Di paksa ikut ke salah satu club malam, Amara tidak tahu jika ia di jadikan barang taruhan oleh kakak tirinya di atas meja judi. Betapa hancurnya hati Amara karena gadis berusia dua puluh tiga tahun harus ikut bersama Sean, seorang mafia yang sudah memiliki istri.
Amara di jadikan istri kedua oleh Sean tanpa sepengetahuan Alena, istri pertama Sean. Tentu saja hal ini membuat Alena tidak terima bahkan wanita ini akan menyiksa Amara di saat Sean pergi.
Seiring berjalannya waktu, Sean lebih mencintai Amara dari pada Alena. Hingga suatu hari, ada rahasia yang terbongkar hingga membuat Sean menceraikan Alena dan membuat Amara menjadi istri satu-satunya kesayangan Sean.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ni R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 23
"Darwin, kenapa kau bisa babak belur seperti ini?" Tanya Marta yang syok melihat keadaan anak laki-lakinya.
"Kalah berjudi, pasti di pukuli." Ucap Selena yang tak peduli dengan keadaan kakaknya.
"Sean menghajar ku," ujar Darwin memberitahu.
"Siapa Sean?" Tanya Marta penasaran.
"Orang yang sudah membeli Amara. Aku hanya ingin meminjam Amara tapi, dia sama sekali tidak mengizinkannya." Terang Darwin pada ibunya.
"Keterlaluan, seharusnya kita melapor bajingan itu pada polisi."
"Sean bukan orang sembarangan, mana mungkin kita melaporkannya pada polisi."
"Jika kita tidak bisa membawa Amara pulang, kita tidak akan mendapatkan semua asuransi. Bagaimana dong?"
Marta pusing sendiri.
"Darwin, apa kau tahu di mana Amara tinggal?" Tanya Marta.
"Aku tidak tahu!" jawab Darwin.
"Semua ini salah kakak, seharusnya kakak tidak mempertaruhkan Amara di atas meja judi." Ujar Selena yang malah menyalahkan.
"Diam kau!" Sentak Darwin.
"Seharusnya Amara itu kita jadikan perempuan jalaang, dengan begitu uang akan selalu mengalir pada kita," ucap Selena membuat Marta mulai geram pada kelakuan anaknya.
Kembali memikirkan cara untuk membawa Amara pulang tapi, tak satu pun ide mereka dapatkan.
Di tempat lain, saat ini Amara sedang memperhatikan suaminya yang sedang latihan menembak. Sedikit membosankan tapi, mau tidak mau ia menunggu di area latihan.
"Dari pada latihan seperti ini, kenapa tidak latihan langsung di alam liar?"
"Berburu maksud mu?" Tanya Sean memperjelas.
"Aku bosan duduk di sini dari jam tujuh pagi sampai jam sepuluh. Kau pikir aku boneka?"
Sean menggelengkan kepalanya mendengar perkataan Amara.
"Katakan, kau mau melakukan apa?" Tanya Sean.
"Aku lebih suka hal yang menantang. Cita-cita ku ingin mancinc buaya di danau sana." Ujar Amara benar-benar membuat Sean tercengang.
"Ada baiknya kita pergi ke mall sekarang!" Ajak Sean.
"Aku hanya ingin menghabiskan waktu berdua bersama mu, satu hari saja tanpa kesibukan mu atau memikirkan pekerjaan mu." Pinta Amara untuk pertama kalinya ia serius.
"Jangan bersikap seperti anak kecil," ucap Sean. "Pekerjaan ku sangat banyak. Sekarang, ayo pergi ke mall. Beli semua apa yang kau mau!"
"Aku tidak tertarik!" Tolak Amara kemudian ia pergi dari tempat latihan.
Sean menghela nafas panjang lalu menggaruk kepalanya tak gatal.
"Apa ucapan ku salah?" Tanya Leon pada orang di sekelilingnya.
"Tentu saja salah, tuan." Jawab Daren.
"Heh, beraninya kau menyalahkan aku!" Sean melotot ke arah Daren.
"Perempuan itu kalau meminta perhatian lebih tandanya dia sayang. Percayalah tuan, anda malam ini pasti akan tidur di luar!"
Mendengar perkataan Daren, Sean langsung pergi menyusul istrinya. Saat hendak masuk ke dalam kamar, pintu sengaja di kunci Amara dari dalam.
"Amara, buka!" Titah Sean.
Tidak ada jawaban.
"Buka, gitu aja marah!" Seru Sean.
Tidak juga di buka, Sean memutuskan untuk pergi mandi di kamar yang lain setelah itu pergi mencari Daren.
"Ada apa?" Tanya Sean.
"Ada laporan jika anak buah Remon kembali mengintai kawasan kita." Jawab Daren memberitahu.
"Pindahkan Alena ke ruang bawah tanah!" Titah Sean.
"Baik tuan!"
"Jangan lupa pasangan jebakan di setiap sudut hutan bagian depan."
"Baik tuan....!"
"Aku akan pergi sebentar. Jika istri ku bertanya, katakan saja aku ada pekerjaan."
Daren mengiyakan, Sean pun pergi. Bukan mengurus pekerjaan melainkan pergi ke salah satu panti jompo untuk menemui seseorang.
Pria tua yang berusia sekitar lima puluh enam tahun yang bernama Stevanus. Sean masuk ke dalam kamar tuan Stevanus lalu duduk dengan santainya sambil menghidupkan sebatang rokok.
"Aku sudah menemukan anak-anak dan cucu mu," ucap Sean memberitahu hingga membuat tuan Stevanus terkejut.
"Bajingan kecil...!" Umpat suara tua terdengar bergetar. "Jangan sakiti mereka!"
"Ternyata kau menyembunyikan mereka di sebuah kota kecil bahkan kau memberi mereka penghidupan yang sangat mewah di sana." Kata Sean membuat tuan Stevanus semakin khawatir memikirkan kedua anaknya dan keempat cucunya. "Cukup katakan siapa yang sudah menyuruh mu untuk meracuni mama dan adik ku."
"Sekali pun kau membunuh ku, aku tidak akan memberitahu mu." Ucap tuan Stevanus.
"Kau sangat setia pada tuan mu tapi, aku aku akan membunuh cucu mu terlebih dahulu setelah itu kau!" Ancam Sean.
"Bajingan....!!" Umpat tuan Stevanus tidak terima atas ancaman Sean.
"Aku tidak main-main tuan Stevanus. Aku akan membunuh cucu mu yang paling kecil," ujar Sean lalu mengeluarkan selembar foto.
Mata tuan Stevanus terbelalak, ia tak menyangka jika Sean sudah menemukan anggota keluarganya.
Dengan senyum sinis penuh dendam Sean keluar dari dalam ruangan yang selama ini mengurung tuan Stevanus.
"Jangan beri dia makan. Buat dia gila malam ini...!" Titah Sean.
Gila dalam artian buka sakit jiwa melainkan kecanduan serbuk ajaib. Anak buah Sean akan menyiksa tuan Stevanus dengan rasa candu seperti itu sampai ia melukai dirinya sendiri.
Sean langsung kembali pulang ke mansion yang memakan waktu sekitar tiga jam perjalanan mengingat panti jompo tersebut berada di kawasan terpencil kota itu.
Pukul tujuh malam, Sean baru saja menginjakan kaki ke dalam mansion.
"Maaf tuan, nona Amara tidak mau makan makan sejak siang." Kata pak Pet mengadu.
"Bocah itu benar-benar menguji kesabaran ku," ucap Sean.
"Bocah begitu istri tuan juga!" Sahut pak Pet dengan beraninya.
Sean melirik tajam kemudian pergi menemui Amara.
Masih sama, pintu kamar terkunci seperti siang tadi. Sean berusaha mengetuk pintu sambil merayu istrinya agar mau membuka pintu tapi, tetap saja Amara tidak mau membuka.
"Daren....!" Panggil Sean dari lantai tiga.
Dengan cepat Daren menghadap tuannya.
"Ada apa tuan?" Tanyanya penasaran.
"Ambilkan mesin gergaji. Aku akan membobol kamar sialan ini." Titah Sean.
Daren tercengeng mendengar permintaan tuannya.
"Cepat!" Teriak Sean dari lantai tiga.
"Baik tuan...!"
Daren pun bergegas mengambil mesin gergaji di dalam gudang. Sean tidak peduli dinding kamar di lantai tiga ini berasal dari kayu yang paling mahal dan langka ia tetap membukanya paksa. Kenapa tidak mendobrak pintu? Karena ternyata Amara menutup pintu dengan meja riasnya yang berukuran lumayan besar.
Ngiiing....ngiiing.....
Bunyi mesin membelah dinding kamar dan tak berapa lama dinding tersebut terbuka lebar. Sean terkejut karena sang istri sudah berdiri di hadapannya.
"Seharian tidak keluar kamar, tidak mau makan bahkan tidak mau membuka pintu untuk ku. Mau jadi apa kau?"
"Apa peduli mu pada ku?"
"Aku suami mu, sudah pasti aku peduli pada mu."
"Kau datang padaku jika kau ingin menuntaskan hasrat mu saja." Ucap Amara yang emosi.
"Sayang, bukan begitu maksud ku!" Sean melemah.
"Menikahlah dengan pekerjaan mu, tidurlah dengan pekerjaan mu. Aku sudah biasa tidur sendiri, aku sudah biasa bicara pada diri ku sendiri. Keluar!" Usir Amara.
Mau bagaimana lagi, di posisi ini Sean salah. Pria selalu pulang larut malam bahkan terkadang jarang pulang. Sekalinya pulang hanya untuk mengganti oli saja.
Mafia somplak! 🤣🤣🤪🤪😅😅
baga bgt deh menurut aku
baca chat story aku judul nya takdir cinta emma sampai episode 3 aja sampai selesai
oke semngat kak