
"Kasih, .."
"Udah Sep."
Kasih meminta kepada Septi untuk menyudahinya.
"Saya siap menemui kedua orang tua kamu Kasih jika memang kamu sudah mengizinkannya."
"Makasih Mas, tapi nanti saja Kasih mau selesaikan kuliah dulu."
Akmal tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
"Jadi pesan apa ini.?"
Septi membuyarkan tatapan Akmal ke Kasih yang sampai tak berkedip.
"Kasih mau apa.?"
"Samakan dengan Mas Akmal saja."
"Oke."
Akmal memilih beberapa menu yang menjadi andalan di cafe itu.
"Kasih."
Panggil Akmal, mereka masih menunggu pesanan untuk diantar.
"Saya minta maaf sebelumnya."
Septi disana merasa sebagai orang asing saja, sekarang dia memilih diam tak mau juga menyudutkan Akmal lagi karena memang keputusan mereka berdua untuk menjalin hubungan seperti itu.
"Untuk apa Mas."
"Saya mungkin terlihat tidak serius ya.?"
"Hmmm. Maksudnya gimana Mas.?"
"Mas serius mau mengenal keluarga kamu."
Kasih diam saja memang dia yang mau begitu.
"Kasih belum bisa terbuka dengan kedua orang tua Kasih Mas."
Akmal menghela nafasnya.
"Jika.. Mas.."
"Permisi pesanannya."
Pembicaraan mereka terjeda karena pelayan mengantarkan pesanan mereka.
"Makasih Mbak."
Ucap Kasih dan dia mengamati wajah Akmal yang nampak ingin membicarakan sesuatu yang penting.
"Boleh dinikmati ya.?"
Septi melihat mereka saling diam.
"Boleh Sep."
Kasih yang menjawab dan Septi menyeruput minuman didepannya.
Septi melihat wajah Akmal yang tidak bersahabat setelah tadi mau bicara serius malah ada iklan.
"Kasih, aku ke kamar mandi sebentar ya kebelet."
"Jangan lama-lama."
"Oke, tenang saja aman disini. Kalau ada apa-apa telepon ya aku bawa HP."
Kasih menganggukkan kepalanya.
Akmal mengaduk minumannya dan mengatur nafasnya. Kasih jadi bingung sendiri mau ngomong apa mereka hanya berdua.
"Mas Akmal mau bicara apa tadi.?"
"Mas ingin mengenalkan kamu sama orang tua Mas."
Kasih yang tadi mengaduk minumannya malah bengong mendengar itu.
"Mas, serius sama kamu Kasih. Mas ingin mengenalkan kamu sama kedua orang tua Mas, buat buktikan Mas punya pasangan supaya.."
Akmal mengehentikan ucapannya lalu dia meminum minumannya lagi.
"Supaya apa Mas.?"
Kasih pasti menjadi tambah penasaran.
"Supaya Mama dan Papa juga Oma bisa mengenal kamu."
Ucapnya sambil tersenyum namun sebenarnya ada yang dia sembunyikan dari Kasih.
"Kasih mau kan.?"
"Hmm.. Kasih takut Mas. Maaf Mas."
Kasih menunduk saja dan Akmal lagi-lagi menghela nafasnya.
~Flashback On~
Kemarin saat Akmal ketemu dengan klien, tiba-tiba Mamanya telepon dan minta dijemput di restoran.
Namun nyatanya Mamanya disana tidak seorang diri ada temannya dan juga anak perempuannya.
Akmal rasanya mau marah dengan mamanya tapi dia urungkan. Dia tidak mau juga membuat malu Mamanya di depan temannya.
"Ini anak saya jeng. Akmal namanya seorang GM lho."
Mamanya dengan bangga memperkenalkan Akmal kepada temannya.
"Oh.. Cakep ya jeng anaknya."
"Akmal duduk dulu lah, Kamu pesan apa.?"
"Akmal udah kenyang Ma."
"Kenalkan dulu itu Akmal namanya Rara anak teman Mama, dia baru lulus lho dari Australia."
Akmal akhirnya mau bersalaman dengan Rara itu pun terpaksa demi Mamanya.
"Ma, Akmal masih ada pekerjaan. Sekarang Akmal antar Mama pulang dulu."
"Sebentar lagi Akmal, ngobrol dulu."
"Ma.."
Akmal sudah tidak persahabatan selain Dia memang masih punya pekerjaan di kantor. Akmal sendiri sudah paham apa maksud dari Mamanya kali ini.
Akhirnya Akmal mengantar Mamanya udah pulang, dan dimobil sudah pasti obrolan mereka tidak mengenakkan.
Mamanya selalu memojokkan Akmal untuk menikah.
"Akmal punya pacar Ma."
Akmal tak tahan lagi akhirnya mengatakan itu.
"Oke, kenalkan sama Mama seperti apa pacar kamu. Bibit bebet bobot nya harus jelas."
~Flashback Off~
Itulah kenapa Akmal bersikeras ingin mengenalkan Kasih kepada kedua orang tuanya namun dia tidak jujur apa yang sebenarnya terjadi kepada Kasih.
"Huft.. Oke Kasih."
"Maaf Mas, Kasih belum bisa."
😂😂😂
Apa mereka akan masih bertahan.???
masih arogan atau langsung baik😂