Brahma Satria Mahendra merasa lelah dengan banyak wanita yang terus mendekati serta mengejarnya. Kedua orang tuanya terutama sang ibu sering kali mendesaknya untuk segera menikah. Pernah mencintai dan berpacaran cukup lama dengan sahabatnya sejak SMA bernama Ajeng Notokusumo. Namun hubungannya kandas di tengah jalan karena Ajeng memilih fokus kuliah dan mengejar cita-citanya di luar negeri. Membuat hati Brahma tumpul dengan yang namanya cinta.
Brahma menyodorkan sebuah kontrak pernikahan pada gadis asing bernama Starla yang baru ia kenal di stasiun. Takdir membawa keduanya dalam sebuah pernikahan tanpa cinta. Hanya sekedar rasa tanggung jawab semata. Tanpa sengaja Brahma telah mengambil kesucian Starla yang dikenal sebagai primadona gang Ding Dong sekaligus klub malam ternama yakni Black Meong, karena pengaruh obat dari seseorang. Tanpa Brahma tahu, hidup Starla tak lama lagi.
Bagaimana kehidupan pernikahan kontrak mereka selanjutnya yang tak mudah ?
Bagian dari novel : Bening🍁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15 - Ingin Beri Kejutan
Keesokan paginya tepat di hari Minggu, pengantin baru yang menikah atas dasar kontrak itu pun berpamitan pada Arjuna dan Bening. Dikarenakan hari Senin, mereka semua sudah bekerja kembali seperti biasa.
"Sering-sering ya main ke rumah Papa dan Mama," ucap Bening sendu melepas Brahma dan Starla. Ia terus memeluk erat tubuh putra dan menantunya itu.
"Iya, Ma. Lala janji nanti sering-sering main ke sini. Misal Mas Brahma sibuk dinas dan enggak sempat ke sini, Lala boleh kan ke Jakarta sendiri?"
"Tentu saja boleh, Sayang. Rumah Papa dan Mama selalu terbuka untukmu. Yang penting kamu sebagai istri, sudah dapat izin suami buat ke Jakarta." Starla pun menganggukkan kepalanya.
"Jangan terlalu memforsir diri dengan pekerjaan. Saat ini tanggung jawabmu sudah bertambah. Percayalah, istri yang bahagia niscaya membawa banyak berkah juga untuk suaminya baik itu rezeki berupa materi, karir, maupun kesehatan. Bahagiakan istrimu. Lala sudah yatim piatu, kamu pasti tahu dan paham pahala seseorang yang membahagiakan anak yatim piatu seperti apa."
"Iya, Pa. Brahma akan berusaha bahagiain Lala," ucap Brahma seraya memeluk tubuh Arjuna.
"Bukan berusaha tapi wajib," sahut Bening. "Awas kalau sampai kamu buat putri Mama nangis. Lebih baik kamu enggak usah pulang lagi ke rumah Papa dan Mama," ancam Bening.
Starla semakin tak mampu menahan genangan air mata yang memenuhi ruang pandangnya saat ini. Sungguh ia tak menyangka kedatangannya di keluarga Brahma, membawa banyak kebahagiaan untuk dirinya serta orang tua Brahma sendiri.
Entah bagaimana kesedihannya nanti jika ia harus melepaskan semuanya. Starla tak mampu membayangkan rasa itu. Pasti hatinya akan sangat sedih.
☘️☘️
Empat bulan berlalu.
Hari ini sudah empat bulan lebih pernikahan Brahma dan Starla. Semuanya berjalan dengan baik dan lancar. Namun jangan bertanya urusan nafkah batin alias penyatuan raga di atas ranjang, keduanya justru tinggal satu atap yang sama namun berbeda kamar.
Starla berusaha menerima tanpa banyak protes. Ia merasa Brahma seakan masih sulit menerima dirinya layaknya istri sungguhan perihal nafkah batin terutama. Untuk materi dan sekedar perhatian, Brahma melakukannya dengan cukup baik. Apapun yang terjadi, Starla tetap berusaha melakukan semua kewajibannya dengan baik sebagai seorang istri.
Brahma dan Starla memang tak mempekerjakan pembantu yang selalu menginap selama 24 jam full di rumah. Akan tetapi, setiap dua hari sekali akan ada pembantu yang datang guna bersih-bersih di rumah mereka.
Keduanya sepakat tinggal di sebuah perumahan. Brahma tidak menempati rumah dinas karena ia butuh privasi dengan Starla sekaligus berjaga-jaga. Namun perumahan yang mereka tempati cukup ketat dan memakai one gate system. Setiap tamu yang datang, wajib menunjukkan KTP atau kartu identitasnya.
☘️☘️
Hari ini adalah hari terakhir Starla bekerja di stasiun sebagai customer service. Tari, sahabat dekatnya yang juga hadir di pernikahan Brahma dan Starla, begitu sedih karena akan jarang bertemu.
"Kenapa kamu mesti resign sih, La? Padahal kan Pak Agus sudah mau memperpanjang kontrak kerjamu. Dua tahun lagi malah kamu akan jadi pegawai tetap di sini asal lolos tes. Aku yakin kamu pasti lolos. Otakmu kan enc3r,"
"Ingin menikmati sisa hidup, Tar."
"Please deh, selalu ngomongin hal itu. Nyebelin banget!" gerutu Tari.
Sebagai sahabat tentunya Tari tahu perihal kondisi kesehatan Starla yang tiga tahun terakhir ini mengalami penurunan karena penyakit jantungnya. Tari juga dilema sebenarnya. Sebab, Starla memang butuh banyak istirahat dan tidak boleh terlalu capek atau stres agar penyakitnya tidak semakin memburuk.
Akan tetapi, Starla jika diam tanpa melalukan kegiatan juga tidak baik. Tari khawatir Starla akan stres karena Brahma tak bisa mencintainya. Starla pasti banyak melamun jika sendirian tanpa kesibukan.
Keduanya saat ini berada di sebuah cafe tak jauh dari stasiun, usai berpamitan dengan atasan dan rekan-rekannya. Tari yang hari ini sedang libur bekerja, sengaja menemani Starla. Tari juga bekerja di stasiun yang sama dengan Starla hanya saja berbeda bagian. Tari bekerja di bagian penjualan tiket sekaligus punya job sampingan sebagai agen asuransi. Statusnya masih jomblo abadi.
"Setelah ini kesibukanmu apa saja, La?" tanya Tari.
"Jadi istri salihah sekaligus Ibu Bhayangkari sejati selama sisa kontrak yang ada," jawab Starla.
"Sampai sekarang cuma aku sama dokter saja yang tahu perihal kondisi penyakitmu yang terus menurun?"
"Iya, Tar."
"Saranku, kasih tahu suamimu. Dia kan banyak duit. Pasti dia rela bantu kamu cari donor jantung atau bawa berobat ke luar negeri kek,"
"Biar tetap seperti ini saja, Tar. Aku enggak mau repotin banyak orang. Jika memang sudah waktunya pergi ya aku sudah ikhlas,"
"Lala ih, enggak boleh pasrah begitu. Sebagai manusia yang beriman, kita harus terus berikhtiar apapun jalannya, selama itu baik. Tuhan kirim Brahma di hidupmu bukan tanpa alasan. Pasti ada yang Tuhan kehendaki untuk kehidupan kalian berdua. Walaupun jalannya agak lain daripada pernikahan pada umumnya. Siapa tahu Brahma yang ganteng plus tajir itu hadir memang buat bantu hidupmu terutama dari segi biaya pengobatan dan juga jodohmu. Who knows?"
Starla hanya bisa terdiam mendengar Tari berbicara panjang lebar. Apa yang disampaikan Tari padanya memang benar namun Starla tetaplah Starla. Sejak dulu dirinya memang keras pada dirinya sendiri. Tak ingin membebani orang lain itulah prinsip hidupnya. Sejak kecil sudah bekerja apapun selagi halal. Wanita pekerja keras yang mandiri.
"Kamu harus janji Tar, jangan kasih tahu Mas Brahma atau siapapun soal penyakitku."
Tari hanya mampu terdiam. Ia sedang kesal dengan Starla sebab tetap bungkam perihal sakitnya.
"Tar,"
"Iya," jawab Tari singkat.
"Nah, gitu dong. Itu baru namanya Tari, sahabatku." Starla memeluk hangat Tari. Otomatis Tari pun membalas pelukan hangat dari Starla.
"Iya, aku enggak janji bakal diam terus, La. Kalau suatu ketika mulutku ember, tolong maafin aku." Tari hanya mampu berucap dalam hati. Sungguh ia begitu sedih melihat kondisi Starla. Dirinya sudah bersahabat dengan Starla sejak SMP hingga sekarang.
☘️☘️
Setelah cukup lama berbincang akhirnya kedua sahabat itu pun memutuskan untuk pulang.
"Ayo, aku anterin kamu pulang."
"Enggak usah, Tar. Makasih banyak,"
"Sekarang jadi istri Kapolsek enggak mau naik motor bututku lagi nih," ledek Tari.
"Bukan begitu, Tar. Aku sudah pesan taksi. Aku mau ngajakin Mas Brahma buat makan siang bareng,"
"Oh, jadi kamu sudah janjian sama suamimu buat makan siang toh. Pantes aku ajakin makan siang langganan kita ayam geprek lambe j0ntor enggak mau. Mau makan siang romantis ternyata. Cie...cie...cie..." goda Tari.
"Aku mau kasih kejutan saja. Belum bikin janji sih sama Mas Brahma. Semoga dia enggak terlalu sibuk hari ini. Soalnya sudah sebulan terakhir ini Mas Brahma suka pulang malam banget,"
"Ya sudah hati-hati di jalan. Kalau ada apa-apa hubungi aku. Ingat, di dunia ini jika semua orang menolakmu atau membencimu, masih ada Tari, sahabatmu yang siap menerimamu apa adanya. Paham?"
"Siap Bu Tari yang baik hati sedunia pokoknya. Hehe..."
"Good," ujar Tari.
☘️☘️
Taksi yang membawa Starla baru saja tiba di halaman Polsek, tempat Brahma berdinas. Jam sudah menunjukkan pukul 12.30 WIB.
"Semoga Mas Brahma belum keluar buat makan siang," batin Starla.
Hari ini dirinya sengaja tidak membawakan bekal untuk Brahma. Setelah selesai urusan di stasiun, Starla memang berencana datang ke tempat kerja suaminya guna mengajak makan siang secara kejutan.
Dua jam yang lalu, Starla sempat mengirimkan pesan teks pada suaminya untuk menanyakan posisi lelaki itu ada di mana. Brahma bilang enggak ada operasi di luar hari ini, jadi ia masih berada di Polsek.
Tap...tap...tap...
Starla berjalan memasuki area Polsek. Salah satu anak buah Brahma yang bertugas pun menyambutnya dengan baik secara otomatis.
"Suamiku ada kan?"
"Maaf, Bu. Komandan baru saja keluar sekitar lima belas menit yang lalu,"
Deg...
"Keluar ke mana?"
"Katanya pamit makan siang sama temannya yang tadi ke sini,"
"Teman? Pria atau wanita?"
"Wanita, Bu."
"Siapa namanya?" cecar Starla yang penasaran.
Bersambung...
🍁🍁🍁