NovelToon NovelToon
My Secret Husband

My Secret Husband

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Aliansi Pernikahan
Popularitas:9.4k
Nilai: 5
Nama Author: lestari sipayung

Kelanjutan dari Kurebut Suami Kakak Tiriku, kisah ini mengikuti Rei Alexander, anak angkat Adara dan Zayn, yang ternyata adalah keturunan bangsawan. Saat berusia 17 tahun, ia harus menikah dengan Hana Evangeline, gadis cantik dan ceria yang sudah ditentukan sejak kecil.

Di sekolah, mereka bertingkah seperti orang asing, tetapi di rumah, mereka harus hidup sebagai suami istri muda. Rei yang dingin dan Hana yang cerewet terus berselisih, hingga rahasia keluarga dan masa lalu mulai mengancam pernikahan mereka.

Bisakah mereka bertahan dalam pernikahan yang dimulai tanpa cinta?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lestari sipayung, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

8. KHAWATIR

Adara yang sedang duduk santai di ruang tamu sambil menyulam dengan tenang tiba-tiba meringis kesakitan ketika jarinya tertusuk jarum. Saat itu, Zayn yang juga berada di dekatnya tengah fokus dengan laptopnya. Namun, begitu mendengar suara Adara yang kesakitan, ia segera mendekat dengan ekspresi khawatir dan bertanya,

"Ada apa, sayang?"

Adara menoleh sekilas ke arah suaminya, namun tatapannya tampak sedikit kosong. Zayn yang sejak tadi diam-diam memperhatikannya pun langsung menyadari perubahan itu. Sejak awal, ia sudah melihat bahwa istrinya menyulam dengan tatapan yang seakan melayang, seolah ada sesuatu yang mengganggu pikirannya.

"Enggak, sayang… ini…," jawab Adara dengan suara pelan, terdengar sedikit linglung, seolah pikirannya sedang melayang entah ke mana. Ia tampak ragu sejenak sebelum kembali fokus pada jarinya yang tadi tertusuk jarum.

Zayn yang sejak tadi memperhatikan istrinya dengan seksama semakin merasa ada sesuatu yang tidak beres. Ia meletakkan laptopnya ke samping, lalu sedikit merendahkan tubuhnya agar bisa menatap Adara lebih dekat. Dengan nada lembut namun penuh rasa ingin tahu, ia bertanya,

"Aku memperhatikanmu dari tadi, sayang. Kau melamun terus. Sebenarnya, apa yang sedang kau pikirkan, Adara?"

Adara terdiam sejenak, lalu menghela napas panjang, seakan berusaha meredakan sesuatu yang berkecamuk di dalam hatinya. Perlahan, ia mengangkat wajahnya dan menatap suaminya dengan tatapan lembut, namun ada sesuatu yang tersembunyi di dalamnya—sebuah perasaan yang sulit ia ungkapkan dengan kata-kata.

"Aku hanya memikirkan Rei dan juga Hana. Aku takut membayangkan bagaimana pernikahan mereka akan berjalan. Sejak awal, pernikahan mereka hanyalah paksaan, bagian dari tradisi keluarga mereka berdua. Tapi, aku benar-benar khawatir, Zayn… Mereka masih terlalu muda untuk menikah, masih terlalu labil untuk menjalani kehidupan rumah tangga," ujar Adara, suaranya bergetar halus, terselip nada kekhawatiran dalam setiap kata yang ia ucapkan.

Zayn menatap istrinya dengan penuh pemahaman. Ia mengangguk pelan, menyadari bahwa kekhawatiran Adara bukanlah sesuatu yang berlebihan. Ia pun merasakan hal yang sama, bahkan selama ini diam-diam mengamati perkembangan pernikahan Hana dan Rei.

"Kita tidak bisa mengubah apa yang sudah terjadi, sayang. Yang terpenting, kita melakukan apa yang bisa kita lakukan untuk menjaga mereka berdua," ujar Zayn dengan suara lembut, tangannya menggenggam tangan Adara, mencoba menenangkan hati istrinya yang gelisah.

Adara hanya bisa mengangguk pelan, meskipun kegelisahan masih tergambar jelas di wajahnya. Ia menarik napas dalam, berusaha menenangkan pikirannya. Namun sebelum ia sempat mengatakan sesuatu lagi, tiba-tiba terdengar suara ceria dari arah lain.

"Mama! Papa!" seru suara riang penuh semangat.

Xavira, putri kecil mereka yang penuh energi, berlari kecil mendekati keduanya dengan ekspresi gemas di wajahnya.

Zayn segera mengalihkan perhatiannya, tersenyum lembut melihat buah hatinya. Dengan refleks penuh kasih, ia langsung merentangkan tangannya dan memeluk putrinya erat, mencium puncak kepalanya dengan penuh sayang.

"Ada apa, sayang?" tanyanya lembut, sambil menatap wajah mungil putrinya yang tampak begitu ceria.

Adara yang melihat pemandangan itu pun ikut tersenyum. Kehadiran anak-anak mereka selalu berhasil mencairkan suasana, menghangatkan hatinya yang sempat dipenuhi kegelisahan.

Xavira membalas pelukan hangat papanya dengan erat, lalu mengerucutkan bibirnya, menunjukkan wajah kesal yang menggemaskan. Dengan nada manja, ia mengadu,

"Itu, Kakak Xavier susah sekali diajak main. Dia selalu serius dan dingin, Papa!" keluhnya sambil melirik ke arah saudara kembarnya yang tetap fokus dengan bukunya.

Zayn dan Adara mengikuti arah pandang putri kecil mereka, menatap Xavier yang duduk tenang di sudut ruangan, sibuk dengan pelajarannya tanpa terganggu oleh kegaduhan di sekitarnya. Bocah kecil itu terlihat begitu serius, seakan dunianya hanya berisi buku dan pemikirannya sendiri.

Keduanya lalu saling bertukar pandang, seolah memikirkan sesuatu yang sama. Ada sesuatu dari sikap Xavier yang tiba-tiba mengingatkan mereka pada seseorang.

Zayn lalu menyeringai kecil, matanya berkilat nakal sebelum melirik Adara dengan ekspresi menggoda.

"Hmm… Papa tahu nih, Kakak Xavier mirip siapa," ujarnya penuh arti, suaranya sedikit ditahan seakan ingin membuat istrinya penasaran.

"Siapa, Papa?" tanya Xavira dengan mata berbinar penasaran, tubuh mungilnya sedikit maju ke arah zayn, seolah tidak sabar menunggu jawaban.

Zayn mencondongkan tubuhnya ke arah putri kecilnya dan berbisik dengan nada penuh rahasia, "Mamamu."

Seketika, Adara yang duduk di sampingnya menoleh tajam, menatap suaminya dengan ekspresi tak percaya. "Zayn…," gumamnya memperingatkan, tapi pria itu hanya menyeringai jahil.

"Tapi, Mama kan lembut, Pah," protes Xavira dengan wajah bingung.

Zayn terkekeh pelan sebelum melanjutkan, "Iya, sekarang memang begitu. Tapi dulu… Mamamu itu sangat dingin dan menyeramkan."

Belum sempat Xavira mencerna perkataan tersebut, Adara sudah mengambil bantal kursi dan dengan refleks melemparkannya ke arah Zayn.

"Jangan dengarkan papamu," ucapnya cepat, lalu bangkit berdiri dan menggandeng tangan Xavira. "Ayo, Mama bantu kamu."

Xavira langsung mengikuti langkah mamanya dengan riang, sementara Zayn hanya menggeleng pelan sambil tertawa kecil, merasa puas bisa menggoda istrinya.

Namun, begitu Adara dan Xavira menghilang ke ruangan lain, Xavier yang sejak tadi diam-diam menyimak percakapan mereka kembali menutup bukunya dan menoleh ke arah papanya.

"Memang betul Mama dulu seperti itu, Pah?" tanyanya, kali ini dengan nada serius, rasa ingin tahunya terlihat jelas di wajahnya.

Zayn tersenyum hangat, merasa senang karena putranya yang biasanya sulit diajak berbicara kini justru mendekatinya sendiri.

"Benar," jawabnya sambil merangkul bahu Xavier. "Mau Papa ceritakan semuanya?"

Xavier mengangguk penuh antusias, lalu bergerak lebih dekat ke sisi Zayn.

Dan saat itu, terjadi pertukaran cerita di antara mereka. Zayn menceritakan bagaimana Adara di masa lalu, bagaimana ia bisa berubah, dan bagaimana kisah mereka berdua bermula. Sesekali Xavier menyela dengan pertanyaan atau ekspresi terkejut, sementara Zayn menikmati setiap momen itu.

Baginya, kebersamaan ini sangat berharga, karena putranya yang pendiam akhirnya membuka diri dan menunjukkan rasa ingin tahunya. Hari itu, untuk pertama kalinya, percakapan antara ayah dan anak laki-lakinya terasa begitu dekat dan hangat.

1
Na Noona
belum up tor
na Nina
lanjut
na Nina
lanjut tor
Na Noona
up tor
Na Noona
up tor, aku sukaaa ceritanya
Chachap
kurang panjang
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!