satu wanita dengan empat pria sekaligus, memiliki wajah cantik sekaligus senyuman yang dapat memikat semua mata kaum adam yang melihat kearahnya.
kania ratu ovalia mempunyai wajah yang cukup terbilang sempurna, hingga tak ada cela sedikitpun untuk mengatakan kekurangan fisik yang gadis itu punya.
di sisi lain ke empat pria tampan dan menduduki pria-pria paling terpopuler di SMA internasional school. hidup ditengah huru hara persoalan yang sering dijumpai di sekolah umum biasanya, Garvin, Ervan, Danu, Alex , dan satu wanita yang bernama kania.
memperebutkan satu hati dari gadis biasa akan tetapi memiliki wajah sempurna. serta memiliki kepribadian yang berbeda, akan kah salah satu dari mereka dapat merebut hati kania atau malah tak ada satupun dari mereka yang dapat memenangkan hati kania.
semua tergantung seberapa besar perjuangan yang akan mereka lakukan dan berikan pada kania.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rifa Riris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
Kania duduk berselonjor di ranjang rumah sakit. sesekali gadis itu tertawa ringan mendengar cerita lucu dari Aidan. sedangkan Ayah mahes mengelupaskan buah apel dan menyuapkan apel itu pada Kania.
selama 3 hari Kania telah di rawat di rumah sakit. dan selama itu pula yang menjenguk dirinya hanyalah beberapa teman dan ke empat pria tampan nya.
"oh Iyah kak, Kira-kira kak Tasya tau nggak sih kalau kakak di rawat di rumah sakit?"
Kania terdiam.
pasalnya sejak awal Kania di rawat di rumah sakit, tak sekalipun Tasya menjenguk bahkan bertanya kabar melalu ponsel pun tak temannya itu lakukan.
"mungkin dia lagi sibuk." sahut Ayah mahes.
"sibuk apa? emang rumah sakit Kak Kania ada di antartika."
"sudah kamu jangan banyak nanya. lihat! kakakmu jadi kepikiran kan."
sontak Kania pun langsung membuyarkan lamunan dan tersenyum pada Mahes.
"nggak kok, Kinan biasa aja. cuman... apa yang di omongin Aidan ada benernya juga sih." ucap Kania.
"benerkan, apa aku bilang?"
"sudah sudah kok jadi mikir yang berat-berat. inget kata dokter kamu nggak boleh mikir yang lain dulu. fokus sama penyembuhan kamu, ngerti!" Mahes berusaha membuat Kania tak terlalu ambil pikiran.
Kania pun mengangguk paham.
******
Pulang sekolah
Danu berdiri di depan gerbang sekolah. pasalnya hari ini ia sengaja tak mengikuti les privat matematika hanya agar dapat bertemu dengan Tasya.
Tak lama gadis yang sejak tadi telah ia tunggu pun datang.
"Tasya!" panggil Danu.
bukannya berhenti dan menyapa Danu seperti biasanya. kini gadis itu malah mempercepat langkah kakinya.
merasa tertegun oleh gelagat Tasya yang tak seperti biasanya. Danu langsung berlari dan menggapai pergelangan tangan Tasya.
"Tasya! tunggu! stop." Danu berucap sembari mengambil nafas yang sudah tersengal sengal.
"kamu kenapa? ada masalah? kenapa lari lihat aku?"
kepala Tasya tertunduk dan bibirnya diam seribu bahasa.
"Tasya!" sentak Danu.
Sontak gadis itu pun langsung menghempaskan tangan Danu. "lepasin! jangan deket-deket aku lagi."
Danu yang tak tahu menahu dengan sikap Tasya yang mendadak berubah dan terkesan kasar. pria itu terdiam sesaat, tapi dengan fikiran jernih Danu pun memulai kembali obrolan nya dengan Tasya.
"sya!" "kamu kenapa? ada yang ganggu pikiran kamu? coba cerita ke aku."
"memangnya kamu siapa? ngapain aku harus cerita sama kamu. emangnya kita temenan, kamu cuma temenan sama Kania bukan sama aku. jadi stop sok dekat dan jangan sok peduli dengan aku paham!"
Tasya hendak pergi meninggalkan Danu. tapi lagi-lagi tangan pria itu menghalau kembali kepergian Tasya.
"Danu! lepasin nggak!" bentak Tasya.
Tak ada ucapan apapun yang keluar dari mulut Danu. kini matanya malah menelisik kearah mata Tasya.
"kenapa lihat aku seperti itu? lepasin aku sekarang, kalau nggak aku bakal... "
"bakal apa?" tukas Danu. "apa yang bisa dilakukan seorang Tasya? gadis ceria, polos dan nggak pernah bentak orang."
"tau apa kamu tentang aku ha?"
"kenapa kamu nggak jenguk Kania?"
"buat apa?"
"setidaknya jangan terlalu membohongi diri kamu sendiri. cerita ada apa? jangan kamu pendam sendiri."
Tasya tersenyum sinis. "buat apa aku bohong sama diri aku sendiri? baiklah! memang benar selama ini aku memang bohong, tapi bukan sama diri aku sendiri tapi sama Kania dan juga kalian orang terdekatnya."
"kalau benar seperti itu kenapa kamu menangis?"
tanya Danu.
Pria itu sudah melihat eluhan air mata yang keluar dari kelopak mata Tasya. tapi ia berusaha untuk tidak mengetahui hal itu. dengan alasan Tasya akan segera berkata jujur pada dirinya.
tapi nihil, ternyata Tasya tetap kekeh dengan pendirinya. seakan gadis itu ingin sekali percaya kalau kini dirinya telah menjadi orang jajan bagi Kania dan lainnya.
Tasya yang mendengar penuturan dari Danu bahwa dirinya telah menangis pun langsung mengusap nya dengan kasar.
"ini bukan air mata. tapi karna debu tadi yang sudah masuk ke dalam mata ku. lagian untuk apa aku menangis?"
"entahlah untuk apa kamu menangis? Kania dan orang terdekatnya nggak pantes punya temen egois dan pembohong seperti kamu." cerca Danu.
"memang nya siapa juga yang mau berteman dengan orang nggak jelas kayak kamu. teman lagi di rawat di rumah sakit, malah ngomong nggak jelas dan nglantur."
"em, bener. aku memang pembohong dan egois, jadi sekarang jangan ganggu aku dan biarkan aku pergi." ucap Tasya.
ketika kaki Tasya ingin pergi dari tempat Danu. Tiba-tiba kini suara pria yang tadinya seakan marah dan benci itu. kini mendadak lembut kembali seperti biasanya.
"bukannya itu yang pengen kamu denger dari mulut ku? kamu pasti senang merasa udah bisa buat aku percaya dengan ucapan mu yang bulshiit
itu. aku udah nganggap kamu adik aku sendiri Sya, bukan karna kamu teman Kania. tapi karna aku selalu lihat sosok adik aku dalam diri kamu."
Tasya yang membelakangi Danu pun seakan tak mengindahkan ucapan dari pria yang masih menatap ke arah dirinya. langkah kakinya tetap ia arahkan kearah mobil yang sudah menjemput dirinya.
"aku bakal ngomong ke Kania kalau kamu sedang sibuk Sya." teriak Danu.
sedangkan Tasya langsung masuk kedalam mobilnya.
Dalam mobil Tasya pun langsung mengeluarkan semua air mata yang sejak tadi terasa sangat tak mampu untuk ia keluarkan dengan bebas.
"non Tasya kenapa?" tanya sopir pribadi pada Tasya.
Tasya menggelengkan kepalanya. "bapak jangan tanya apapun, Tasya cuman pengen nangis aja."
setelah itu tangisan Tasya kembali terdengar dan kali ini di imbuhi dengan ucapan yang terdengar lirih. "aku kangen kalian, maafin aku."
Dalam mobil pak supir hanya diam dan sesekali menatap majikan mudanya menangis dengan tersedu-sedu.
di lain sisi Danu yang masih menatap kearah Tasya. bahkan kini wujud gadis itu pun sudah tak terlihat lagi. "aku yakin ada sesuatu yang udah terjadi sama kamu Sya." ucap Danu.
Bersambung.