NovelToon NovelToon
Diam-Diam Sayang

Diam-Diam Sayang

Status: sedang berlangsung
Genre:Berbaikan / Diam-Diam Cinta
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Nurul Widyastutik

Rivandra,, menjadi seorang penerus perusahaan besar membuatnya harus menjadi dingin pada setiap orang. tiba-tiba seorang Arsyilla mampu mengetuk hatinya. apakah Rivandra akan mampu mempertahankan sikap dinginnya atau Arsyilla bisa merubahnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurul Widyastutik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 25

Arsyilla tergesa-gesa absen dan masuk ke lift. Baru kali ini dia kesiangan. 'Untung saja aku tidak di divisi Pak Rivandra, bisa-bisa aku di omeli sepanjang hari.' batin Arsyilla lega.

Di lift hanya tinggal Arsyilla dan beberapa orang di belakangnya. Berkali-kali Arsyilla melihat ke jam tangannya. Berharap Zaen belum datang. Tepat di lantai lima, Arsyilla menunggu giliran untuk keluar. Tapi saat mau keluar lift, tangannya di tarik oleh seseorang hingga dia menabrak orang yang berada di belakangnya.

"Maaf!" seru Arsyilla sembari mencari tersangka yang menarik tangannya tadi.

Arsyilla menjadi terdiam saat di belakangnya ada Shayna, Rivandra, Dion bahkan Zaen.

"Shayna,," panggil Arsyilla lirih. "Pak Rivandra. Pak Zaen. Pak Dion." sapa Arsyilla sopan.

Shayna mencubit kedua pipi Arsyilla dengan gemas. Meskipun berkali-kali Arsyilla ingin berontak. Dilihatnya Rivandra tengah menahan tawanya.

"Sudah, Shay,, lepaskan! Sakit!" seru Arsyilla kesal.

Rivandra melihat pipi Arsyilla yang terlihat merah menjadi khawatir.

"Apa kalian akan terus bercanda seperti itu? Sudah jam berapa ini?" tegur Rivandra.

Zaen hanya tertawa. "Syilla, ini hari pertamamu masuk setelah cuti. Bisa-bisanya kamu terlambat. Apa liburanmu semenyenangkan itu sampai kamu gak bisa tidur." goda Zaen.

Rivandra tersenyum sekilas, senyum yang sudah di lihat jelas oleh Arsyilla dan Zaen.

"Bisa-bisanya gak kasi kabar ke aku kalau mau liburan. Tunggu saja hukuman dariku nanti. Pokoknya aku tunggu di mobilku saat makan siang nanti." gerutu Shayna.

"Dan sebagai hukuman dariku karena kamu sudah telat. Kamu harus mentraktirku kopi latte seperti biasa." seru Zaen senang.

Rivandra berdehem sebentar, seolah ingin mengingatkan Arsyilla tentang janjinya. Dan juga memperingatkan Zaen untuk tidak menyuruh Arsyilla membeli kopi lagi.

Pintu lift divisi Rivandra dan Shayna terbuka. Dion dan Shayna keluar lebih dulu.

"Aahh,, akhirnya kita bisa berdua, Syilla. Aku akan membuatmu kerja keras hari ini." gurau Zaen.

Rivandra semakin merasa panas mendengar sindiran Zaen untuknya.

"Ingat janjimu!" geram Rivandra pelan di telinga Arsyilla sebelum keluar dari lift. Arsyilla merinding dengan suara Rivandra yang terdengar marah. Beneran cemburu?

Zaen tertawa saat pintu lift tertutup sempurna. Menertawakan ekspresi cemburu Rivandra.

"Apa ada yang lucu?" tanya Arsyilla heran.

"Sangat lucu."

"Apa Pak Zaen menertawakan saya? Apa ada yang aneh dengan penampilanku hari ini?" tanya Arsyilla bingung.

Pintu lift terbuka, Zaen menarik lengan Arsyilla agar mendekat ke pintu lift yang terdapat kaca.

"Lihat apa yang di lakukan Shayna pada pipimu itu!" seru Zaen sembari keluar dari lift.

Arsyilla terbengong melihat bekas cubitan Shayna meninggalkan bekas merah seperti cupang di kedua pipi Arsyilla. Suara tawa Zaen masih terdengar di luar lift membuat Arsyilla tersadar dan segera keluar dari lift dan duduk di mejanya.

"Ada apa sih? Kenapa dengan wajahmu?" tanya Nadine saat melihat Arsyilla menggosok kedua pipinya.

"Biasa, Shayna. Kalau lagi tantrum." jawab Arsyilla asal sambil menunjukkan perbuatan Shayna. Tentu saja membuat Nadine tertawa.

"Apa yang harus aku lakukan dengan bekas merahnya?" tanya Arsyilla bingung.

"Jangan menggosoknya seperti itu terus. Bisa-bisa kulitmu yang melepuh." jawab Nadine diantara tawanya.

"Lalu?"

"Tutup saja dengan foundation milikku. Ini, aku rasa sewarna dengan kulitmu kok." kata Nadine sambil memberikan foundationnya.

Arsyilla mengaplikasikannya setipis mungkin di wajahnya agar warna merahnya tidak terlalu kentara.

"Arsyilla, kenapa masih disini? Kopinya mana?" tanya Zaen sembari memberikan satu berkas ke Arsyilla.

"Pak Zaen serius tentang hukuman untukku?" tanya Arsyilla tidak menyangka.

"Tentu saja. Aku gak mau di kira pilih kasih ya."

Arsyilla berdiri dengan kesal dan mengambil tasnya.

"Tunggu!"

"Ada apa lagi?"

"Kenapa jutek sekali pada bosmu?" gurau Zaen pura-pura marah.

"Maaf, Pak. Apa ada yang bisa saya bantu, Pak?" jawab Arsyilla keki.

"Begitu lebih baik."

"Lalu?"

"Tidak jadi, aku pastikan kamu tidak mau melakukannya."

Arsyilla semakin penasaran dengan sikap Zaen.

"Ada apa sih Pak?"

"Berikan berkas ini pada Pak Rivandra."

"Haahhh,, Nadine sajalah Pak." elak Arsyilla.

"Tuhh kan. Apa aku bilang." ejek Zaen.

"Bukan begitu pak...."

"Sudahlah. Aku kesana sendiri saja." gerutu Zaen kesal.

"Baiklah,, baiklah,, aku akan mengantarkannya ke Pak Rivandra." sahut Arsyilla cepat.

"Yeesss!! Thank you, Syilla."

Arsyilla menggelengkan kepalanya heran. Sangat bertentangan dengan sifat Pak Rivandra yang terlalu dingin.

****

"Shay,, apa kakakmu ada?" tanya Arsyilla sambil duduk di samping Shayna.

"Tentu saja ada. Sebentar lagi aku juga mau laporan ke kantornya. Mau barengan?"

"Boleh aku titip berkas ini untuk kakakmu?"

"Dari siapa?" tanya Shayna.

"Dari Pak Zaen."

Shayna tersenyum sekilas, 'Kak Zaen punya rencana apalagi sih untuk kerjain mereka berdua.' pikir Shayna lucu.

"Aku tinggal ya."

"Eittsss,,, ini kan antar divisi. Bisa-bisa si Rivan marah padaku. Ogah ah. Kamu saja."

"Kan, kamu adiknya."

"Kan yang disuruh Pak Zaen, kamu, Syilla."

Arsyilla berdecak kesal dan meletakkan tasnya di meja kerja Shayna agar tidak membuat Rivandra curiga.

Shayna melihat ekspresi Rivandra yang terlihat berbinar melihat kedatangan Arsyilla di kantornya. Dia segera menyusul Arsyilla masuk ke kantor Rivandra.

"Ahh,, pacarku datang. Ada apa, pacar?" tanya Rivandra senang sembari meletakkan penanya di meja.

Arsyilla menoleh ke arah pintu yang tertutup. Shayna masuk sambil membawa berkas laporannya. 'Apa Shayna mendengar apa yang di katakan Pak Rivandra tadi?'

"Kenapa masuk tanpa mengetuk pintu?" tanya Rivandra kesal.

"Kan udah di wakilin Syilla." jawab Shayna asal.

'Syukurlah, sepertinya Shayna tidak mendengarnya.' batin Arsyilla senang.

"Ini berkas dari Pak Zaen, Pak." kata Arsyilla sambil meletakkan berkas Zaen diatas meja kerja Rivandra.

"Syill, ini tas kamu. Pak Zaen barusan menelponku, beliau bilang, kopinya jangan terlalu pahit."

Spontan Arsyilla menatap Rivandra yang juga tengah menatapnya tajam.

"Terima kasih, Shay. Permisi Pak Rivandra." pamit Arsyilla cepat.

"Jangan lupa nanti makan siang sama-sama." Arsyilla hanya mengangguk mengiyakan. Sejenak melirik Rivandra yang masih menatapnya tajam lalu menggelengkan kepalanya seolah tengah memohon untuk tidak membuatnya cemburu.

"Apa kamu tidak bisa menjaga tunanganmu?!" hardik Rivandra kesal sambil menyandarkan tubuhnya dengan gelisah.

"Kenapa marah-marah sih?!" seru Shayna tidak terima.

"Keluarlah."

"Tapi aku mau menyerahkan laporanku."

"Sudah aku bilang, keluar!" seru Rivandra marah. Dia memejamkan matanya berusaha menenangkan emosinya. Shayna keluar ruangan Rivandra dengan berusaha menahan tawanya. 'Rasain! itu yang namanya cemburu, Kak Rivan.'

Rivandra keluar dari ruangannya hendak ke kantor Zaen. Tapi di lift, dia bertemu dengan Arsyilla yang terlihat pucat.

"Syilla?" panggil Rivandra cemas.

Tapi Arsyilla tidak membalas panggilan Rivandra. Tubuhnya menggigil dan tangannya gemetaran.

"Syilla,, kamu baik-baik saja?" tanya Rivandra semakin panik.

"Syilla, jawab aku !!" bentak Rivandra cemas sambil mengguncangkan tubuh Arsyilla.

Arsyilla tersadar, dia menyandarkan tubuhnya di tembok. Rivandra menekan tombol up di lantai teratas. Sambil terus mendekap Arsyilla karena panik.

Rivandra memeluk Arsyilla saat berada di balkon teratas gedung King Company.

"Maaf, Pak. Saya sudah lebih baik." kata Arsyilla sambil melepaskan pelukan Rivandra. Dan hendak melangkah pergi.

"Arsyilla Farhana, berhenti!" bentak Rivandra kesal.

"Apa harus membentak saya seperti itu Pak?" protes Arsyilla takut.

Rivandra mendudukkan Arsyilla di lantai agar lebih santai. Seperti waktu dulu, sebelum mereka liburan.

"Ada apa?" tanya Rivandra dengan nada melunak.

Arsyilla menatap Rivandra ragu. Dia hanya menunduk menyembunyikan wajahnya dari tatapan penuh selidik Rivandra.

"Apa aku harus bertanya berulang kali pada pacarku?" Rivandra menghela nafas menenangkan emosinya. "Atau, aku harus menciummu baru kamu mau cerita?"

Arsyilla menggeleng dengan cepat. "Aku lihat Lek Bagong di coffe shop depan."

Tubuh Rivandra ikut menegang mendengar nama itu. "Apa kalian sempat bertemu?"

Arsyilla menggeleng, "Aku bersembunyi."

"Baguslah. Aku akan mengurusnya biar kamu lebih tenang. Sekarang, kamu tenangin diri dulu."

"Lebih baik saya kembali ke divisi saya, Pak. Terima kasih Pak Rivandra sudah membantu saya." kata Arsyilla sambil berdiri.

"Apa kamu gak bisa sedikit peka pada perasaanku? Setidaknya, kalau kamu memang gak bisa membalas perasaanku, jangan menyiksaku dengan cemburuku."

"Saya mengerti, Pak. Karena itu, saya akan menjaga jarak dengan Pak Rivandra. Saya gak mau Pak Rivandra tersakiti dengan perasaan Pak Rivandra."

"Jangan menghindariku, Syilla. Itu lebih menakutkan daripada menghadapi pertunanganku."

"Permisi, Pak." pamit Arsyilla sambil hendak mengambil kopi latte milik Pak Zaen sebelum tangan Rivandra mengambilnya.

"Kamu sudah berjanji padaku!!" hardik Rivandra kesal.

"Maafkan saya, Pak."

"Syilla,,, Arsyilla,,, Arsyilla Farhana !!!!" seru Rivandra tapi tidak ada satupun yang membuat Arsyilla kembali.

1
budak jambi
harta tidak akn di bawa mati tuan danie..jgn egois jd ortu pikir kn perasaan ank biar kn mereka milih jln hidup mereka
Davi 04
cerita bagus
Nurul Widyastutik: terima kasih kak
total 1 replies
Sumar Tono
Luar biasa
Nurul Widyastutik: terima kasih🙏🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!