NovelToon NovelToon
The Rise Of The World Ruler

The Rise Of The World Ruler

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Kelahiran kembali menjadi kuat
Popularitas:11.5k
Nilai: 5
Nama Author: Sri Wulandari

Ada sebuah legenda yang mengatakan jika penguasa dunia akan bangkit kembali. Saat fenomena aneh membentang memenuhi langit. Dan naga abadi terbangun dari tidur panjangnya. Dia pasti kembali dari tempat persembunyiannya setelah ratusan ribu tahun meninggalkan dunia.

***

Ratusan ribu tahun berlalu begitu saja. Legenda yang telah menjadi sebuah cerita dongeng perlahan menjadi kenyataan. Hingga, bayi laki-laki kecil di temukan tanpa busana terbuang di bawah pohon yang telah membeku di ujung Utara. Yang selalu di sebut tempat terdingin di dunia. Seorang pemburu bersama anaknya yang masih berusia sepuluh tahun, menemukan bayi kecil itu kemudian membawanya pulang. Mereka memberinya nama Lie Daoming. Dan menjadikannya anak angkat. Selama sepuluh tahun, kehidupan mereka sangat tenang dan damai. Hingga pembantaian dan penculikan membuat Lie Daoming harus kehilangan keluarganya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hutan bagian Timur negara Tuxuan

"Yang mulia, ada pesan dari ujung Utara."

Suara kepala pelayan istana terdengar dari luar pintu kamar Raja.

Wangi kayu gaharu menyebar di ruangan kamar. Dengan cahaya remang-remang dari lilin yang ada di ujung ruangan. Menambah keintiman yang menggairahkan. Raja bangkit perlahan dari tempat tidurnya. Namun dia di hentikan rangkulan lembut dari selir kedua yang masih tidak ingin di tinggalkan sendirian.

"Yang mulia, biarkan dia menunggu," suara selir kedua terdengar manja dan menggoda. Tangannya cukup nakal meraba dada bidang yang menyembul bebas tanpa busana. Wanita itu terlihat sangat cantik dalam lampu temaram saat mengenakan kain tipis sebagai penutup sebagian tubuhnya. "Jika yang mulia pergi saat kita baru bersama beberapa jam saja. Saudari perempuan yang lainnya pasti akan mengejek ku."

Raja Feng Qiao menatap wajah selir kedua. Dia mencium bibir lembut yang sangat memikat. Kecupan demi kecupan terasa sangat menggairahkan. Hanya sebentar saja, Raja langsung menghentikannya. "Tidak akan ada yang berani menggejak wanita ku," mengecup kening selir kedua lalu bangkit perlahan, dengan lembut dia menarik tangan selir kedua yang masih melekat kuat pada pinggangnya. "Aku akan segera kembali," ujarnya mengambil jubah untuk menutupi tubuh tegapnya. Raja pergi setelah perpisahan manis yang ia lakukan.

Wanita itu hanya bisa merebahkan tubuhnya di ranjang tempat tidur. "Aku tahu kamu tidak akan kembali lagi," memejamkan kedua matanya.

Kepala pelayan langsung memberikan surat yang baru saja datang dari ujung Utara kepada Raja Feng Qiao. Setelah raja melihat tulisan yang ada di kertas. Dia bergegas pergi menuju ruangan kerjanya. Suasana di ruangan kerja terasa hampir sama seperti ruangan kamar. Hanya saja terdapat rak-rak dokumen memenuhi ujung ruangan tertata dengan sangat rapi.

Raja menuliskan dua lembar surat dengan setempel resmi negara. "Kirimkan surat balasan ini," ujar raja dengan cukup malas. "Hanya menangkap burung kecil. Tapi masih saja memerlukan usaha lebih. Sudah waktunya mengganti pemburu," merebahkan dirinya di kursi panjang yang ia duduki. "Katakan kepada selir kedua jika aku masih memiliki banyak urusan resmi yang harus di kerjakan," raja memejamkan kedua matanya. Lalu mengibaskan lembut tangan kanannya. Untuk memberikan isyarat kepada kepala pelayan agar segera melaksanakan perintah yang ia berikan.

"Baik."

Kepala pelayan langsung pergi meninggalkan ruangan kerja raja dengan membawa dua surat resmi.

................

Di bagian Timur negara Tuxuan, Daoming bersama dengan ayah keduanya dan adiknya. Masih meneruskan perjalanan melewati hutan untuk bisa sampai di kota Zailan atau kota kebebasan. Kota yang sangat terkenal dengan tempat tanpa peraturan. Hanya di kota itu mereka akan bisa bersembunyi dengan sangat baik. Dan memulai kehidupan yang mereka inginkan. Namun perjalanan untuk bisa sampai di kota Zailan sangat berbahaya. Kota yang berada di tengah lembah dengan pegunungan menutup jalur utama. Bisa di katakan, setelah masuk di kota Zailan tidak akan ada orang yang keluar. Bukan karena tidak bisa, tapi mereka tidak ingin keluar dari kota Zailan.

Perjalanan kali ini masih membutuhkan waktu dua hari lagi agar bisa sampai di lembah yang di maksudkan. Hanya dengan melalui hutan siluman perjalanan mereka akan lebih dekat dan aman. Meskipun bahaya sedang mengintai mereka dimana-mana.

"Ayah kedua," memberikan daging ayam hutan yang sudah di bakar, sisa dari makan siang mereka.

Tuan Hu membelah ayam bakar menjadi beberapa bagian. Hingga terbagi rata. Dia memberikan potongan cukup besar kepada Daoming dan Yang Rui. Dan Tuan Hu hanya mendapatkan potongan kecil. Daoming ingin membagi bagian miliknya namun ayah keduanya tidak ingin menerima.

Setelah makan mereka kembali melanjutkan perjalanan menembus hutan yang semakin lebat dan lembab. Suara angin semakin tidak terdengar, di ganti dengan suara hewan malam yang terus bersautan secara bergantian. Daoming dan ayah keduanya duduk di bagian depan kereta. Sedangkan Yang Rui ada di dalam kereta namun duduk di dekat ayahnya dan kakaknya.

"Daoming bagiamana keadaan mu saat ini? Kekuatan yang ada di dalam tubuh mu masih belum setabil. Jika seperti ini terus, kekuatan itu hanya akan menjadi bumerang untuk diri mu," kata tuan Hu menatap anak pertamanya yang ada di sebelahnya.

Daoming diam untuk beberapa saat lalu menjawab, "Ayah kedua, aku sudah merasa enakan. Tapi di dalam tubuh ku seperti ada semacam kekuatan yang terus berusaha untuk mendobrak keluar. Aku sendiri masih tidak mengerti mengapa ini bisa terjadi," ujarnya yang masih berusaha untuk menyimpan rahasianya. Dalam hal ini tidak akan ada yang percaya jika kali ini adalah kehidupan keduanya.

"Meskipun ayah kedua tidak tahu mengapa kamu bisa memiliki kekuatan hebat seperti itu, yang tersimpan di dalam diri mu. Namun ayah akan mengusahakan untuk menekan sementara kekuatan itu. Agar hal buruk tidak terjadi pada diri mu," sedikit menghentakkan pelana kuda yang ia pegang untuk menambah kecepatan.

"Baik," ujarnya dengan menekan simpul di hatinya. "Ayah kedua," melihat kesegala arah saat dia merasakan aura siluman semakin mendekat. Daoming menatap setiap ranting pohon yang ia lewati. Di setiap celah pohon terlihat beberapa mata sedang mengintai dari kejauhan.

"Biarkan. Kita akan melawan jika mereka menyerang," kata tuan Hu dengan tenang. Perlahan dia arahkan tangan kanannya kearah tanah. Dalam sekali hentakan,

Demm...

Kekuatan keluar dari telapak tangannya. Menghantam tanah dengan cukup kuat. Bahkan menghasilkan cekungan dalam. Beberapa mata yang memperhatikan dari kejauhan mulai mundur perlahan dan bersembunyi diantara rimbunnya pepohonan.

Daoming melihat hal itu cukup terkejut mengetahui jika ayah keduanya bisa memiliki kekuatan yang cukup kuat. Bahkan bisa membuat semua siluman itu takut sebelum menyerang. Dia hanya melirik sebentar lalu melihat kearah depan kembali.

Jalanan semakin kecil dan sulit untuk di lalui jika menggunakan kereta. Itu karena mereka melalui jalur lain yang lebih tersembunyi dan hanya sedikit orang yang mengetahuinya. Dengan terpaksa kereta harus di tinggal dan mereka melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Kuda yang ia miliki hanya bisa di tarik bersama dengan barang bawaan yang ada di atas punggung kuda.

Yang Rui tiba-tiba berhenti melanjutkan langkahnya, "Ayah aku lelah," menekan kedua kakinya.

"Ayah akan menggendong mu," ujar taun Hu yang langsung menggendong Yang Rui di punggungnya. Dalam sekejap anak itu langsung tertidur pulas.

Setelah beberapa saat melanjutkan langkah mereka. Semak belukar yang berada di sebelah kiri bergerak dengan sangat kencang dari kejauhan lalu mendekat dalam sekejap.

"Awas," teriak tuan Hu yang langsung menarik Daoming untuk menghindar dari serangan siluman. Tuan Hu menatap tajam kearah siluman yang sudah ada di salah satu pohon. "Apa kamu ingin mati?"

Siluman itu berwujud manusia dengan telinga panjang dan gigi runcing. Tatapannya merah menyala, cakar tajam yang ia miliki menancap kuat di batang pohon. "Kamu berikan anak yang ada di gendongan mu itu. Aku tidak akan menghalangi jalan lagi. Satu nyawa cukup untuk menembus dua nyawa," seringaian menakutkan terlihat di wajahnya.

"Huh," mendengus. Salah satu ujung bibirnya menungging membuat ekspresi meremehkan. Hal ini yang membuat para siluman menjadi murka. "Apa kamu pikir bisa menyentuh mereka?" sebuah pedang keluar tanpa aba-aba dengan kilatan tajam menembus kegelapan. "Jika kamu mengenal pedang ini. Seharusnya kamu tahu siapa aku?" tuan Hu menatap dengan tajam.

Siluman itu mencari ingatan yang tersimpan, "Pedang embun beku, kamu Hu Quang. Pendekar bayangan raja terdahulu," kedua bola matanya bergerak tidak beraturan. Rasa takut mulai mengikat kuat dirinya. Namun siluman itu masih tidak peduli, "Sekali pun kamu pemilik pedang itu. Tetap saja aku tidak akan membiarkan kamu membawa pergi mangsa ku."

"Daoming tolong gendong sebentar adik mu," kata tuan Hu menyerahkan Yang Rui yang masih tidur lelap kepada anak pertamanya.

"Baik. Ayah kedua hati-hati."

"Tenang saja. Ayah masih bisa mengatasinya," ujar tuan Hu menenangkan anaknya yang terlihat khawatir. Setelah menyunggingkan senyumannya, pria itu langsung berlari mengarahkan pedang di tangannya dengan cepat menuju kearah siluman yang mulai mengeluarkan kekuatannya. Namun siluman itu berhasil menghindar.

Tiiiiinggggg...

Sreeenggggg...

Kuku-kuku runcing itu menghasilkan suara gesekan yang cukup kuat saat bersentuhan dengan pedang embun beku yang ada di tangan tuan Hu. Tuan Hu terus menyerang hingga siluman terpukul mundur menghantam pepohonan.

Brururuu...

Darah segar keluar dari tenggorokan siluman yang sudah terbaring di tanah dengan menekan kuat dadanya. "Dengan kekuatan yang kamu miliki, seharusnya kamu bisa membunuh ku dalam satu pukulan. Tapi kamu sengaja mengulur waktu. Kamu meremehkan ku?" menatap marah kearah pria yang ada di hadapannya.

"Aku tidak ingin membunuh mu di hadapan anak-anak ku. Dan aku mengukur waktu hanya ingin anak pertama ku bisa melihat dan mempelajari beberapa jurus pedang yang aku miliki," tuan Hu menatap dingin kearah siluman yang mulai menekan amarahnya. "Pergi atau mati? Kamu bisa memilihnya sendiri."

Siluman itu pergi dengan ketakutan. Meskipun marah dia tetap tidak bisa melampiaskannya.

Dalam hitungan detik, pedang menghilang dari genggaman tangan taun Hu. Dia mendekat kearah anak-anaknya. "Berikan adik mu pada ku. Kita harus segera melanjutkan perjalanan sebelum beberapa siluman nekad datang lagi," ujarnya yang langsung menggambil Yang Rui dari gendongan Daoming.

"Ayah kedua," menahan kata-katanya.

"Aku akan menceritakan hal ini nanti saat kita sudah ada di tempat yang aman," kata tuan Hu yang langsung mengajak anaknya untuk berjalan lebih cepat. Perjalanan mereka masih membutuhkan waktu cukup lama.

1
Ismaeni
ceritanya cukup bagus ,menarik diikuti,bahasanya enak dan tidak kaku...semangat thor
Dewi Sartika
bagus banget
Time traveler
Nyimakk thorr
umar aryo
Luar biasa
Maz Tama
sekte iblis
Maz Tama
semangat thor
Maz Tama
seru alur cerita nya
Maz Tama
lanjut thor
Maz Tama
sedih Thor...cepat jadi kuat daoming
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!