Terlahir kembali di dunia yang dikuasai iblis dan makhluk ketiadaan, Ling Tian mengerahkan seluruh kekuatan dan pengetahuan dari kehidupan sebelumnya.
Namun takdir sekali lagi menempatkan dirinya dalam posisi sulit. Meskipun akar spiritualnya lemah dan memiliki roh pelindung saling berlawanan yang bisa menghancurkan dirinya kapan saja, tak membuat Ling Tian gentar sedikitpun.
Dengan tekad baja, Ia berjuang melawan nasib buruknya, mengubah setiap kelemahan menjadi kekuatan, dan menantang kekuasaan iblis yang menindas dunia.
Mampukah Ling Tian mengatasi keterbatasannya, menyatukan roh pelindung yang berlawanan, dan mencapai ranah tertinggi? Ataukah dia akan terperangkap dalam lingkaran kehancuran yang menunggu dibalik kekuatan kegelapan?
Penuh ketegangan dan intrik, ikuti petualangan dan pertarungan intens yang ada di dalam cerita ini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ega Jast, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pelatihan Siang dan Malam
Matahari yang semula ada di atas kepala perlahan mulai menyingsing ke penghujung cakrawala, menampakkan sepasang murid tengah berlari mengitari pusat pelatihan bagian barat.
“Xiou Wu… Istirahatlah. Jangan memaksakan diri,” pinta Ling Tian melihat peluh keringat yang bercucuran dari dahi gadis kecil itu.
“Kak Ling… Aku masih kuat, jangan khawatir. Jarang-jarang aku bisa latihan fisik seperti ini, karena sudah terlanjur maka sekalian saja aku selesaikan,” tolak Xiou Wu dengan nafas terengah-engah, dan tubuh yang terlihat mulai sempoyongan.
Meskipun Xiou Wu tidak mengenakan zirah seperti Ling Tian, namun dari segi fisik Ling Tian jauh lebih unggul karena pernah menjadi budak penambang batu spiritual, membuat Ia tersenyum tipis seraya berkata,
“Baiklah, kalau begitu ayo kita berjuang bersama,” balas Ling Tian sambil tersenyum simpul.
Tulang dan otot di seluruh tubuh menjerit kesakitan, meski begitu Ling Tian tak menyerah, dengan tekad baja Ia melewati batas kemampuan, manapaki langkah terakhir sampai akhirnya Ia sampai di tempat semula.
“Brukkk…”
“Huhh… Huhh… Huhh… Akhirnya selesai 20 putaran. Xiou Wu, apa kamu baik-baik sa-”
“Xiou Wu!”
Ketika Ling Tian menoleh ke belakang, tempak Xiou Wu yang sudah terbaring tak sadarkan diri, membuat Ling Tian dengan panik menghampiri dirinya.
“Xiou Wu… Xiou Wu…” panggil Ling Tian seraya mengguncang pundak Xiou Wu pelan.
"Swuss!"
“Anak muda, tidak perlu khawatir, dia hanya kelelahan.”
Tak berselang lama dari itu, terdengar suara berat datang menghampiri, membuat Ling Tian seketika mengalihkan pandangan.
“Senior Sui.”
“Hmm… Aku akan membawa dia ke asrama untuk beristirahat. Sebaiknya kamu juga istirahat sejenak sebelum memulai sesi latihan berikutnya,” balas Sui Ming menggendong tubuh kecil Xiou Wu di depan dada, lalu pergi meninggalkan Ling Tian seorang diri di sana.
“Wushhh…”
“Tidak ku sangka kamu bisa menyelesaikan 20 putaran tepat waktu. Aku kira kamu tidak akan bertahan. Ternyata kamu punya tekad yang kuat,” pungkas Mei Hua yang tiba-tiba muncul di belakang Ling Tian, membuat Ia seketika mengalihkan pandangan.
“Aku hanya berusaha semampuku, lalu apa yang harus aku lakukan sekarang?”
“Gerbb…”
“Minumlah terlebih dahulu, setelah itu rasakan perubahan yang terjadi pada tubuhmu,” timpal Mei Hua melemparkan sebotol air kepada Ling Tian.
Setelah meminum air yang Mei Hua berikan, Ling Tian lalu duduk bersila dengan kedua tangan Ia letakkan di atas paha, masuk ke dalam kultivasi mendalam mencoba merasakan perubahan yang terjadi padanya.
Aliran qi hangat dan bersih perlahan mengalir ke seluruh merdian, menyerap energi alam di antara langit dan bumi melalui otot dan tulang, perlahan terkumpul pada satu titik di dalam dantian yang terletak di antara perut dan dada.
Merasakan aliran qi hangat dan bersih itu, membuat Ling Tian seketika membuka kedua mata.
“Apa ini qi elemen cahaya? Sebelumnya aku hanya menyerap energi alam secara menyeluruh. Tidak ku sangka bisa menyerap qi spesifik seperti ini,” ucap Ling Tian di dalam hati, membuat Mei Hua tertawa kecil melihat ekspresi yang Ling Tian tunjukkan.
“Apa kamu bisa merasakannya?” tanya Mei Hua seraya tersenyum simpul.
“Emp…”
“Sampai kamu mencapai ranah Pemurnian Tubuh, kamu akan berlatih seperti ini setiap hari. Seiring perkembanganmu, aku akan menambah porsi latihan agar kamu semakin paham dengan elemen cahaya. Apa kamu mengerti?”
“Aku mengerti, terima kasih senior Mei.”
“Tidak perlu berterima kasih. Semua ini aku lakukan untuk umat manusia. Meskipun hanya bisa mencapai ranah Pemurnian Sumsum, itu lebih dari cukup untuk melindungi rakyat kita,” balas Mei Hua sendu, mengalihkan pandangan ke arah cakrawala yang membentang sejauh mata memandang.
Mendengar apa yang dikatakan Mei Hua itu, membuat Ling Tian bangkit dari tempatnya berada, lantas berkata,
“Senior Mei tidak perlu khawatir, aku pasti akan mencapai ranah tertinggi dan menghancurkan semua iblis dan makhluk ketiadaan. Aku Ling Tian, tidak pernah menarik kata-kataku,” tegas Ling Tian dengan semangat yang membara, membuat Mei Hua sedikit tersentak, lantas tersenyum hangat memperlihatkan kecantikan tiada tara.
“Istirahatlah… Sebentar lagi Lan Lan akan datang. Karena urusanku sudah selesai, jadi aku pergi dulu.”
“Emp…”
Setelah melakukan perbincangan singkat, Mei Hua lantas pergi bersama dengan angin sore yang berhembus, memperlihatkan punggung indah yang tertutup akan surai keemasan.
Tak membuang waktu sedikitpun, Ling Tian kembali berkultivasi di bawah sinar senja dengan begitu tenang, merasakan aliran qi cahaya yang baru saja Ia pelajari dari Mei Hua.
“Apa kamu sudah selesai istirahat?”
Mendengar suara sinis itu, Ling Tian perlahan membuka kedua mata, tanpa Ia sadari saat itu matahari sudah lama menghilang.
“Senior Lan, kamu sudah datang?” sapa Ling Tian dengan semangat, kemudian bangkit dari tempatnya berada.
“Emp… Aku akan membawamu ke tempat lain. Jadi jangan sampai tertinggal,” ucap Lan Lan singkat, tanpa berbasa-basi mulai berlari di bawah sinar rembulan.
Setelah melepas zirah besi pemberian Mei Hua, Ling Tian merasa tubuhnya menjadi lebih ringan, membuat kecepatan dan staminanya bertambah drastis, lantas mengikuti Lan Lan tepat di belakang dirinya.
Menjauh puluhan kilo meter dari Pagoda Sembilan Tingkat, keduanya pergi melintasi hutan belantara dengan aura dingin yang menauinginya.
Semakin dalam Ling Tian masuk ke dalam hutan belantara, semakin besar pula niat membunuh yang Ia rasakan, membuat Ling Tian degan sigap meningkatkan kewaspadaan.
“Srekkk…”
“Sampai di sini saja, kalau lebih dalam takutnya kamu tidak akan bisa mengatasinya,” tandas Lan Lan menghentikan langkah, kemudian berbalik arah menatap Ling Tian dengan tatapan tajam.
“Senior Lan… Sekarang kita ada di mana?”
“Hutan ini disebut hutan terlarang. Banyak binatang buas yang tinggal di tempat ini. Tugasmu sekarang memburu 10 binatang buas yang ada di sini, setelah itu kamu bisa kembali ke pusat pelatihan barat.”
“Memburu 10 binatang buas?”
“Ambilah, di dalamnya terdapat beberapa senjata yang berguna untuk melawan binatang buas. Meskipun hanya senjata biasa, tapi itu lebih dari cukup dari pada tidak ada sama sekali,” timpal Lan Lan dengan acuh tak acuh, memberikan cincin ruang berwarna hitam kepada Ling Tian.
Mendapatkan cincin ruang itu, membuat Ling Tian tertegun sesaat, dan ketika Ia mengalihkan pandangan ke arah Lan Lan,
“Senior Lan…”
“Berhati-hatilah! Aku akan menunggumu di pusat pelatihan barat,” tandas Lan Lan selah menghilang dari pandangan Ling Tian, dengan suara menggema mengisi kesunyian malam.
“Kalian benar-benar gila, kalau aku anak biasa, pasti sudah mati mengenaskan,” umpat Ling Tian setelah mengetahui porsi latihan diluar nalar yang diberikan kepadanya.
Menghela napas singkat, Ling Tian lantas membuka teknik mata langit miliknya, memperhatikan setiap gerak-gerik mencurigakan yang ada di area sekitar.
Langkah demi langkah Ling Tian arungi dengan seksama, meresapi kegelapan malam seraya meningkatkan lima panca indra sampai batas maksimal.
Sepasang mata merah mengintai buas dari balik tumbuhan rambat yang ada di atas pohon, sepenuhnya menghilangkan hawa kehadiran, bersiap untuk menerkam mangsa yang ada di depan mata.
Ketika pandangan Ling Tian tertuju ke arah depan. Tiba-tiba,
“Syaaaa…”
“Sringg…”
***