NovelToon NovelToon
Diam-Diam Sayang

Diam-Diam Sayang

Status: sedang berlangsung
Genre:Berbaikan / Diam-Diam Cinta
Popularitas:22.4k
Nilai: 5
Nama Author: Nurul Widyastutik

Rivandra,, menjadi seorang penerus perusahaan besar membuatnya harus menjadi dingin pada setiap orang. tiba-tiba seorang Arsyilla mampu mengetuk hatinya. apakah Rivandra akan mampu mempertahankan sikap dinginnya atau Arsyilla bisa merubahnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurul Widyastutik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 31

"Ini sudah waktunya makan siang. Aku akan menyuruh chef Edric untuk menyiapkan makanan." kata Valencia memecah keheningan di kamar Rivandra.

"Gak usah, Ma."

"Tidak usah, Tante."

Arsyilla dan Rivandra menjawab bersamaan. Keduanya saling memandang sekilas. Rivandra tertawa lirih, membuat Arsyilla salah tingkah dan menunduk.

"Seharian ini aku sudah melihat drama. Apa Kak Zaen juga melihatnya?" sindir Shayna sambil berusaha menahan tawa.

"Tentu saja. Membuatku jadi ingin segera menikah." goda Zaen sambil menyentil hidung Shayna.

Arsyilla tersenyum saat Shayna memukul lengan Zaen yang tiba-tiba membicarakan pernikahan.

"Ahh kalian ini, mama jadi merasa kesepian. Bisa-bisanya bermesraan di depan mama." gurau Valencia menyindir Shayna

"Ini sudah lewat jam makan siang, lebih baik saya kembali ke kantor." kata Arsyilla sambil membereskan alat makan Rivandra.

Rivandra kaget dengan perkataan Arsyilla yang tiba-tiba berpamitan. Rivandra kembali hendak menarik tangan Arsyilla. Untung saja kali ini Arsyilla lebih sigap berontak hingga bisa melepaskan tangannya dari Rivandra.

"Jangan pergi, tetaplah di sini." pinta Rivandra pelan.

"Sudah ada yang lebih berhak berada di sini. Ibu dan adik Mas Rivan. Aku bukan siapa-siapa." jawab Arsyilla pelan yang hanya terdengar oleh Rivandra.

Rivandra menelan ludahnya getir, dia hanya bisa melihat Arsyilla dengan tatapan memohon agar tetap berada di sana. Rivandra menatap Shayna dan Zaen bergantian seolah ingin mereka membantu meyakinkan Arsyilla agar tetap berada di sana. Rivandra masih ingin sedikit lebih lama meluapkan rasa rindunya.

"Apa dramanya berlanjut lagi? Sampai kapan kalian akan terus berbisik-bisik seperti itu?" goda Zaen yang di jawab anggukan dan tawa oleh Shayna.

"Memangnya kamu mau kemana, Syilla? Bosmu ada disini." gurau Shayna sambil mendekap lengan Arsyilla.

Rivandra tersenyum penuh terima kasih karena Shayna peka dengan kode mata yang Rivandra maksud.

"Pak Zaen kan bisa menemani calon tunangannya menjaga kakak kesayangannya." sindir Arsyilla sambil mencubit pipi Shayna gemas.

"Kamu pikir aku akan mengijinkannya? Kamu belum mendapatkan tanda tangan Rivandra di berkas yang kamu presentasikan tadi. Lagipula, berkas kerja divisi kita dan berkas kerja Rivandra kamu yang membawanya, tentu saja kamu yang harus memisahkannya." kata Zaen pura-pura marah.

"Pak Zaen benar-benar mau kerjain saya ya? Biar nanti saya pisahkan di kantor Pak."

"Apa itu berarti aku tangguhkan permintaanmu?"

"Pak,,,!"

Shayna menatap keduanya heran, "Permintaan apa?" tanya Shayna penasaran.

"Tanya saja temanmu ini." sindir Zaen sambil kembali duduk di kursi meja kerja Rivandra.

"Permintaan apa?" tanya Shayna penasaran.

"Kan tadi aku sudah bilang, aku akan resign dari perusahaan untuk melanjutkan studyku." jawab Arsyilla pelan sambil merapikan rambut Shayna yang sedikit berantakan. Pun takut Rivandra akan mendengarnya.

"Resign? Apa harus resign? kalau hanya untuk melanjutkan pendidikanmu, kamu cukup cuti sepertiku, Syilla." protes Shayna kesal.

Rivandra langsung menyingkirkan selimutnya dan hendak berdiri mendekat ke arah Arsyilla kalau Valencia tidak mencegahnya.

"Rivan, apa yang kamu lakukan?! Kamu masih sakit!" pekik Valencia kaget.

Arsyilla dan Shayna menoleh. Arsyilla mengalihkan tatapannya dari Rivandra yang menatapnya tajam pertanda meminta penjelasan.

"Kapan berangkat? Jadi ambil yang di Yogya?" tanya Rivandra panik.

"Yogya hanya pilihan kedua Pak."

"Lalu, dimana?"

"Di negara yang tidak bisa di kunjungi Shayna." gurau Arsyilla sembari menepuk pipi Shayna meskipun Shayna berkali-kali menyingkirkan tangan Arsyilla kesal.

"Kapan?" tanya Rivandra kesal.

Karena Arsyilla benar-benar pergi ke negara yang tidak bisa dia kunjungi.

"Beberapa hari lagi." jawab Arsyilla asal.

"Beberapa hari itu kapan?!!" hardik Rivandra marah.

"Kalian ini sebenarnya kenapa? Syilla kan mau melanjutkan study nya, apalagi ambil S2. Tentu lebih bagus ambil di luar negeri. Kalian juga lulusan luar negeri. Mama sangat mendukung keputusan Syilla." sahut Valencia heran dengan anak-anaknya.

"Mama!" seru Rivandra dan Shayna bersamaan.

"Terima kasih, Tante." ucap Arsyilla senang.

"Kalau begitu, kamu tidak boleh pergi sebelum makan siang bersama kami. Anggap saja aku yang sedang mentraktir kamu makan." usul Valencia, "oh,, tidak, Syilla. Aku bukan mereka yang suka dengan perdebatan. Keputusanku gak bisa di ganggu gugat." lanjut Valencia saat Arsyilla hendak bicara.

"Tapi,,, saya yang gak enak, Tante. Saya bahkan tidak membawakan apapun saat bertamu di rumah tante."

"Siapa bilang? Lihatlah, kamu membuat rumahku yang selalu sepi menjadi seramai ini karena perdebatan kalian. Tunggu sebentar ya, aku akan bilang ke chef Edric untuk menyiapkan makan siangnya." pamit Valencia senang.

"Biar saya bantu, Tante." ujar Arsyilla.

Tapi langkahnya terhalangi Rivandra yang berdiri di depannya dengan membelakangi Valencia.

"Apa kamu gak dengar apa yang dibilang mamaku? Ada chef Edric yang membantunya." geram Rivandra kesal.

"Kamu disini saja, Syilla. Sepertinya, kalian masih ingin memperdebatkan sesuatu." gurau Valencia sambil keluar dari kamar Rivandra. Sejenak mengirim pesan pada chef Edric untuk menyiapkan makan siang.

Tidak benar-benar keluar, tapi hanya bersembunyi di balik pintu kamar Rivandra. Valencia merasa ada yang sedang mereka sembunyikan. Siapa Arsyilla? Kenapa anak-anaknya bahkan sampai harus berdebat hanya karena dia ingin resign?

Arsyilla menelan ludahnya getir, benar-benar takut dengan sorot mata tajam Rivandra saat ini. Arsyilla memeluk berkas-berkasnya dengan erat dan hanya menunduk. Sesekali melihat Shayna yang berdiri sambil tangan bersedekap seolah tengah menunggu penjelasan Arsyilla.

"Kenapa mendadak?" tanya Rivandra tegas..

"A-apanya Pak?" jawab Arsyilla keki.

"Bukannya kamu bilang akhir tahun ini?"

"Sebaiknya Pak Rivandra istirahat. Biar cepat sembuh, Pak. Atau kalau tidak, bisakah menanda tangani berkas presentasi saya tadi Pak?" kata Arsyilla mengalihkan pembicaraan.

Rivandra merebut berkas yang ada di dekapan Arsyilla dan membuangnya di ujung kamarnya. Membuat Shayna, Zaen dan Arsyilla tersentak kaget. Bahkan Valencia yang tengah mengintipnya di balik pintu.

"Tidak bisakah kamu peka dengan perasaanku? Kenapa selalu berpura-pura dan selalu menghindar?!" seru Rivandra sembari semakin mendekat ke arah Arsyilla yang tentu saja makin mundur karena takut.

"Berpura-pura bagaimana, Pak. Maksudnya apa?" tanya Arsyilla gemetar.

"Apa kamu baru akan percaya kalau aku memperjelasnya di depan mereka?!" hardik Rivandra yang membuat Arsyilla menggeleng dengan cepat.

"Apa karena pertunanganku kemarin?"

"Tidak, Pak."

"Kalau begitu, tunda sampai aku menikah."

'Enak saja, kamu pikir hanya hatimu yang sakit? Aku juga sama tersiksanya dengan kamu, Mas. Egois sekali kamu malah menyuruhku melihatmu menikah.' batin Arsyilla marah.

"Maaf, saya tidak bisa, Pak." jawab Arsyilla.

"Aku harus bagaimana agar kamu percaya kalau aku mencintaimu, Syilla! Kamu tahu pertunangan ini bukan keinginanku. Ini keinginan orang tuaku."

Shayna dan Valencia menutup mulut mereka kaget, tidak menyangka Rivandra benar-benar mencintai Arsyilla.

"Apa sih ini Pak. Ini tidak ada hubungannya dengan saya."

"Aku tahu aku pengecut karena gak bisa memperjuangkan kamu, mempertahankan cintaku."

"Pak, sudah cukup. Hentikan! Pak Rivandra sudah bertunangan, setidaknya hargai tunangan Pak Rivandra apalagi orang tua Pak Rivandra. Mereka lebih tahu apa yang terbaik bagi Pak Rivandra."

"Kalau gitu tunda sampai aku menikah!"

"Maaf, saya gak bisa. Permisi." jawab Arsyilla lalu beranjak menuju berkas-berkasnya yang berserakan di kamar Arsyilla.

Tapi, Rivandra kembali menarik pergelangan tangan Arsyilla.

"Kenapa kamu gak bisa mengerti aku, Syilla?! Aku lebih takut tidak bisa melihatmu daripada harus menghadapi pernikahanku!!! Mengertilah!!" hardik Rivandra, benar-benar marah. "Harusnya malam itu aku membawamu pergi dari sini!!"

"Pak!" seru Arsyilla agar Rivandra sadar dengan apa yang di bicarakannya. Apalagi ada Shayna yang tampak shock dengan kejujuran Rivandra.

"Tolong lepaskan tangan saya." kata Arsyilla dengan nada melunak.

"Sampai kamu berjanji akan menunda keberangkatanmu!!" bentak Rivandra.

1
Nurul Widyastutik
sepertinya marah sekali degan mereka 😁🙏🙏
budak jambi
bagus itu lebih baik untk danie sm mona kl perlu kubur jadi satu peti
budak jambi
ayo valen gerk cept jgnsampe daniel ambl smua harta km.biar miskin tu bajungan
Morani Banjarnahor
lanjut thor...
Nurul Widyastutik
Luar biasa
budak jambi
semoga ortu kalian sadr telh hancur kn hidup ank ny...dan sadr bahwa ank lebh berarti dr pada harta
Fitriani NB
sedih bacanya
budak jambi
kalian tu bukan anak ny tapi alat yg di guna kn untuk menambh harta yg banyk buat mereka
Nurul Widyastutik: sbaar,, sabar,,, 😁
total 1 replies
budak jambi
buat apa memuji kl dak jd menantu hany buat ank tersakiti saja...makn tu harta dan bawa tu harta sampe ke liang kubur kalian
budak jambi
ortu egois smg menyesal merk yg sdh hancur kn hidup ank hanya demi harta
budak jambi
harta tidak akn di bawa mati tuan danie..jgn egois jd ortu pikir kn perasaan ank biar kn mereka milih jln hidup mereka
Davi 04
cerita bagus
Nurul Widyastutik: terima kasih kak
total 1 replies
Sumar Tono
Luar biasa
Nurul Widyastutik: terima kasih🙏🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!