Demi bakti ku kepada Ayah aku bersedia memenuhi keinginannya untuk menikah dengan lelaki pilihan Ayah ia juga alah satu orang kepercayaan Ayah, namun kini ia membawa mawar lain masuk kedalam rumah tangga kami.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EVI NOR HASANAH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Dua Puluh Tujuh
Flash back off....
"Bantu aku menyelesaikan semuanya Alfa" ucap Ambar menatap ke arah adiknya itu.
"Baik apa yang harus aku lakukan untuk mu?"
"Masukkan gugatan perceraian ku ke pengadilan dan sertakan vidio yang sudah kamu ambil sebagai bukti, aku hanya ingin perceraian ku berjalan dengan lancar tanpa ada halangan"
"Setelah itu apa yang akan kamu lakukan kak? Lelaki itu masih terus mencari mu, bahkan ia tak segan menyewa jala*ng untuk menghancurkan rumah tangga mu. Dia gi la kak terlalu besar obsesinya pada seorang Ambar" ucap Alfa sembari melirik kakaknya itu.
Ambar yang di lirik oleh adik nya itu hanya diam dan tersenyum tipis.
*****
Alfa dan Ambar sedan berada di cafe menunggu klien, Ambar memberanikan diri memegang perusahaan AAM Corp tentu ia meminta Alfa yang menjadi asistennya.
Setelah kerja samanya dengan klien Ambar mengantar klien tersebut keluar dari cafe yang menjadi tempat mereka bertemu, tanpa Ambar sadari sepasang mata telah memperhatikan nya.
Ambar kembali ke dalam cafe tersebut dan tak lama ia keluar bersama dengan Alfa di sampingnya, mereka mendiskusikan apa saja yang akan menjadi referensi untuk klien mereka selanjutnya.
"Oh... Kami di sini? Selama ini kamu tinggal di mana? Dan siapa dia?" cecar Seno.
Yang memperhatikan Ambar sedari tadi ia lah Seno, ia sedang makan siang bersama Clarissa namun sekarang Clarissa ia suruh pulang dengan menggunakan taxi online.
Ambar dan Alfa saling tatap lalu mereka berdua kompak mengangguk, Alfa meninggalkan Ambar berdua dengan Seno walau bagaimana pun Seno dan Ambar masih sah sebagai pasangan suami istri.
Ambar mendudukkan bokongnya di kursi terdekat dari jangkauannya, di susul oleh Seno yang juga mendudukkan bokongnya di hadapan Ambar.
Seno menelisik penampilan Ambar yang tampak berbeda sudah hampir dua minggu Ambar tidak pulang ke rumah dan juga tidak memberi tahu Seno.
Ambar terlihat lebih fresh dan cantik apalagi menggunakan kemeja dan celana kain hitam.
Kamar miliknya pun di kunci rapat, ini di ketahui oleh Seno karena ia ingin melihat apa yang di lakukan Ambar sehingga ia tidak turun untuk makan malam.
Bik inah dan Mbak Asih beserta suami mereka pun tak ada yang mau membuka mulut, mereka akan selalu bilang jika Ambar sama sekali tidak memberi tahu mereka kemana Ambar pergi.
Seno tau ini hanya akal-akalan Ambar saja agar ia bisa bebas pergi tanpa sepengetahuan Seno.
"Siapa lelaki tadi?"
"Boss di tempat kerja aku" jawab Ambar sekenanya.
Seno mengerutkan kening mendengar jawaban istrinya.
"Kenapa kamu kerja? Dan tidak izin dengan ku?"
"Aku hanya ingin belajar mas apakah itu salah?"
Seno akui memang Ambar pernah meminta izin kalau ia akan belajar memegang perusahaan dan mungkin saat ini adalah saat yang Ambar tunggu-tunggu, ia pun sudah mengizinkan Ambar jika memang Ambar mau belajar.
"Kenapa nggak di perusahaan kamu sendiri sayang? Kenapa harus perusahaan milik orang lain?"
"Hanya ingin melatih tanggung jawab dan kedisiplinan mas, serta menghormati orang lain dengan tidak menggabungkan pribadi dengan pekerjaan" ucap Ambar santai.
Seno sedikit tersinggung dengan ucapan istrinya pasal ia sudah beberapa bulan ini masuk kerja seenaknya dan membawa Clarissa yang notabenenya bukan siapa-siapa, sedang Ambar sang pemilik perusahaan saja jarang ke perusahaan miliknya jika tidak untuk mengantar makan siang suaminya.
Seno menggaruk tengkuknya menghilangkan rasa gugup.
"Pulang ya sayang" ucap Seno.
"Iya mas tapi nggak sekarang yaa, aku masih perlu belajar lagi mengenai perusahaan walau aku hanya bekerja di perusahaan orang lain dan lagi aku tidak mau menggangu pengantin baru" ucap Ambar.
Iya pengantin baru sudah seminggu Seno menikahi Clarissa secara sirih di masjid terdekat di kontrakan Clarissa dahulu, dengan di bantu oleh pengurus masjid dan juga ustadz di sana.
Ustadz di sana juga sudah menanyakan mengapa mereka memilih ijab sirih dari pada ijab sah? Jawaban Seno adalah ia hanya tidak ingin berbuat dosa jadi ia menikah sirih dahulu.
Seno terkejut namun seketika ia menormalkan kembali ekspresi wajahnya, ia pun bertanya-tanya dari mana Ambar tahu? Apakah Clarissa yang memberitahunya tapi tidak mungkin karena kedua istrinya itu tidak akur.
"Maafkan aku Ambar aku terpaksa menikahinya secara diam-diam karena perut Clarissa semakin lama semakin membesar aku hanya takut jika Clarissa dapat omongan yang tidak-tidak"
"Mas pernah ikut Clarissa periksa ke bidan?"
Seno menggelengkan kepalanya selama ini ia tidak pernah ikut jika Clarissa memeriksakan kandungannya yang ia tahu hanyalah kandungannya baik-baik saja.
"Coba lain kali mas ikut jika memeriksakan kandungan Clarissa toh itukan anak mas juga, emangnya mas nggak mau lihat sendiri keadaan anak mas di dalam sana?" ucap Ambar mencemooh.
"Sudah ya mas sudah waktunya aku kembali ke kantor aku duluan" ucap Ambar meninggalkan Seno yang masih terdiam.
Sebenarnya Seno sendiri merasa heran mengapa kandungan Clarissa sudah seperti tujuh bulan padahal baru sekitar tiga bulan ia menyentuh Clarissa.
Setelah sadar dari lamunan nya Seno celingak celinguk ia mencari sosok yang sedang berbicara dengannya tadi namun seperti nya ia sudah di tinggalkan sejak lama, ia pun pergi meninggalkan cafe tersebut.
****
Alfa mengendarai roda empat nya disampingnya sudah ada Ambar, ia di minta Ambar mengantarkannya pulang saja mood nya hilang seketika setelah ia bertemu dengan lelaki yang akan menjadi mantan suaminya.
Gugatannya sudah di proses dan tiga minggu lagi akan di adakan sidang, sesuai apa yang diinginkan Ambar ia ingin segera menyelesaikan semuanya.
Alfa pun tak lupa memakai jasa pengacara untuk membantu perceraian kakak sekaligus atasannya itu.
Walau pun tidak menggunakan jasa pengacara Ambar juga pasti akan menang karena ia memiliki bukti yang konkrit tentang perselingkuhan Seno.
Undangan pun sudah di antar ke kediaman Ambar yang kini di tinggali oleh Seno dan Clarissa.
Namun yang menerima surat dari pengadilan ialah Clarissa ia sangat senang dengan datangnya surat tersebut, ia pun menyembunyikan surat tersebut agar suaminya tidak datang ke pengadilan dan malah akan mempercepat perceraian mereka.
Tapi ia tidak tahu jika aksinya sudah di abadikan oleh seseorang Bik Inah ya dia adalah mata-mata milik Ambar yang akan selalu mengabari Ambar tentang apapun yang terjadi di dalam rumah itu.
Selama Ambar tidak ada jatah uang belanja di rumah pun di korup oleh Clarissa, seperti yang sudah-sudah Ambar akan memberikan jatah uang belanja di dalam amplop dan akan diberikan pada Bik Inah keesokkan harinya.
Namun setelah Ambar tidak di rumah jatah tersebut di potong setengah oleh Clarissa dan Bik Inah pun mendapat ancaman dari Clarissa.
Tiga minggu berlalu persidangan di mulai jam sembilan, Ambar bersama Alfa dan Mona yang menemani.
Namun dari kubu Seno tidak ada seorang pun yang datang Ambar sudah mendapat kabar dari Bik Inah kalau surat dari pengadilan sudah sampai namun Clarissa menyembunyikannya.
Entah apa lagi niatan wanita itu tapi demi kelancaran perceraian Ambar diam saja.
Hingga akhirnya di persidangan ke dua pun Seno tak datang Hakim pun telah mengetuk palunya dan sah Ambar menjadi janda.
Mona dan Ambar berpelukan akhirnya yang mereka harapkan pun sudah terjadi, Alfa hanya tersenyum memandang kedua wanita yang ia sayangi tengah berpelukan.
Mereka memutuskan untuk berbelanja di mall untuk makan siang dan menyegarkan pandangan mereka.
"Mas itu Ambar bukan ya? Tapi sama siapa?"
"Iya ayo kita kesana aku juga sudah lama tak melihat nya dan tak tau kabarnya"
Naya dan Rendi melangkahkan kaki mereka mendekati meja tempat di mana Ambar, Mona dan Alfa sedang menikmati hidangan mereka.
"Kak"
Ambar yang mendengar suara yang familiar pun menoleh kebelakang, tempat yang di duduki Ambar membelakangi orang yang berlalu lalang.
Ambar pun tersenyum dan segera bangkit di ikuti oleh Mona dan Alfa.
"Rendi Naya" ucap Ambar sembari memeluk tubuh Naya.
"Oh ya kenalin ini Alfa dan Mona. Mona Alfa ini Rendi dan Naya" ucap Ambar memperkenalkan ke empatnya.
Mereka memutuskan makan bersama di satu meja, jadilah dua meja yabg di jadikan satu oleh kelima orang tersebut.
Sedang asik-asiknya makan mereka di kejutkan oleh suara yang tidak asing di telinga Ambar, Naya dan Rendi ke lima orang tersebut menoleh ke arah suara.
Dan benar saja Seno dan Clarissa yang datang Rendi dan Naya menatap jengah pada pasangan tersebut sedangkan Alfa dan Mona hanya diam saja, bukan mereka tak tahu namun mereka memilih diam karena Seno sendiri tidak berbuat keributan.
"Kalian berkumpul di sini? Mengapa tidak mengajak ku" ucap Seno yang tangannya masih di gelendoti mahluk astral cicak.
"Mas kita nggak sengaja ketemu jadi kami memutuskan untuk makan bersama, jika mas mau kita bisa makan bersama" ucap Ambar berusaha berbaik hati.
Seno yang semula ingin mengambil kursi untuk duduk pun tidak jadi karena lengan nya di tarik oleh Clarissa.
"Mas katanya mau temani aku belanja kenapa malah mau makan dan gabung dengan mereka" ucap Clarissa manja.
"Oh ya maaf ya Ambar dan semua aku lupa jika akan menemani Clarissa belanja baju bayi"
Seno dan Clarissa pun meninggalkan meja ke lima orang tersebut.