Sebuah keputusan besar terpaksa harus Jena ambil demi menghidupi keluarganya. Menikah dengan Bos diperusahaannya untuk mendapatkan keturunan agar dapat meneruskan perusahaan adalah hal yang gila. Namun apa jadinya jika pernikahan itu terjadi diatas kontrak? temukan jawabannya disini 👇🏻.. Selamat membaca 🤗🥰🥰
.
Happy Reading
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nazefa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6 Candu
"Ma.. maaf.., saya hanya ingin bilang kalau makan malamnya sudah siap." ucap Savero kini gugup dan mencoba memalingkan wajahnya.
"Apa Tuan tidak bisa mengetuk pintu dulu sebelum masuk?" ucap Jena dengan kesal dan berfikir bahwa ini hanya akal-akalan Savero saja.
Savero yang mendengar pertanyaan familiar itu pun agak merasa kaget, karena biasanya pertanyaan itu diucapkan olehnya di kantor saat ada karyawan yang menyelonong masuk begitu saja.
"Tapi saya sudah mengetuk pintu dan memanggil mu beberapa kali, tapi tidak ada jawaban darimu. Makannya saya kesini untuk memastikan kalau kamu baik-baik saja." terang Vero sambil sesekali mencuri pandang pada tubuh Jena.
Namun Jena tidak semudah itu percaya, baginya lelaki seperti Savero hanya ingin memanfaatkan kesempatan yang ada.
"Lebih baik Tuan sekarang keluar karena saya mau ganti baju." titah Jena ketus.
"Baiklah, saya akan tunggu dimeja makan." ucap Savero lalu pergi meninggalkan Jena.
Savero kembali duduk di meja makan untuk menunggu Jena, tapi pikirannya tidak bisa lepas dari tubuh gadis cantik itu, sungguh Jena sudah membuatnya gelisah. Wajah kesal sekertaris cantiknya itu benar-benar membuat Savero gemas di tambah lagi tampilannya tadi benar-benar membuatnya begitu candu di mata Savero.
Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya Jena selesai berganti pakaian dan menghampiri Savero di meja makan. Aroma tubuh Jena yang wangi dan segar menyeruak ke hidung pria tampan itu saat Jena duduk didepan meja makannya, di tambah lagi piyama tipis yang Jena kenakan malam ini menampakkan lekuk tubuh Jena dengan jelas dan menggambarkan isi didalamnya terutama bagian dada yang kini berada tepat didepan Savero membuatnya semakin panas dingin.
"Mari makan." ajak Vero.
"Baik Tuan."
Kini mereka berdua mulai menyantap makanan yang sudah tersedia di meja makan. Jena makan dengan lahap karena perutnya sudah sangat lapar jadi dia tidak mau menyia-nyiakan makan lezat dihadapannya itu, biarpun sebenarnya hatinya masih kesal pada Vero karena kejadian tadi. Namun sekarang yang lebih penting adalah perutnya yang harus diisi terlebih dahulu.
Setelah selesai makan, Jena merapikan meja makan dan mencuci piring yang sudah mereka pakai. Sebenarnya Jena tidak perlu repot-repot melakukannya karena besok pagi akan ada pelayanan Savero yang datang untuk membersihkan apartemen dan mencuci piring yang kotor. Namun Savero sengaja membiarkannya karena kapan lagi dia mendapatkan pelayanan cantik di apartemennya. Hihihihi..
Savero yang tengah duduk santai di depan televisi menerima telfon dari asisten Rey yang jika Amanda sudah berada di bawah untuk menemuinya malam ini. Segera Savero memerintahkan untuk naik ke apartemennya.
Setelah selesai mencuci piring, Jena mulai berjalan melangkah menuju ke kamarnya berniat untuk segera istirahat. Namun saat gadis itu hendak membuka pintu kamarnya tiba-tiba Savero memanggilnya.
"Jena, tunggu." cegah Vero.
Seketika Jena mengurungkan niatnya dan berbalik badan ke arah Vero.
"Ya Tuan, ada yang bisa saya bantu?" tanya Jena.
"Tidak, saya hanya ingin minta maaf atas kejadian tadi. Saya benar-benar tidak bermaksud untuk lancang masuk ke kamar mu." terang Vero.
"Tidak masalah Tuan, saya sudah memaafkannya. Lagi pula ini bukan kamar saya, ini kamar Tuan dan saya hanya tamu disini. Permisi." ucap Jena dan langsung berbalik ke arah pintu.
Namun Savero langsung menarik tangan Jena ke arahnya dan menangkap tubuh gadis itu hingga membuat Jena kaget. Kini tubuh mereka saling menempel satu sama lain dengan jarak wajah yang begitu dekat membuat Jena dapat merasakan hembusan nafas Savero.
"Mungkin malam ini kamu tamuku, tapi besok kamu adalah istriku." ucap Savero dengan menatap mata gadis itu dalam-dalam.
Tapan pria tampan itu sungguh sangat menghanyutkan dan siapapun wanita yang berada di hadapan pasti akan meleleh di buatnya. Kini mata Savero mulai turun ke bawah bibir manis Jena dan dengan perlahan Savero mulai mendekatkan bibirnya. Jena yang seolah terhipnotis oleh tatapan Savero pun hanya diam dan pasrah dengan apa yang akan terjadi.
Cklekk..!!
Rey membukakan pintu apartemen tersebut untuk Amanda dan tentunya atas ijin dari Savero sebelumnya, namun saat pintu apartemen itu terbuka tampak Amanda disana sangat kaget melihat pemandangan didepannya yang membuat Amanda refleks membuka mulutnya.
"Savero! apa-apaan ini?" tanya Amanda dengan emosi.
Membuat mereka berdua kaget dan langsung beralih menatap Amanda. Jena yang seketika sadar dengan posisinya kini, langsung mendorong tubuh Vero menjauh darinya dan merapikan pakaiannya.
"Amanda? kamu sudah datang?" ucap Savero.
Sejenak tadi Savero lupa bahwa Amanda akan datang menemuinya karena dia terbawa suasana dengan sekertaris cantiknya.
"Savero, aku kecewa padamu!" ucap Amanda dengan kesal.
Dengan menghentakkan satu kakinya Amanda langsung pergi dari sana dengan mata berkaca-kaca. Sementara Savero hanya diam tanpa mencegah kepergian Amanda, membuat hati Amanda kini semakin pedih.
Rey yang melihat keadaan kini sedang tidak baik pun langsung pamit pada Savero.
"Maaf, permisi Tuan." ucap Rey dengan menundukkan kepalanya dan langsung pergi dari sana.
Savero hanya diam disana tanpa ekspresi menatap ke arah pintu.
"Maaf Tuan, ini semua salah saya." ucap Jena dengan rasa bersalah.
"Tidak, ini bukan salah mu. Aku yang lupa jika sudah ada janji dengan Amanda." terang Vero.
"Apa Tuan tidak mau mengejarnya?" tanya Jena.
Savero tersenyum miring.
"Untuk apa? Aku tidak biasa mengejar pertempuran, justru perempuan lah yang selalu datang mengejar ku." ucap Savero yakin.
Membuat Jena merasa kesal dengan ucapannya, rasanya ingin sekali Jena merobek-robek wajah sombongnya menjadi keras kecil-kecil saat itu juga.
"Sombong sekali!" gumam Jena kesal dan wajah muak menatap Vero.
"Apa kamu bilang?" tanya Vero dengan menatap tajam pada Jena.
"Tidak, tidak apa-apa." ucap Jena pura-pura bodoh.
"Hooouuaaaghhh...!!! maaf Tuan, saya sudah ngantuk. Permisi." lanjut Jena beralasan lalu masuk kedalam kamarnya.
Sebenarnya Savero ingin sekali mencegah gadis itu lagi dan melanjutkan yang tadi belum sempat mereka lakukan karena Amanda.
"Sial..!!" gumam Savero.
Kini Savero kembali duduk bersandar di sofa dengan menatap televisi. Namun hati dan pikirannya terus tertuju pada Jena, paras dan tubuh candu sekertaris cantik itu berhasil membuat Savero mabuk kepayang.
Banyak wanita yang pernah menemani malam-malam Savero sebelumnya, tapi tidak ada yang secandu Jena sekertaris cantiknya.
🩸
🩸
🩸
"ibu, Mora pulang!" ucap Amora dengan suara keras sambil membuka pintu.
Dari dalam kamar Sarah berjalan mendekati anak kesayangannya begitu mendengar suara keras Amora.
"Mora, jangan keras-keras ini sudah malam. Lagipula kamu itu anak gadis, kenapa selarut ini?" ucap Sarah dengan menghampiri Amora yang kini duduk di kursi sambil memasang muka masam.
"Kamu kenapa sayang? kok mukanya diterkuk gitu?" lanjut Sarah bertanya.
"Ibu.. aku tuh malu tau Bu, sama temen-temen aku." ucap Amora manja.
"Malu kenapa sayang? anak ibu kan cantik, kenapa harus malu?" tanya Sarah sambil duduk disebelah Amora.
"Bukan itu Bu, aku malu.. masa penampilan aku gini-gini aja, terus temen-temen aku juga semuanya udah pada punya mobil. Masa aku enggak! gimana mau dapet cowok tajir, kalau aku aja penampilannya kayak gini." keluh Amora.
Sarah hanya tersenyum melihat anak kesayangannya mengeluh padanya.
"Tenang sayang, kamu mau mobil? mau shopping? tenang saja, ibu akan kabulkan semuaaa permintaan anak ku yang cantik ini." ucap Sarah yakin.
"Ibu serius?" tanya Amora gembira.
"iya doong, kapan sih ibu bohong sama kamu." ucap Sarah sambil mencolek hidung Amora.
"Tapi memangnya ibu punya uang? atau jangan-jangan ibu ngutang lagi sama rentenir? yang tadi siang saja ibu nggak bisa bayar. Pokoknya aku nggak mau kalo sampai aku ikutan keseret lagi sama hutang-hutangnya ibu!" cerocos Amora.
"Tenang sayang kali ini ibu nggak ngutang sama siapapun. Dan soal hutang yang tadi siang, besok akan ibu lunasi semuanya jadi kamu tidak perlu khawatir ibu pastikan mereka tidak akan mengganggu kita lagi." jawab Sarah.
Amora mulai menatap curiga pada ibunya yang bicara seolah seperti orang yang sedang ber'uang.
"Lebih baik ibu jujur deh sama Mora, emang ibu punya uang dari mana? atau jangan-jangan kak Jena baru dapat bonus ya Bu dari tempat kerjanya?" tanya Amora penasaran.
"Lebih dari itu." ucap Sarah lalu mengambil cek yang dia dapatkan dari asisten Rey tadi.
"Tadaaa...." ucap Sarah dengan memamerkan cek tersebut didepan Amora. Gadis itu langsung merebutnya dari tangan Sarah lalu membaca nominal yang tertera disana.
"Ibu, ini...." ucap Amora tidak percaya dengan apa yang di lihatnya.
"Iya sayang kita kaya..!! Aaaaarrgh...!!" ucap Sarah dengan berpelukan bersama Amora sambil melompat kegirangan bak teletubbies.
"Tunggu! tapi ini uang apa Bu?" tanya Amora.
"Itu uang dari bos Jena, dia memberikan uang itu supaya ibu memberikan ijin padanya agar bisa menikahi Jena." terang Sarah.
"Menikah? jadi maksud ibu tadi bos kak Jena kemari meminta ijin dan ibu menyetujuinya?"
Sarah menggelengkan kepalanya.
"Lebih tepatnya asisten bosnya yang kemari. Dan ya, ibu langsung menyetujuinya. Lagipula anak sialan itu tidak ada apa-apanya dibandingkan uang lima ratus juta ini."
"Aaargh... ibu memang pintar dan terbaik di dunia." ucap Amora sambil memeluk ibunya hangat.
Mereka berdua memang sama saja, menghalalkan segala cara demi bisa mendapatkan uang untuk memenuhi ambisi mereka dengan memperalat Jena sekalipun.