Seyra Adlina, wanita muda 23 tahun sosok cantik dan elegan, menjalani kehidupan ganda yang menarik. Di siang hari dia bekerja sebagai pelayan di sebuah kafe kecil dan di malam hari bertransformasi menjadi pelayan di sebuah club malam. Hubungannya dengan sang pacar harus berakhir karena pengkhianatan yang ia saksikan sendiri. Perasaan patah hati dan marah, membuatnya melakukan tindakan tidak masuk akal dalam keadaan mabuk
Takdir kemudian mempertemukannya dengan seorang CEO yang mengetahui identitas dan latar belakangnya yang selama ini disembunyikan. Situasi tak terduga memaksa mereka untuk menikah kontrak dengan tujuan masing-masing.
Mampukah benih-benih asmara tumbuh diantara mereka setelah melewati berbagai tantangan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon maisaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Persiapan Menyusun Strategi
Seyra dan Virsha sudah selesai dengan sarapan mereka.
"Seyra, kamu juga bisa pakai ini" ucap Virsha, memberikan tas berisi sepatu yang ia sembunyikan di samping bawah ia duduk
"Apa ini?" tanya Seyra, mengambil tas itu dan melihat apa isinya
"High heels (sepatu hak tinggi)?" tanya Seyra melotot ke Virsha
"Iya, saya tidak tahu selera kamu. Tapi saya tertarik dengan model itu, makanya saya beli" jelas Virsha
Seyra menatap dalam mata Virsha, lalu ia mencoba sepatu itu.
"Yah... Ini kebesaran Virsha" ujar Seyra dengan nada kecewa, langsung bangun dan berdiri di depan Virsha untuk menunjukkan sepatunya yang longgar
Virsha mengedipkan mata kaget melihat sepatu Seyra yang tidak pas. Kemudian ia langsung mengedarkan pandangannya ke sekeliling kamar. Dan matanya tertuju pada sekotak tisu yang ada di atas meja rias dekat tempat tidur.
"Sebentar dulu" ucap Virsha, berjalan ke arah meja rias
Bola mata Seyra mengikuti langkah Virsha yang berjalan menuju meja rias. Dan ia melihat kalau Virsha mengambil sekotak tisu yang ada di sana.
"Itu untuk apa?" tanya Seyra, penasaran karena Virsha membawa kotak tisu ke arahnya
Virsha tidak menjawab pertanyaan itu, tapi langsung duduk di depan Seyra. Virsha membentuk beberapa tisu menjadi bola kecil, lalu menggunakannya untuk mengisi celah sepatu Seyra yang longgar.
"Bagus juga ide lo" ucap Seyra, menyeringai melihat Virsha yang masih berusaha mengganjal sepatunya dengan tisu
Setelah Virsha selesai, ia pun langsung berdiri dan menaruh kotak tisu itu ke atas meja sofa.
"Bagaimana? Sekarang sudah bisa jalan?" tanya Virsha
"Aman" jelas Seyra, melangkah kesana kemari untuk mencoba sepatunya
Virsha tersenyum melihat Seyra yang terlihat sumringah mengenakan sepatu itu.
"Ya sudah kalau gitu, ayo kita berangkat" seru Virsha merapikan jasnya dan berjalan keluar
"Tunggu napa" gumam Seyra, berjalan walaupun langkahnya tidak terlalu nyaman
Virsha berhenti di depan pintu yang masih tertutup, berbalik menghadap Seyra dan memperhatikan langkahnya. Saat Seyra sudah sampai di depannya, Virsha langsung membukakan pintu itu dan mempersilahkan Seyra untuk keluar lebih dulu.
Baru saja melangkahkan kaki keluar, tiba-tiba Virsha melepaskan jedai yang masih terpasang di rambut Seyra. Membuat rambut halus hitam berkilau itu terurai indah di punggungnya.
"Karena kita akan berkendara, kamu tidak boleh memakai sesuatu yang berbahaya seperti ini" jelas Virsha dengan nada pelan, menunjukkan jedai berbentuk bunga itu di depan wajah Seyra
Seyra hanya bisa bungkam, karena yang dibilang Virsha memang benar adanya. Jedai itu bisa membahayakan dia jika terjadi sesuatu yang tidak terduga di jalan.
"Terima kasih" ujar Seyra, berjalan mendahului Virsha
"Sama-sama" balas Virsha, memasukkan jedai itu ke kantong jas nya dan berjalan mengikuti Seyra di belakang
Mereka berdua berjalan menuju tempat parkir hotel. Virsha tidak perlu repot mengurus pembayaran kamar karena semuanya sudah ditanggung oleh Samuel. Namun, Samuel sendiri tidak tidur di hotel semalam, karena menemani keluarga Armor ke rumah sakit setelah mendengar kabar kalau Nadin pingsan.
Setelah beberapa menit perjalanan, Virsha dan seyra kini sudah sampai di Andra Group. Saat masuk ke dalam kantor, semua mata tertuju kepada mereka. Sepertinya para pegawai wanita disana merasa iri dengan Seyra, karena bisa menikah dengan CEO tampan di tempat mereka bekerja.
"Beruntung sekali nyonya Seyra"
"Sudah gak ada harapan lagi buat rebut hati pak Virsha"
"Akhirnya dia bisa berangkat ke kantor bareng istrinya"
Para pegawai wanita di sana saling berbisik, mengungkapkan keinginan mereka untuk berada di posisi Seyra. Meskipun suara bisikan mereka kecil, Seyra tetap mendengarnya dan memilih untuk tidak perduli.
"Widih.. Selamat pagi pengantin baru" sapa Agung dari belakang mereka, yang baru saja sampai kantor
Agung bergegas menghampiri Virsha sebelum mereka masuk ke ruangan.
"Gimana Gung? Aman?" tanya Virsha, tetap melangkahkan kakinya
"Aman Sha, sebentar lagi dia dateng" jawab Agung
Seyra tidak merespon apa-apa karena ia sendiri juga bingung dengan apa yang Virsha dan Agung bicarakan.
"Ni orang dua lagi bicarain apa sih" batin Seyra, melirik Virsha dan Agung disampingnya
Kini, mereka sudah masuk ke dalam ruangan. Seyra lebih dulu masuk dan langsung duduk di sofa, sedangkan Virsha berjalan menuju meja kerjanya. Agung juga ikut duduk di sofa, untuk menunggu Virsha mengambil sesuatu di laci mejanya.
"Gung, lo tau urusan gue sama Virsha?" tanya Seyra, memicingkan matanya curiga
"Tentu... Apa sih yang gue gak tau tentang urusan Virsha" jelas Agung, melirik Virsha yang sedang berjalan menghampiri mereka
Seyra memutarkan bola matanya karena mendengar ucapan Agung yang terdengar angkuh.
Kini Virsha ikut duduk di sofa dan memberikan Seyra tabletnya. Virsha sudah mencari tahu tentang kasus penggelapan dana yang menyeret ayahnya Seyra.
Seyra mengambil tablet yang diberikan oleh Virsha, lalu ia melihat layar dan membaca sebuah artikel atau berita yang ditemukan oleh Virsha. Berita itu berbunyi :
"Kerugian Proyek Pembangunan Pelabuhan Barat Daya Capai Rp 66 Miliar: Perusahan konstruksi PT. Wijaya Karya bekerja sama dengan Perusahaan Pengelolaan Pelabuhan PT. Tama Agung untuk melaksanakan proyek pembangunan dermaga baru di pelabuhan barat daya dengan kontrak sebesar Rp 750 Miliar dan jangka waktu kontrak 36 bulan. Namun, proyek ini mengalami kerugian sebesar Rp 66 Miliar akibat penyelewengan dana kontrak dan kegagalan infrastruktur pendukung"
Setelah membacanya, Seyra menatap kosong layar tablet yang sedang ia pegang. Entah kenapa, jika mengingat tentang ayahnya, dia pasti akan langsung terlihat tidak berdaya.
"Seyra? Kamu tidak kenapa-kenapa?" tanya Virsha dengan nada lembut dan menenangkan, beranjak duduk ke samping Seyra
Seyra menutup matanya dan menarik napas dalam, lalu membuka lagi matanya.
"Tentu saja... Emang gue harus kenapa?" tanya Seyra, menoleh ke Virsha, mengangkat sudut bibirnya tersenyum
"Jadi... Rencana awal kita nanti gimana?" tanyanya lagi, menaruh tablet itu di atas meja
"Sebentar lagi Riven akan datang kesini" jelas Virsha, kembali duduk ke tempatnya semula
"Riven?" tanya Seyra mengerutkan dahinya, melirik tajam Virsha dan Agung secara bergantian, kebingungan
"Iya Sey.. Kami juga minta tolong ke Riven untuk membantu kita" jelas Agung
Pintu ruangan terbuka, Riven baru saja tiba dan langsung diarahkan ke ruangan oleh resepsionis, karena sebelumnya mereka sudah di perintahkan Virsha untuk langsung mengantar Riven kesana.
"Permisi" sapa Riven dari pintu
"Masuk Ven" seru Virsha mempersilahkan Riven untuk duduk di sofa
Riven pun bergegas untuk duduk di sofa, ia duduk di samping Agung.
"Oke.. Sekarang kita mulai darimana?" tanya Seyra, bersandar di punggung sofa, menyilangkan tangannya dan memejamkan mata
Virsha, Agung dan Riven saling melirik dengan tatapan dalam satu sama lain.