RINDU GUGAT
Malam telah larut, dingin terpaut pada irama waktu. Angin berhembus dentingan dahan pada ranting lapuk, menyapa dalam hening.
Seperti hari kemarin, aku duduk pada sebuah batu di halaman rumah. Batu yang pernah kau bilang sebesar kerbau. Memang batu itu berada pada lokasi tersebut telah ada sebelum rumahku berdiri. Aku pun jua tak mengetahui kenapa bapak atau kakakku yang mewariskan rumah ini, tak menggempurnya.
Dan sejauh ini, aku juga tidak menemukan kesakralan terhadap batu tersebut. Kakakku, ayahku ataupun tetangga kanan kirimu juga tak pernah kutemukan pasang sesali pada area batu itu. Maka aku sampai detik ini tak mengerti kenapa batu itu tetap di depan rumah.
Coba saja, kalau batu tersebut tak ada, tentu malam akan tak mampu ku hanyati keberadaannya. Tak akan mampu mengenal tentang malam dan angin jahatnya. Tak mengerti bintang pada langit bercerita memampangkan keindahannya.
Yang pasti bagiku, batu itu akan berfungsi manakala aku merindukan hadirmu.
Malam ini tetap hening, Nik. Hening dengan kesunyiannya. Aku duduk di atas batu ini. Mataku memandang pada langit biru. Sama seperti hari-hari saat kau masih sering bersamaku. Aku berharap kau akan muncul di tepi rasa yang mengharap akan hadiri. Karena bagiku, hadirmu adalah pelepas angan angan ini.
"Rindu itu fana, " itulah yang aku keluarkan saat kau mau pergi.
Kau diam, namun aku mengerti bahwa kau ingin tahu maksud kata kataku.
"Seberapa lama membawa rindu. seberapa panjang waktu menyimpan rindu, maka ia akan sirna ketika terjadi perjumpaan. Sebab rindu hanyalah keinginan untuk bertemu, " ungkapku.
Kulihat matamu menatap padaku dengan tarikan nafas yang lega. Dan kau yakin bahwa, aku akan bisa menahan rasa ingin berjumpa saat kau berada di negeri orang.
"Kalau rindu adalah fana. tentu ada yang abadi menyertainya. Coba apa yang abadi dalam menyertai rindu? " tanyamu.
Aku tersenyum mendengar pertanyaan yang keluar dari mungil bibirmu. Bibir yang menaklukkan diriku. Bibir yang sedikit merah, mengajakku untuk tenggelam pada rasa ingin menjaga.
"Cinta, "jawabku. Cintailah yang abadi. Saat rindu tiba pada diri kita. bermula dari cinta. Cinta yang terpaut pada jiwa kita," jawabku.
Ku lihat. kau berbinar kegirangan. Tentu aku juga berharap agar kelak kau bisa mengerti bila ada rindu di hati laki-lakiku.
*****
Aku menarik nafas panjang. Saat aku membiarkan mata ini menatap langit dengan barunya. Angan dan keinginan dibawa oleh angin yang bergembira pelan.
aku berkeinginan pada malam yng sunyi ini, bisa menemukan lukisan ayu wajahnya pada bentangan lazuardi. Sehingga sedikit bisa mengurangi beban rindu yang aku alami selama ini.
Nik, perjumpaan kita sebenarnya adalah ketidak sengajaan. Waktu itu aku mengenalmu juga berangkat dari ketidak inginan. Dari yang tak sengaja dan tidak ada keinginan itulah, terjadi kebersamaan. Kebersamaan kita memang sangat begitu lama. Sehingga aku melihatnya menjadi beda. Ya, semula kuanggap dirimu biasa berubah menjadi istimewa.
Bibirmu yang mungil nampak keindahan. Terlebih lipstik yang tak begitu merah tersapu tipis menjadi simbol indahnya dirimu.
Mata yang semula kulihat biasa, bagai telaga yang selalu melambaikan padaku, untuk mengiringinya agar aku temukan lembutnya jiwamu. Pipi yang ranum, menjadi teramat indah saat kulihat ada lesung pipi.
Sebetulnya kalau aku boleh Jujur, awal kau bukan tipe idolaku. Tapi entah, rasanya aku terpaut dan enggan untuk melepaskan diri dari rasa ini.
"Kebersamaan kita memang lama," ujarmu.
Aku mengangguk ringan.
Dan aku sadar, kebersamaan yang lama ini tang membangun rasa tersebut. Rasa yang tak ingin terpisah. Karena jika ada perpisahan tentu, pada hari dan waktu setelah ini ada yang terasa kurang.
Tak aku lupa tentang rasa cinta yang kuat kuungkap padamu, kau bertanya, "kenapa kau mencintaiku? "
Aku terkejut dengan pertanyaan itu. Sebab aku takut, kau akan menolak cintaku. Aku menjawab sekenanya saja, "karena bersamamu yang aku rasa kurang menjadi genap:
"Berarti cinta bagimu penggenap? "
Aku mengangguk.
"Kok bisa? "
"Karena ganjil terletak pada sendiri," jawabku.
Ku lihat kau merenung sejenak. Lalu kau menatapmu dengan bola matamu yang indah dan jernih. Bola mata yang kuimpikan agar yang punya membersamaiku melengkapi kekuranganku agar bisa genap.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Siti Mardhiah
selamt thor. tiap bait kata membuat semkin penasaran..
2024-09-29
0
jhope's wife
aku mampir🐳
bantu support karyaku juga yuk🐳
2024-09-17
0
Evichii
Bahasanya kerennn.. 🔥
2024-09-17
0