Tujuh tahun lalu saat masih duduk di Universitas Viona Natasya menyukai seorang pria.
Dia pria itu Bernard Antonius, pria yang dianggap keluarganya sendiri seperti sampah.
Pria bertato yang tidak dicintai keluarganya. Viona selalu diam-diam memperhatikan dari jauh.
Saat itu usia Viona baru tujuh belas tahun. Dan Bernard berusia dua puluh enam tahun.
Dan sekarang dia bertemu kembali dengan pria itu, dan menjadi suaminya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KGDan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26. Jangan takut padaku.
Bernard memandang Viona yang terlihat masih takut padanya.
"Itu masa lalu saat aku masih masa puber, sekarang rasa itu tidak ada lagi padaku!" Kata Bernard seraya berjalan mendekati Viona.
Viona mundur ke arah balkon, dia masih belum bisa menerima sifat Bernard yang baru diketahuinya.
"Jangan mundur lagi!" kata Bernard dengan wajah marah.
"A..aku!" Viona gugup, dia tetap mundur.
"Berhenti Viona! Jangan buat aku marah!" teriak Bernard.
Viona tersentak.
Tubuhnya kembali gemetar ketakutan, matanya mulai berkabut oleh air mata.
"Aku dan dia sudah dua belas tahun tidak saling dekat lagi, saat itu aku masih muda, usiaku baru dua puluh empat tahun!" kata Bernard mulai menjelaskan, "Dia pergi keluar negeri karena ingin mengejar cita-cita nya, dan aku tidak begitu terlalu kehilangan dia"
"Bohong!" kata Viona tidak percaya.
Eh! Viona tiba-tiba tersadar dengan perkataannya, dia merasa seperti seorang istri yang pencemburu.
Bernard tersenyum mendengar perkataan Viona tersebut, seperti seorang istri yang cemburu.
Dia merasa senang ternyata Viona peduli padanya, dihatinya seperti ada bunga yang bermekaran.
Sementara Viona merasa malu dengan perkataannya sendiri.
"Yang dikatakan Irina tidak seperti apa yang kamu katakan, dia mengatakan kalau kamu menangis melepaskan dia pergi keluar negeri" kata Viona meralat perkataannya tadi.
"Apakah kamu tidak percaya padaku? aku katakan aku tidak merasa kehilangan saat dia pergi keluar negeri!!" kata Bernard dengan nada tinggi.
Bernard menatap Viona intens, dia ingin meraih Viona kedalam pelukannya.
Sementara Viona tiba-tiba baru tersadar pada lukisan yang dia lihat diruang seni, seorang wanita yang memegang dua orang anak disebelah kiri dan kanannya.
Dua anak kecil tersebut adalah Bernard dan Irina. Hati Viona sangat tidak enak setelah menyadarinya, kehidupan Bernard dan Irina tidak bisa dikatakan tidak ada yang spesial.
Mereka pasti sudah tumbuh bersama dalam jangka waktu yang lama, bahkan Irina sudah mengenal Ibu Bernard sebelum meninggal.
Viona menggelengkan kepalanya merasa kecewa dengan dirinya sendiri, dia seperti perusak hubungan Bernard dan Irina.
Viona ingin menangis, menangisi kebodohannya dan juga cintanya yang dia rasa bertepuk sebelah tangan.
Dia merasa kalau Bernard karena terikat janji pernikahan yang dibuat Kakek Bernard dan Ayahnya tidak bisa melepaskannya.
Bernard harus tetap mempertahankan rumah tangga mereka karena ingin menjadi cucu yang baik dan bertanggungjawab.
Tubuh Viona terasa lemas, dia merasa benar-benar sangat bodoh, bodoh sekali!
Bagaimana ini? pikirnya merasa sangat bersalah pada Irina. Hati Viona terasa sangat sakit sekali.
Dilihatnya Bernard kembali berjalan mendekati nya, spontan Viona kembali mundur dia tidak ingin disentuh Bernard.
Viona merasa biduk rumah tangganya tidak sesuai yang dipikirkan nya, ada perasaan seseorang yang terlibat dalam mahligai rumah tangganya.
Dan seseorang itu sama status nya sepertinya dirinya, seorang wanita yang sangat mencintai Bernard.
"Ku mohon Viona, jangan takut padaku!" kata Bernard semakin mendekat pada Viona.
Viona dengan cepat langsung mundur sampai membentur kaca penghubung kearah balkon.
"Apa yang harus aku lakukan agar kamu percaya padaku?" tanya Bernard memelas, dia merasa bersalah kenapa bisa lama tadi mengobrol dengan Irina, mendengarkan cerita Irina seolah-olah dia sangat peduli pada Irina.
Tiba-tiba ponselnya berdering.
Bernard mengambil ponselnya dari saku, nama bodyguard nya tertera dilayar ponselnya.
"Ada apa?" tanyanya meletakkan benda tipis tersebut ke telinganya.
Bernard menekan pelipisnya mendengarkan perkataan Bodyguard nya dalam ponselnya tersebut.
Bersambung....