GAVIN adalah pria dewasa yang usianya sudah menginjak kepala tiga. Orang tuanya sudah mendesak untuk segera menikah,terutama
mama nya.
Tapi Gavin menolaknya mentah-mentah. Bahkan mama nya sempat menjadwalkan kencan buta untuk putra tunggal nya itu dengan beberapa anak perempuan dari teman nya,dan yang Gavin lakukan hanya diam saja ,tak menghiraukan Mama nya yang terus berteriak meminta menantu dan cucu.
Hingga suatu hari, Gavin pergi kesalah satu kafe yang sering dikunjungi oleh para anak muda. Disana ia bertemu dengan seorang gadis yang tertawa bersama teman-teman nya. Gavin terpukau oleh gadis itu.
Tanpa tau siapa gadis yang ia temui dikafe itu, Gavin meminta kepada kedua orang tuanya untuk melamar gadis tersebut, tidak peduli jika usia mereka yang terpaut jauh, karena ia sudah mengklaim gadis itu sebagai istri nya nanti.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marta Safnita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2.
Pukul 14:00 WIB. Bel pulang SMA ALZERO berbunyi, siswa-siswi yang mendengar itu langsung bersorak gembira, SMA hal nya dengan kelas Redyna.
Bagaimana tidak, jika guru yang mengajar dikelas mereka adalah Pak Mardi, guru yang menjelaskan mata pelajaran nya seperti sedang membaca kan dongeng untuk anak-anak agar cepat tidur.
"Ok pak," Balas serempak murid XII- IPS2. Kemudian Pak Mardi meninggalkan kelas, disusul dengan murid-murid di kelas itu, satu persatu pun mulai meninggalkan kelas.
"Dyna,Lo pulang sama siapa?" Tanya Dinda.
"Sama Gue aja,Na,yuk." Tiba-tiba suara laki-laki terdengar mengajak Redyna untuk pulang bersama nya.
Menolehkan kepala kebelakang, Redyna mendapati langit ketua kelas yang tengah tersenyum kepada nya.
"Makasih deh Lang, Gue pulangnya dijemput Abang gue. Maaf ya,"tolak Redyna halus.
Karena memang arah rumahnya dan rumah langit berlawanan.
Langit mengangguk pelan dengan santai."ok" kalau begitu gue duluan,ya.
Semisal nya Lo belum dijemput juga, telfon gue aja Na." Katanya.
Sip,dah, balas Redyna dengan mengacungkan kedua jempol nya,dan setelah itu Langit beranjak keluar kelas.
"Jadi?" Tanya Dinda ulang
"Nggak tahu ini, gue baru mau chat Bang Raga." Jawab Redyna.
Redyna merogoh tasnya untuk mencari ponsel dan mengirimkan pesan, Redyna sebenarnya ragu, kalau-kalau Abang nya itu menolak untuk menjemput nya. Tapi apa salahnya untuk mencoba terlebih dahulu,jika nantinya Raga tidak ingin menjemput Redyna,maka tidak apa-apa,jemari lentiknya mulai mengetik pesan untuk Raga.
Redyna:
Jemput aku dong, Abang ku sayang?
Kemudian,pesan itu pun terkirim, setelah beberapa saat pesan gadis itu kirimkan, belum ada tanda-tanda balasan dari Raga. Padahal pria itu sedang online saat ini. Redyna menunggu balasan dari Raga dengan sabar, tidak lama kemudian terdengar suara pemberitahuan dari ponsel nya. Langsung saja ia membuka nya dengan buru-buru.
Raga:
Nggak bisa adik ku Sayang. Abang mau ini masih di kampus untuk menimba ilmu guna untuk sukses dan membuat orang tua kita bangga, terutama untuk istri dan anak Abang kelak a.k.a keponakan kamu. Jadi Redyna adik Abang tercinta, kamu naik ojol aja ya ? Nanti Abang ganti uang nya okeh?
Mata Redyna melotot membaca rentetan pesan dari Raga yang terlihat alay. Redyna menghembuskan nafas dengan pasrah. Ia tahu akan seperti apa akhirnya jika meminta jemput kepada Raga. Hanya lima belas persen kemungkinan Raga akan menjemput nya. Jika sudah begini, dengan terpaksa akhirnya Redyna harus pulang menggunakan ojol.
"Gimana?"tanya Dinda ketika melihat Redyna memasukkan ponselnya kedalam saku seragamnya dengan gerakan lesu.
"Bang Raga masih di kampus."
"Kalau Uda kayak gini, tandanya Lo harus bareng kita." Ucap Zahra dan diangguki oleh Dinda.
Redyna menimbang nimbang ajakan Zahra, kemudian gadis itu menggeleng." Nggak usah deh,gue naik ojol aja.
Zahra memegang lengan Redyna." Ayolah Na, pulang bareng kita aja, kalau Lo pulang naik ojol itu namanya buang-buang uang. Kita juga nggak ngerasa direpotin kok sama Lo, ya nggak Din?.
"Iya Na, sama kita aja yuk." Dinda ikut membujuk Redyna yang kini terlihat bimbang, memutuskan untuk pulang menggunakan ojek atau menerima tawaran dari kedua sahabat nya.
Karena tidak mendapati jawaban dari Redyna. Zahra kembali berujar."kalau nggak Lo telfon langit aja Na." Usul nya yang membuat Redyna melotot tidak percaya.
"Gila ya Lo! Kalau gue pulang sama Langit, nanti pas dijalan bakalan kerasa canggung banget. Njir, Lo tahu sendiri kan si langit itu naksir gue? Kalau gue minta diantar pulang sama dia, nanti malah dia yang ngira kalau gue udah ngasih lampu hijau kedua".
"Ngak,gue nggak mau ngasih harapan palsu sama anak orang. Bahaya,anjrot,"lanjut Redyna.
"Ya nggak gitu juga Redyna." Dinda kesal dengan penuturan Redyna.
"Emang salah, kalau teman minta bantuan?"
"Kalau temennya nggak punya perasaan sama sekali sih, nggak apa-apa. "Redyna mendengus, tetap tidak setuju dengan usulan Zahra yang menyuruh nya untuk pulang bersama langit.
"Oke,oke" Dinda menyerah, lalu kembali menatap Redyna dan bertanya, jadi bagaimana? Lo mau pulang naik apa Na? Abang Lo nggak bisa jemput,kan?"
Ojol pun jadi, balas Redyna.
***
"Assalamualaikum", Dyna pulang." Ujar Redyna ketika sampai di rumah. Kaki nya melangkah lebih dalam memasuki rumah mewah bertingkat dua ini."
" Waalaikumsalam", balas seorang wanita paruh baya yang terlihat cantik dengan gamis beserta hijab yang dipakai nya. Wanita itu berjalan menghampiri sang anak yang baru saja duduk disofa."
Redyna melihat mamanya sudah rapi dengan baju gamis nya mengerutkan kening."loh mama mau kemana?" Tanya nya dengan penasaran.
" Mama mau ikut pengajian dirumah tetangga. Kamu mau ikut?
" Nggak deh,ma" tolak Redyna cepat. Karena terlalu letih, Redyna mulai merebahkan tubuhnya disofa. Tangan nya menggapai remot televisi dan menyalakan nya.
Melihat anak bungsunya yang begitu malas, Mira menyenggol kaki Redyna."nggak mau ganti baju dulu?"
"Nggak mah,malas banget Dyna tuh", mata bulat nya menatap tangga yang terhubung dengan lantai dua, gadis itu menghela nafas lelah.
"Ngelihat tangga aja, Udah kayak ngelihat jembatan shirotolmustaqim."
"Hush! Mulut kamu itu! Kalau ngomong jangan asal, diayak dulu kalau perlu."
"Mama" Redyna mengubah posisi nya menjadi duduk bersila dan menatap Mira mamanya.
"Mulut Dyna itu bukan tepung yang kalau sebelum dipake harus diayak dulu."
"Astaghfirullah, Redyna! Mulai besok, kamu nggak boleh bergaul sama Abang kamu itu! Bisa ikut-ikutan nggak benernya kamu!
" Ternyata bener ,apa yang dikatakan oleh suami nya, bahwa Redyna harus menjaga jarak dengan Raga , agar otak anak gadis nya ini tidak ikut-ikutan miring seperti anak bujang nya.
"Sekarang, kamu masuk kamar, ganti baju. Mama Udah masak buat nanti kamu makan, makanan nya juga udah ada dimeja makan, ingat, jangan mengambil jatah untuk Abang kamu itu. Mama juga udah pisahin jatah buat kamu." Redyna mengangguk paham.
"Ya Uda,mama berangkat." Mira mengangsurkan tangan kanan nya untuk dicium oleh Redyna, dan gadis itu pun menurut.
Baru beberapa langkah Mira menjauh, Redyna berteriak yang membuat mamanya mengelus dadanya.
"MAMA KALAU ADA KUE YANG ENAK-ENAK JANGAN LUPA MASUKKIN KEDALAM TAS. NANTI KUE NYA DYNA MAKAN BARENG-BARENG SAMA ABANG."
Walaupun Redyna sering kesal terhadap Raga, tetapi gadis itu tak pernah melupakan Abang nya dan selalu ingat pada pria itu.
Beberapa menit kemudian, Redyna udah berganti pakaian, wajah nya pun tampak lebih segar, kaki nya perlahan menuruni undakan tangga. Berjalan menuju meja makan yang terletak didekat dapur rumahnya. Apa yang Redyna lihat persis sekali dengan yang Mira ucapkan tadi.
Mama nya telah menyiapkan makanan untuk nya dan ada juga untuk Raga.
Redyna mengingat ucapan mamanya yang tidak boleh mengambil jatah milik Abang nya. Gadis itu mengangguk, kemudian mulai memakan jatah nya dengan lahap, sungguh amanah nya adik satu-satunya Raga ini.
Selesai dengan sesi makan siang nya yang mungkin sudah memasuki waktu sore. Redyna mendengar teriakan Raga yang berasal dari ruang tengah. Gadis itu mencuci tangan nya terlebih dahulu, sebelum menghampiri Raga.
"Mama nggak ada,"ucap Redyna tepat disebelah Abang nya."
Raga menoleh." Gue,kan manggil Mama, kenapa jadi Lo yang nongol ?"
"Lo tuli atau budek? Udah gue bilang, Mama nggak ada."
"Oh....." Raga mengangguk." Mama pergi kemana?"
"Pengajian."
Singkat,padat, dan jelas,karena Redyna tidak ingin berdebat dengan Raga saat ini. Gadis itu ikut duduk disebelah Abang nya, tubuhnya sedikit miring menghadap Raga,serta tangan nya yang menengadah.
"Bang," panggil Redyna." Hmm".
"Hadap gue dulu, coba," ujar Redyna dan Raga menurutinya."
Alis pria itu terangkat ketika melihat kedua tangan adiknya." Apakah, ini? "Raga menepis tangan Redyna yang merusak penglihatan nya.
" Minta uang dong ,Bang?
"Harap-harap Abang nya ini memberikan uang ganti untuk ojol yang tadi ia pesan. Biasa nya, Raga kalau dipintai soal uang, pria itu seperti sedang disuruh menyerahkan nyawa nya saja.
"Buat apa?"
Nah kan , baru juga dibilang barusan.
"Buat ganti uang gue dong, yang tadi dipake buat naik Ojol!" Redyna berdecak.
"Ikhlasin aja deh,Na, lagi males ngeluarin uang nih". Kilah Raga .
Pria itu sedikit menjauhkan posisi duduknya agar tidak terlalu dekat dengan Redyna.
"CK, bilang aja nggak mau ngeluarin uang, mangkanya, jangan suka janji-janji,onta!
"Minggir,Na. Abang mau mandi dulu,"tukas Raga dan mulai beranjak meninggalkan ruang tengah menuju kamar nya.
"RAGAAAAAAA !GANTI UANG GUE DULU,GEBLEK!"
"BIDO AMAT ! "BALAS RAGA DENGAN BERTERIAK JUGA,Serta menggoyangkan bokong nya untuk meledek Redyna.
"Amit-amit gue punya Abang kayak Lo, RAGAAAAAAA!"Teriak Redyna frustasi dengan tingkah Abang nya itu. Raga tidak menghiraukan teriakan adik nya,dan terus berjalan menuju arah kamarnya.