Sebuah pulpen langganan dipinjam Faiq kini tergeletak begitu saja, pemuda yang suka menggodanya, mengusiknya dengan segala cara, ia tidak pernah kehabisan akal untuk mengerjai Vika.
Vika memandanya dengan harap si tukang pinjam pulpen itu akan kembali. Ia memelototi pulpen itu seolah memaksanya membuka mulut untuk memberitahu dimana keberadaan Faiq.
••••••••
Goresan Pena terakhir ini
Kini tinggalah kenangan
Yang pernah kita ukir bersama
Sekarang kau tak tahu dimana
Tak ada secarik balasan untukku
Akankah titik ini titik terakhir
Yang mengakhiri kisah kita?
Kisah kau dan aku
-Vika Oktober 2017
⏭PERHATIAN CERITA MURNI HASIL PEMIKIRAN AUTHOR, BILA ADA KESAMAAN TOKOH MAUPUN TEMPAT, DLL. MERUPAKAN MURNI KETIDAK SENGAJAAN⏮
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kepik Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Imajinasi
...|Jangan lupa supportnya yaa|...
...|Happy Reading|...
...••★••...
"Assalamualaikum, Eyang! Vika pulang." seru Vika saat membuka pintu rumah Eyang Sinta. Vika berjalan menuju ruang tengah, pasti Eyangnya sedang duduk disana dengan buku-buku resep.
"Waalaikumsalam, kamu habis kemana aja? Kok pulangnya terlambat?" Eyang Sinta, menutup buku ketika Vika sudah duduk dihadapannya.
"Tadi Vika ke perpustakaan kota, Eyang, aku keasyikan baca buku jadi lupa belum kasih kabar ke Eyang, maafin Vika udah buat Eyang cemas."
"Iya. Eyang maafin. Faiq-nya mana? Kamu pulang dianter Faiq kan?" ujar Eyang Sinta sambil mengusap puncak kepala Vika. "Iya, Eyang tau dari mana? Kan tadi Eyang sibuk baca buku."
"Eyang yang suruh Faiq cari kamu, abisnya kamu nggak pulang-pulang kan Eyang khawatir."
Ooo, jadi Kak Faiq nyari aku, untung aja ketemu kalo engga mungkin aku udah nginep di halte. Vika membatin, "Iya, maaf Eyang. Vika janji nggak bikin eyang khawatir lagi."
"Yaudah yuk makan dulu! Kamu pasti laper kan?" Tangan Eyang menarik lengan Vika. "Eyang tau aja kalo Vika laper." Mereka berjalan beriringan menuju meja makan, yang ternyata sudah dipenuhi oleh masakan Bu Jumi. Lidah Vika sedikit bergerak ketika hidungnya membaui aroma lezat itu.
***
"CIEEEEEE, YANG SEMALEM NGEDRAKOR BARENG VIKA!"
Baru saja Faiq melangkah ke dalam kelasnya. Rasanya dia ingin kembali ke kamar dengan seperangkat alat tidurnya ketika mendengar teriakan Aries yang sudah mirip suara terompet tahun baru . Kenapa mesti berteriak jika sudah melihat Faiq di hadapannya, memangnya Faiq punya gangguan pendengaran apa? Dan lihatlah Aries yang masih bisa memasang wajah baby face yang amit-amit ketika Faiq menatapnya tajam.
Percuma saja, mau sampai bola mata Faiq menggelinding ke gawang Persija, Aries akan tetap berlagak bodoh. Faiq hanya bisa menghembuskan nafas panjang dan kembali melangkahkan kakinya menuju bangku di sudut tergelap ruangan ini. Tidak seperti murid pintar lainnya yang mungkin akan duduk paling depan, lurus dengan papan tulis. Faiq lebih memilih duduk paling belakang, paling mepet tembok.
"Nonton drakor pala lo peang!" sinis Faiq sambil mendaratkan bokongnya ke posisi ternyaman, yang tidak lain bersandar di tembok. Dari sudut ini dia bisa melihat semua penghuni kelas memperhatikan mereka berdua.
"Bukan nonton, tapi memerankan, asyik. Berlatar belakang sore hari tepat saat hujan mengguyur bumi ini, duduklah seorang wanita di halte busway, kemudian datanglah pangeran dari negeri antah berantah menunggangi kereta besinya. Lalu pangeran tersebut turun untuk mengajak sang wanita pulang bersamanya. Wadauww."
"Tikus lo!"
"Kagak nape-nape jadi tikus, asalkan bukan tikus berdasi yang doyannya makan duit rakyat. Kapan yak, gue bisa kayak gitu? Perasaan tampang gue nggak jelek-jelak amat, kenapa cewe yang lain larinya kalo bukan ke lo ya ke Jaki. Kalo ada yang mule ngelirik gue paling seminggu dua minggu minggat, malangnya nasib gue! Kapan gelar jodi (jomblo abadi) gue dicabut?"
Faiq yang jengah dengan sikap gila sahabat satunya itu lebih memilih menenggelamkan kepalanya kedalam dekapan tangannya sendiri. "Punya sahabat kok gini amat yah?! Gue lagi curhat malah ditinggal ngorok!" ujar Aries, kemudian melangkahkan kakinya ke kantin.
"Punya sahabat kok gini-gini semua ya?! Kalo mereka curhat gue paling setia 3 M, mendengarkan, memahami, menyemangati. Lah, kalo giliran gue mereka cuek bebek." Semua orang yang dilalui Aries menatapnya aneh. Inilah salah satu dari sekian ribu keanehan yang dimiliki Aries. Disepanjang jalan dia asyik bermonolog sendiri, bahkan sudah mirip orang gila yang suka mondar-mandir di kompleks perumahan Faiq.
"Eh, itu Vika? Vika bukan sih? Kok beda yah? Samperin ah!" Aries melangkahkan kakinya mantap menuju mading sekolah tempat Vika sekarang berdiri.
"Hii, cantik! Sendirian aja nih?"
"Eh, i-iya kak!" Vika terkejut bukan main saat Aries menepuk bahunya.
"Madingnya keren, Yak? Nih liat nih, ini gambar Gatotkaca gue yang gambar!" Aries menunjuk-nunjuk gambar Gatotkaca yang sebenarnya bukan ia yang menggambarnya.
"Wah, gambaran Kakak bagus banget, Kakak ikut ekskul mading?"
"Enggak, eh maksudnya iya!" ujar Aries kikuk, ia keceplosan saat mengatakan iya. Sedangkan Vika mengerutkan keningnya, Vika menduga bahwa kakak kelasnya itu sedang berbohong, sangat ketara sekali.
"Ooo, yaudah saya ke perpus dulu, Kak! Permisi!"
"Adek kelas langka ini, nyesel dulu gue ngerjain dia pake kecap."
***
Bel pulang berbunyi. Hari ini adalah hari pertama Vika mengikuti ekstrakurikuler di sekolah barunya, tepatnya ekstrakurikuler mading. Ternyata di kelas IPA 3 tidak ada yang ikut serta dalam ekstrakurikuler mading, alhasil hanya dia seorang yang pergi ke ruang ekskul mading sendirian.
Tok Tokk Tokk...
"Permisi!" ujar Vika, ketika pintu ruangan sudah dibuka oleh seseorang.
"Loh, kok lo? Lo ngikutin gue yah?" ujar seseorang dihadapan Vika yang tidak lain adalah Faiq.
"Kakak ikut mading?"
"Ditanya malah balik tanya. Iya gue ikut mading emang kenapa?"
"Engga kenapa-kenapa, permisi Kak, saya mau masuk!"
Vika melangkah menuju guru bahasa indonesia yang merangkap menjadi pengawas ekstrakurikuler mading. "Permisi Bu!" ujar Vika sambil mencium punggung tangan Bu Arin.
"Kamu yang murid pindahan itu, Nak?"
"Iya Bu, ini data yang sudah saya isi, Bu!" ujar Vika sambil menyerahkan data yang sebelumnya Bu Pertiwi suruh untuk diisi kemudian diserahkan ke pembimbing ekstrakurikuler.
"Baik, kamu boleh memperkenalkan diri sekarang!"
"Baik Bu."
Vika berjalan menuju tengah papan tulis," Siang semua! Nama saya Vika Syafara dari kelas 10 IPA 3, senang menjadi bagian dari kalian semua!" ujarnya memperkenalkan diri.
"Salam kenal, cantik udah punya pacar belum?" ujar kakak kelas yang belum Vika ketahui namanya, semua yang mendengar menyorakinya kecuali Vika yang menahan malu dan Bu Arin yang hanya geleng-geleng kepala.
"Shutt..., diem kenapa! Gue lagi usaha nih buat melepas status jomblo." ketika kalimat itu keluar dari mulut kakak kelas itu, semua yang mendengar tertawa lepas. Kakak kelas itu bernama Andre, dengar-dengar dia belum pernah sekalipun berpacaran, entah mengapa bisa begitu padahal dia cukup tampan.
"Vika, kamu boleh duduk di bangku itu!" ujar Bu Arin, yang langsung diangguki oleh Vika, "Oke, anak-anak hari ini Ibu ingin mengadakan sebuah game puisi. Di kotak ini ada berbagai tema yang nantinya akan kalian ambil untuk membuat puisi, silahkan mulai dari depan kemudian ambil satu gulungan kertasnya!"
"Baik, Bu!" ucap seluruh anggota ekstrakurikuler mading. Semua maju satu-satu untuk mengambil gulungan kertas.
"Dek, kamu dapat tema apa?" tanya Kiran, kakak kelas yang duduk sebangku dengan Vika.
"Imajinasi, Kakak dapat tema apa?" ujar Vika.
"Gue dapat tema sendu, enaknya bikin yang kayak gimana, Yah?" tanya Kiran.
"Emm, menurut saya Kakak lebih baik bikin puisi yang mewakili rasa sedih Kakak." ujar Vika menjabarkan opininya.
"Okay thanks!" dibalas anggukan kepala oleh Vika.
Shuut Shutt...
Vika celingukan mencari asal suara itu, lalu dia dapati Faiq yang mencolek-colek bahunya.
"Saya Kak?" tanya Vika.
"Iya, gue pinjem pulpen sini!" seru Faiq, dia lupa belum memasukan pulpennya ke dalam tas, alhasil pulpen itu masih di kolong meja kelasnya.
"Ini Kak, jangan lupa nanti dikembaliin."
"Iya, bawel!" Setelah memberikan pulpen kepada Faiq, Vika melanjutkan menulis puisi.
...••★••...
...Hanya Imajinasi...
...Aroma tubuhmu bagaikan sihir...
...Membuatku tak ingin melepas dekapanmu...
...Senyumku terulas, menandakan aku bahagia...
...Semua terasa nyata...
...Bulan menjadi saksi...
...Aku memelukmu erat...
...Kau tersenyum manis padaku...
...Rasanya aku tak mau malam berlalu...
...Tapi waktu tak dapat ku perintah semauku...
...Malam berubah menjadi pagi...
...Bulan dan bintang tak bersinar lagi...
...Matahari mengintip dari balik awan...
...Aku terpaksa melepaskan dekapanmu...
...Matahari merenggut dirimu...
...Yah, memelukmu hanya sebatas khayalan...
...Yang Bersatu padu dalam imajinasi...
...Kau tak dapat kumiliki...
^^^-Vika Syafara 2017^^^
...••★••...
...*...
...*...
...*...
...TBC...
...Thanks for Reading 💙🌻...
...Jangan lupa like dan komen ya🫶...
...Luv You All💙🌻...
^^^🐞Kepik Senja^^^