Novel dengan bahasa yang enak dibaca, menceritakan tentang tokoh "aku" dengan kisah kisah kenangan yang kita sebut rindu.
Novel ini sangat pas bagi para remaja, tapi juga tidak membangun kejenuhan bagi mereka kaum tua.
Filosofi Rindu Gugat, silahkan untuk disimak dan jangn lupa kasih nilai tekan semua bintang dan bagikan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ki Jenggo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15 Teror Hantu Jepang
Matahari belum terbit. Orang orang sama ramai berada di jalan raya depan kost. Rupanya mereka gak bisa tidur semalam. akibat suara gemuruh kayak guntur. Kaum ibu ibu semangat benar bercerita tentang dentuman kayak guntur.
"Lha semalam kayak dari sini," tutur Ibu ibu.
"Iya, mustahil juga kalau suara mesin, " terang yang lain.
"Saya semalam hak bisa tidur. mau ngeliat juga takut."
Ibu-ibu itu kalau berkumpul melebihi konferensi Kampus suaranya. Bikin Gaduh dan membuat semakin sulit menutup mata.
Hampir setengah sebelas mereka membuyarkan diri. Hingga Pak RT repot membelikan minuman. Inti dari mereka berkumpul hanya suara misterius, seperti guntur dan tanpa ada wujudnya.
"Kalau sampai nanti malam bersuara lagi, baiknya kita yang laki laki harus mencari," tegas Pak RT pada mereka yang berkumpul di depan Kost ku.
"Pak RT, yang kita khawatirkan jangan jangan suara itu suara meriam masa Belanda yang aktif. kalau benar, nanti malam meledak bagaimana? " tanya bapak warga.
"Bukan, mari kita bubar dulu mengurus pekerjaan rumah. Nanti malam saya dan bapak bapak akan mengontrol tempat yang sekiranya mencurigakan," kata Pak RT.
Tak lama mereka bubar. Hanya tinggal beberapa ibu ibu yang masih menceritakan kejadian semalam. setelah beberapa lama mereka juga pergi meninggalkan lokasi tersebut.
*****
Belum lama matahari tenggelam di hari itu, terdengar suara dentuman. Suaranya sangat keras, hingga terdengar jelas dan mengangkasa. Suara tersebut bergemuruh kayak yang terjadi semalam.
'Gleger........ gerrrrrr, "
"ger....'
Namun bedanya, durasi waktu lama, dan selalu menimbulkan gema yang cukup lama. Dan memang kalau di perhatikan suara gema tersebut seperti berada di depan pagar pintu gerbang rumah.
"Kreket... reketek..... ket.... "
Suara pintu di buka oleh Hendrik, teman Kost ku. Hendrik duduk santai malam itu di teras rumah kost. Sambil membawa secangkir kopi aku mengikuti Hendrik di teras rumah kost.
"Suaranya sudah muncul lagi," kataku sembari meletakkan cangkir di meja yang ada di teras tersebut.
"Ia tapi pelan, " ujar Hendrik.
"Barangkali karena malam baru saja tiba, " ujarku.
"Mungkin. Kata Hendrik terus memperhatikan jalan di depan rumah kost.
"Kalau dugaanmu suar apa, Hen? " tanyaku.
"Sulit untuk menduga, " jawab Hendrik.
Aku hanya bisa mengangguk mendengar ungkapan Hendrik. Aku sendiri yang sudah lama bergulat lokasi angker juga hampir tak percaya akan hantu di buat kacau pemikiranku.
"Kalau kamu perhatikan, apa benar suara itu di depan rumah. Tadi malam kita mengontrol lokasi juga tak ada apa apa. Bahkan benda yang bergerak saja tidak nampak, " kata Hendrik sambil memandangi yang duduk di sampingnya.
Hendrik menceritakan, kejadian semacam ini kata Ibu Kost pernah terjadi di saat menjelang pernikahan Bung Karno dengan Ibu Har, dari Ponorogo sini. Ibu Kost menambahkan, kejadiannya waktu dahulu hanya semalam. dan berlangsung sekali.
"Kita tahu, kejadian ini sudah dua malam. Kemarin malam saja dentuman lebih 4 kali, " terang Hendrik.
Hendrik juga berkata karena takut terjadi apa apa, Ibu Kost di jemput cucunya untuk di bawa ke rumah anaknya yang tidak jauh dari Kota.
Aku juga menjelaskan, Pak RT tadi memerintahkan Jaga pada para warga laki laki, terkait masalah ini. Juga aku ceritakan bila, ada warga yang berfikir bom atau bentuk apa yang di bawah tanah, pada masa Perang Dunia ke dua.
"Masa demikian, " tanya Hendrik.
Aku menganggukkan kepala. Tapi yang membuat aneh, dentuman mengawali seolah di sengaja.
"Gleger.... gerrr, " suara itu kembali muncul.
"Gerrrrrrr, " kali ini lokasi asal suaranya persis seperti semalam.
Mau tidak mau, aku dan Hendrik mendekati lokasi suara tersebut, yakni di jalan raya depan rumah kost.
Bapak-bapak lingkungan lebih dari enam berjalan cepat menuju arah kami berdiri.
"Bagaimana, Mas? suara apa tadi?" tanya bapak yang tua dan berjalan paling depan.
Aku menggeleng, "Kurang tahu, Pak,? " kataku
"kemarin malam kami mencari juga tak ada apa apa, " tegas Hendrik.
"Itu yang kita bingungkan, " jawab bapak tua.
Tak lama kemudian, para bapak bapak berdatangan. Kini lebih dari sepuluh bapak bapak di lokasi itu.
"Suara ini sudah meresahkan lingkungan kita. Bagaimana cara mengatasinya," tanya yang lain pada kerumunan warga.
Belum tertawan pertanyaan tersebut, tiba tiba ada suara yang sama. Kali ini lokasinya agak jauh dari tempat kami berkerumun.
"Gleger.... Gerrrr!!!!!"
Dan suara gema yang ditimbulkan persis seperti semalam. ada suara seperti air gemericik atau air yang di rebus dan mendidih.
"Di jaga di sini, suaranya muncul di utara. seperti di sungai pembatas, " kata bapak bapak tua.
"Apa kita lihat di sana, Pak?" tanya warga lain.
"Yang dari sana pasti melihat dislokasi sana, " jawab Pak Tua.
"Pak RT sebentar lagi juga datang. Tadi Pak RT ke Luar Sepuh untuk mencari tahu suara apa," kata yang lain.
"Ngapain harus nyari tahu. Paling juga hantu Jepang latihan perang, " kata Pak Tua sambil menghisap rokoknya.
Mendengar kalimat hantu mereka saling berpandangan satu sama lain. Seolah olah mereka mencari kebenaran dari pernyataan Pak Tua yang di anggap sesepuh RT tersebut.
Aku yang semula tidak percaya akan hantu, kali ini juga harus berpikir panjang. Sebab kalau hal itu bukan hantu kenapa meneror warga.
"Apakah..... benar hantu?" tanyaku.
"Jangan takut. Hantu itu beraninya cuma neror dia hak berani berbuat selain meneror," tutur Pak Tua padaku.
Hendrik memandangku. Aku tersenyum, dia segera mengalihkan pandangan dariku.
"Di Grup Wathsapp RT, Pak RT langsung menuju sungai. Di sungai sudah berkumpul beberapa warga, " terang salah satu warga.
"Pak RT menjelaskan, kita di harap tenang. Bahkan Babinsa nanti malam akan datang berpatroli," lanjutnya.
Aku dan Hendrik segera undur diri dari kerumunan warga. Sebab bagi kami yang masih muda tersebut tidak memahami keberadaan dentuman dentuman yang di katakan sebagai Hantu Jepang sedang berlatih perang.
"Memang ada hantu jepang berlatih perang?" tanyaku pada Hendrik.
"Kurang tahu. Suaranya seperti dalam tanah kalau aku perhatikan, " ujar Hendrik.
"Jangan jangan lempengan tanah yang bergerak, " kataku.
Hendrik tak menjawab dengan pernyataanku. Aku meninggalkannya begitu saja untuk menuju kamarku.
Kulihat HP ku, banyak yang bertanya tentang keberadaan dentuman di sekitar tempat kost ku. Dan banyak yang memproduksi munculnya hantu Jepang berlatih perang.
"Hantu Jepangnya pakai topi apa tidak, Kak?" tanya Anika dalam Aplikasi Wathsapp.
Aku membalas hiraukan mereka satu persatu. dengan emosi ketawa.
Belum lama handphone aku letakkan di atas meja, muncul lagi sebuah Dentuman yang di susul dengan gema yang sangat mengerikan. Gema ini belangsung lama.
Suara itu memaksakan keluar dari kamar. Kulihat juga Hendrik membuka pintu kamarnya.
"Munculnya agak jauh. seperti berada di wilayah timur kampus," ujar Hendrik.
"Berarti ini kejadian alam, bukan hantu," terangku.
"Hantu adalah bagi mereka yang tidak memahami persepsi seperti kamu," ujar Hendrik.
Aku dan Hendrik keluar, menuju bapak bapak yang masih berkumpul di depan gerbang.
mari terus saling mendukung untuk seterusnya 😚🤭🙏
pelan pelan aku baca lagi nanti untuk mengerti dan pahami. 👍
bantu support karyaku juga yuk🐳
mari terus saling mendukung untuk kedepannya