Seyra Adlina, wanita muda 23 tahun dengan paras cantik, menjalani kehidupan ganda yang menarik. Di siang hari dia bekerja sebagai pelayan di sebuah kafe kecil dan di malam hari bertransformasi menjadi pelayan di sebuah club malam. Hubungannya dengan sang pacar harus berakhir karena pengkhianatan yang ia saksikan sendiri. Perasaan patah hati dan marah, membuatnya melakukan tindakan tidak masuk akal dalam keadaan mabuk
Takdir kemudian mempertemukannya dengan seorang CEO yang mengetahui identitas dan latar belakangnya yang selama ini disembunyikan. Situasi tak terduga memaksa mereka untuk menikah kontrak dengan tujuan masing-masing.
Mampukah benih-benih asmara tumbuh diantara mereka setelah melewati berbagai tantangan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon maisaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hari ke-2 : Datang Bulan
Seyra kembali masuk ke dalam apartemen, ia melihat kalau Binar sudah pergi, begitupun dengan Agung. Seyra menatap tajam mata Virsha, namun ia tidak berkata apapun dan langsung berjalan menuju kamar meninggalkan Virsha di sofa ruang tamu.
Hal itu jelas membuat Virsha kebingungan, ia bergegas menghampiri Seyra yang terus melangkahkan kakinya menuju kamar tidur. Langkah Virsha tentu lumayan cukup berbeda, membuat dia mampu mendahului langkah Seyra dan berhasil meraih tangannya.
"Tunggu Sey" ucap Virsha, masih memegang erat tangan Seyra
"Kamu kenapa?" tanyanya dengan nada pelan dan penasaran
"Lepasin gue." Seyra berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Virsha
Seyra dengan cepat melanjutkan perjalanan, tidak menghiraukan Virsha yang masuh terpaku di sana.
"Dia sahabat saya dari kecil Sey" ucap Virsha
Hal itu membuat Seyra berhenti sejenak ketika baru saja menempelkan tangannya di gagang pintu kamar. Ia menoleh ke belakang, melihat Virsha yang masih berdiri di sana. Tak lama dari itu, Virsha menghampiri Seyra yang mematung di depan pintu.
"Saya, Agung, dan Binar dulu sangat dekat sekali. Bisa dibilang, kami adalah teman masa kecil yang masih tetap berhubungan sampai sekarang" sambung Virsha, terus melangkahkan kakinya
"Lalu?" tanya ketus Seyra saat Virsha kini sudah berhenti dan berdiri dihadapannya
Seyra menyilangkan tangannya, menaikkan sebelah alisnya, menyandarkan pungungnya ke tembok pintu, menatap tidak perduli dengan penjelasan Virsha.
"Y-ya... Dia cuma sebatas teman, gak lebih Sey" jelas Virsha, sedikit gelagapan menjawab Seyra
Seyra menyeringai mendengar pernyataan Virsha. Ia berpikir kalau Virsha pasti merasa bersalah karena telah membuatnya salah paham tentang Binar.
"Lo pikir gue cemburu, Virsha?" tanya Seyra, terkekeh pelan
Virsha mengedipkan matanya dengan cepat, menatap Seyra dengan penuh penasaran.
"Kalo kamu tidak cemburu, terus kenapa?" tanya Virsha, mengerutkan dahinya, mengangkat sebelah alisnya
Seyra melepaskan silangan tangannya, mendekat ke arah Virsha yang berdiri tidak jauh dari posisinya.
"Takut banget kalau istrinya cemburu ya" ucap Seyra dengan nada yang menggoda, meledek Virsha yang merasa kalau dirinya cemburu karena kehadiran Binar
Sontak Virsha mengalihkan pandangannya ke arah lain, sedikit malu atas kesalahpahamannya sendiri.
"Sudahlah, gue mau tidur, capek" ketus Seyra, berbalik meninggalkan Virsha dan langsung masuk ke dalam kamar
Virsha memeperhatikan punggung Seyra yang kini menghilang dibalik pintu kamar. Ia menaikkan kedua sudut bibirnya, tersenyum sendiri seperti orang yang kehilangan akal.
"Sepertinya saya sudah gila karena kamu, Seyra" gumam Virsha dalam batinnya
Malam telah tiba, Seyra sudah tertidur sejak pukul enam sore hari. Sementara Virsha harus fokus pada pekerjaannya di depan layar laptop, mengotak atik papan ketik laptopnya membuat surat kerja sama yang akan diajukan ke PT. Tama Anugerah.
Setelah Virsha menyelesaikan pekerjaan dan mematikan layar laptopnya, ia langsung memutuskan untuk pergi tidur. Virsha yang awalnya enggan untuk masuk ke dalam kamar yang ditempati Seyra, kini berjalan menuju kamar itu. Ia memang berniat untuk tidur bersama Seyra di satu ranjang yang sama. Namun ia juga tidak lupa dengan isi perjanjian mereka, bahwa ia tidak boleh melakukan hubungan lebih.
Hari ke-2
Sinar mentari pagi menyapa wajah Seyra yang putih bersih, membuat ia perlahan membuka matanya yang sayu. Dia menoleh ke arah sinar terang itu, melihat bayangan pria yang berdiri menghadap ke luar jendela, tentu pria itu adalah Virsha. Seyra tidak mengetahui kalau tadi malam Virsha tidur di sampingnya dengan satu ranjang yang sama, karena Virsha lebih dulu bangun darinya.
Seyra bangkit dari tidurnya, dengan keadaan yang masih mengantuk dan lemas. Ia merasakan nyeri di perut bagian bawahnya. Karena hal itu, Seyra melihat kalender di ponselnya, dan benar saja kalau hari ini adalah tanggal ia biasanya kedatangan tamu bulanan.
"Virsha" panggil Seyra dengan nada yang serak
Virsha langsung membalikkan badannya ke belakang, melihat Seyra yang sudah terbangun dan duduk di atas tempat tidurnya.
"Kamu sudah bangun, Seyra?" tanya Virsha
"Lo kan punya mata, ngapain nanya kayak gitu" gumam kesal Seyra dalam batinnya
Seyra tidak menjawab pertanyaan Virsha, memutarkan bola matanya, menghela napas dalam. Ia langsung berdiri dari tempat tidurnya, dan berjalan menuju kamar mandi dengan langkah yang lemas.
"Seyra" panggil Virsha, membuat Seyra mengentikan langkahnya dan menoleh ke arah Virsha
"Hari ini siap menjalankan misi pertama?" tanya Virsha, mengangkat kedua alisnya
"Gue kan selalu siap" jawab Seyra, langsung melanjutkan langkahnya terus berjalan ke arah kamar mandi
Virsha menyeringai bangga dengan Seyra, semua sikap yang ditonjolkan oleh Seyra mampu membuatnya jatuh cinta dan terkesan.
Saat Virsha hendak keluar kamar untuk membuat sarapan di dapur, ia tidak sengaja melihat ke atas kasur yang dilapisi kain seprei berwarna coklat muda. Di sana terlihat ada noda merah yang terlihat masih belum terlalu kering sempurna, noda merah seperti darah. Karena penasaran, ia langsung mendekati kasur dan memeriksa noda tersebut.
Sesampainya di sana, Virsha mengamati noda darah itu beberapa saat. Noda darah yang berada tepat di posisi tempat Seyra tidur. Virsha melihat ke arah kamar mandi, ia sadar kalau kini Seyra sedang datang bulan.
Tanpa pikir panjang, Virsha bergegas mengambil ponselnya di nakas dekat posisi tempat tidurnya. Ia berniat untuk menelpon seseorang. Saat ponsel sudah ada digenggaman, Virsha mencari kontak atas nama Agung. Setelah menemukannya ia langsung menekannya dan menelpon Agung saat itu juga.
...***...
Saat hendak untuk bersiap-siap mandi, Seyra terlebih dahulu mengecek apakah dia benar-benar datang bulan apa tidak. Saat ia melihat ke belakang celananya, ternyata bekas darah haidnya sudah membuat sebuah peta di bagian belakang celananya.
"Astaga, gue tembus lagi" gumamnya pelan
"Gila, banyak banget. Apa jangan-jangan di seprei juga ada bekasnya ya" tanya Seyra ke diri sendiri
"Malu banget kalau Virsha sampai lihat noda darah haid gue" Seyra menepuk dahi dengan telapak tangannya
Walaupun begitu, Seyra masih berusaha untuk optimis, kalau Virsha tidak mungkin melihatnya. Seyra menarik napas panjang dan memutuskan untuk langsung mandi. Biar nanti setelah selesai mandi, ia pergi sendiri untuk membeli pembalut.
...***...
Di sofa ruang tamu, Virsha terlihat menunggu seseorang. Beberapa menit kemudia, suara bel apartemen berbunyi. Virsha dengan cepat langsung membukakan pintu untuk seseorang yang membunyikan bel, dan ya orang itu adalah Agung.
"Gimana Gung, ada?" tanya Virsha
"Ada nih" Agung mengulurkan plastik putih kepada Virsha
"Thank you, Gung" jawab Virsha, langsung mengambil plastik putih itu
"Untung saja tadi gue deket dari apartemen lo, sekalian bisa mampir ke toko buat beli itu" jelas Agung, melirik plastik yang kini sudah berada di tangan Virsha
Virsha tersenyum dengan perkataan Agung yang terdengar sedikit ketus karena ia merepotkannya untuk hanya membeli sebuah pembalut wanita. Isi plastik putih itu adalah pembalut, Virsha meminta tolong kepada Agung untuk membelikannya pembalut.
"Sorry lah ya, Gung. Nanti gaji lo gue tambah deh" ucap Virsha, dengan nada yang ngeledek Agung
"Yaudah, kalau gitu, surat kerja sama yang sudah lo buat tadi malam kirim aja ke gue dan biar nanti gue aja yang pergi kesana" tegas Agung
"Aman Gung aman. Gue gak pergi ke kantor hari ini ya" sambung Virsha
"Iya Sha, kalau gitu gue pergi dulu" Agung langsung pergi meninggalkan Virsha
Virsha masuk ke dalam apartemen, ia membuka pintu kamar, dan berjalan menuju kamar mandi.
"Sey... Seyra" panggil Virsha, sambil mengetuk pintu kamar mandi
"Apa" teriak Seyra dari dalam kamar mandi, yang masih belum memakai handuknya
"Ini ada pembalut buat kamu pakai. Aku tahu kalau kamu sedang datang bulan" jelas Virsha di balik pintu
Seyra terkejut dengan ucapan Virsha, berarti sekarang Virsha tau kalau dia sedang haid. Seyra pun langsung memasang handuknya dan membuka pintu. Kini, ia tidak segan memperlihatkan dirinya yang hanya mengenakan handuk saja kepada Virsha.
"Terima kasih" ucap Seyra dengan ketus, mengambil pembalut itu dari tangan Virsha, lalu langsung kembali masuk ke dalam kamar mandi, menutup pintu dengan keras.
"Pantes saja dari kemarin dia marah-marah terus" gumam Virsha, terkekeh pelan dengan sikap Seyra