Bercerita tentang seorang pria usia 30an yang jatuh dari kehidupan nya setelah bercerai dan terpuruk dalam kehidupannya, ketika di perjalanan pulang dirinya mengalami sebuah kecelakaan tragis yang menyebabkan dirinya meninggal dunia. Sebelum menghembuskan nafas terakhirnya, ada penyesalan dalam dirinya yang membuat dirinya begitu terpuruk dan berharap dapat memperbaikinya. Namun tanpa disadari dirinya kini bertemu seorang dewa dan di renkarnasikan di dunia lain dengan bantuan sistem. Bagaimanakah kehidupan nya di dunia lain? Apakah dia akan dapat bertahan hidup di dunia yang penuh monster dan sihir?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RizSlide, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DESA FERN DAN BARON ATARES
Namun ternyata Max, Miki, dan Tiana tidak pergi kehutan, melainkan hanya keluar dari penginapan dan berjalan di sekitaran desa.
"Jadi kenapa kalian membawaku bersama kalian" ucap Max
"Apa kau tidak melihat ekspresi Airen ketika membahas tentang level tadi?" ucap Miki
"Ya, tentu aku menyadarinya, namun aku tidak yakin jika dengan menghiburnya dapat membangkitkan kembali semangatnya" ucap Max
"Dan terlihat jelas senyum palsu di wajah Airen saat itu" ucap Tiana
"Maka dari itu, biarkan Ryo yang berbicara dengannya, karena ku fikir akan lebih baik jika mereka berdua saling bicara" ucap Miki
"Kau benar, karena terlihat jelas keduanya memiliki perasaan yang sama" ucap Max
Namun tiba2 Tiana menghentikan Max dan Miki.
"Ada apa?" kata Max dan Miki
"Lihat disana," ucap Tiana seraya menunjuk kearah sebuah padang rumput di kejauhan
Disana terlihat Ryo dan Airen saling mengaitkan kedua jari kelingking mereka, nampak seperti saling mengikat janji satu sama lain. Selain itu nampak kebahagiaan yang terpancar di wajah mereka berdua.
"Apa mereka sudah sampai pada tahap itu?" tanya Miki
"Aku rasa belum" ucap Max
"Ya aku rasa juga belum, itu hanya nampak seperti mereka berdua saling mengikat janji diantara mereka berdua" ucap Tiana
"Kalau begitu, setelah kembali ke penginapan, mari kita berpura2 seolah tidak pernah melihat apapun tentang hal ini" ucap Max
"Ya, biarkan momen ini menjadi milik mereka berdua saja" ucap Miki
Ketiga orang itu pun berlalu dari tempat mereka dan berjalan kearah yang lain sebelum di sadari oleh Ryo dan Airen.
"Ngomong2 Max, untuk membuat hal ini semakin menarik, tidak kah kita coba untuk bertarung" ucap Tiana
"Eh? Bukankah ini semua hanya untuk memberikan ruang kepada mereka berdua?" ucap Max
"Itu benar, tapi ucapanmu sebelumnya masih terngiang di telingaku, selain itu agar nampak lebih nyata, ayo kita bertarung di hutan" ucap Tiana sambil menarik kerah baju Max dan menyeretnya ke hutan
"Eh, Miki tolong aku Miki !!" ucap Max dengan panik
"Semangat lah Max, dan jangan sampai kau terbunuh olehnya oke?" ucap Miki
"APA MAKSUDMU ITUUU" teriak Max seraya di seret pergi oleh Tiana
Setelah Max dan Tiana menghilang dari pandangan, Miki pun kembali berjalan sendirian menggitari desa Fern untuk menikmati pemandangannya. Lalu tidak sengaja dia bertemu dengan kepala desa di persimpangan jalan.
"Oh, kau sendirian saja nona? tanya kepala desa
"Begitulah, aku hanya sedang mencari udara segar dan menikmati pemandangan desa ini" ucap Miki
"Jadi, apa kau menyukai pemandangannya?" ucap kepala desa
"Ya aku cukup menyukai desa ini" ucap Miki
Mendengar itu kepala desa hanya diam dan menatap kejauhan.
"Oh iya pak, bagaimana dengan ketiga gadis lainnya yang kami temukan di sarang goblin itu?" ucap Miki
"Ah mereka masih di rumah Nona Till, Lina dan Rui bersikeras untuk merawat mereka bertiga selama mereka bertiga di desa ini" ucap kepala desa
"Begitu ya? Lalu apa anda sudah melaporkannya ke pihak Guild?" ucap Miki
"Aku sudah mengirimkan laporannya ke Guild, dan pihak Guild berkata akan mengirimkan sebuah kereta kuda untuk menjemput kalian dan ketiga gadis itu" ucap kepala desa
"Begitu ya, kalau begitu terima kasih banyak, saya pergi dulu" ucap Miki
"Baiklah, nikmati hari mu disini nona" ucap kepala desa
Miki pun melanjutkan perjalanannya mengitari desa Fern sendirian sambil menikmati pemandangan desa Fern.
Malam harinya, Ryo dan Max tiba di kediaman Baron Atares dan seorang kepala pelayan menyambut mereka di depan pintu.
"Kami adalah petualang dari party Silvermoon" ucap Max
"Saya adalah Rogan, dan saya adalah kepala pelayan disini, Baron Yohan Atares sudah menunggu di dalam, silahkan masuk dan ikuti saya" ucapnya
"Terima kasih" kataku
Kami bedua pun mengikuti Rogan menuju ruang makan, sesampainya disana, terlihat seorang pria dengan pakaian sederhana namun tetap terlihat rapi dan sopan telah menunggu kami.
"Tuan, saya telah membawa kedua perwakilan petualang dari party Silvermoon" ucap Rogan
"Terima kasih Rogan, dan perkenalkan namaku Yohan Atares, kebetulan aku lah yang memimpin desa ini" ucapnya seraya mengulurkan tangan mengajak untuk berjabat tangan
Aku langsung meraih uluran tangannya dan kami pun berjabat tangan..
"Perkenalkan namaku Ryo Leader Silvermoon, dan ini salah satu anggota kami, Max" kataku
"Senang bertemu dengan anda tuan" ucap Max
"Senang berjumpa dengan kalian juga, kalau begitu silahkan duduk dan nikmati hidangan sederhana dari kami" ucap Yohan
Aku dan Max pun mengikutinya menuju meja makan dan duduk disana, dilihat dari manapun makanan yang di sediakan cukup mewah, jauh dari kata sederhana. Nampaknya Baron Atares ini orang yang cukup rendah hati dan sederhana.
Kami pun membuka makan malam bersama sambil mengobrol ringan, setelah selesai makan, Baron Atares mengajak kami untuk pindah ke ruang tamu dan menyuguhkan anggur untuk kami, sungguh perlakuan yang sangat sopan. Aku sedikit terkejut mengetahui kalau dirinya sangat menghargai para petualang seperti kami.
"Ngomong2 ku dengar dari istriku kalian juga menyelamatkan mereka ketika di serang oleh sekawanan Greenwolf dalam perjalanan kemari beberapa hari yang lalu" ucap Yohan
"Benar, kami tidak sengaja berjumpa dengan rombongan istri anda beberapa hari yang lalu ketika mereka di serang oleh sekawanan Greenwolf" kataku
Yohan pun tersenyum dan berkata..
"Sekali lagi terima kasih telah menyelamatkan istri dan anakku" ucap Yohan sambil menundukan kepalanya sedikit
"Tolong angkatlah kepala anda tuan" ucapku dan Max hampir secara bersamaan
Yohan pun mengangkat kepalanya dan tersenyum pada kami.
"Dan terima kasih telah menolong wargaku yang menjadi korban penculikan oleh para goblin" ucap Yohan
"Tidak masalah, kami melakukan itu atas permintaan dari kepala desa melalui guild, dan kami hanya memenuhi tugas kami sebagai petualang" ucap Max
"Tapi jika saja permintaan itu tertunda satu atau dua hari, mungkin saja para korban tidak sempat di selamatkan, begitu juga dengan istri dan putriku" ucap Yohan
"Kami senang dapat membantu" kataku
"Sekali lagi aku ucapkan terima kasih" ucap Yohan
Lalu Yohan memanggil pelayannya dan berkata..
"Rogan, tolong bawa hal itu kemari" ucap Yohan
"Baik tuan" ucap Rogan seraya meninggalkan ruangan
Tak berselang lama, Rogan pun kembali sambil membawa sebuah kantung yang di letakkan di atas sebuah nampan dan meletakan di meja di hadapanku dan Max. Ketika kantung diatas nampan itu diletakan di hadapan kami, terdengar bunyi gemerincing, dari situ aku menyadari kalau itu berisikan uang koin.
"Jumlahnya tidak banyak, tapi tolong terimalah" ucap Yohan
"Tuan, tidak perlu repot2 seperti ini" kata Max
"Itu benar benar tuan" kataku
"Kumohon terimalah, anggap itu sebagai permohonan maafku karena terlambat berterima kasih pada kalian karena sudah menyelamatkan istri dan anakku" ucap Yohan
"Tuan, kami bertemu dengan istri dan anak anda benar2 murni kebetulan, dan sudah seharusnya bagi setiap orang untuk saling membantu apa bila ada orang membutuhkan" kataku
Baron Atares pun hanya diam dan menatap kami berdua, aku pun saling bertukar pandang dengan Max, Max pun mengangguk seolah mengatakan "terima saja". Aku kembali memandang Yohan seraya berkata.
"Baiklah kami akan menerimanya" kataku
Sang Baron pun tersenyum, setelah sedikit berbincang dan beramah tamah, kami berdua pun berpamitan meninggalkan kediaman Baron Atares karena hari juga sudah mulai larut.
Sesampainya di penginapan, aku dan Max duduk di kedai penginapan dan memesan segelas bir pada pemilik penginapan.
"Max, bagaimana pandangan mu terhadap Baron Atares?" kataku
"Hmm dia cukup ramah dan juga sopan, aku juga ingat kalau ayahku pernah mengatakan kalau Baron Atares itu dulunya hanya rakyat jelata, kerena prestasi nya di militer, dia pun diangkat menjadi baron dan memerintah di desa ini" ucap Max
"Itu benar, menjelaskan sikap ramahnya pada petualang seperti kita" kataku
"Memang benar, kebanyakan para bangsawan sering meremehkan pekerjaan petualang" ucap Max
"Oh iya, ini uang yang di berikan oleh Baron tadi" kataku seraya mengeluarkan kantung uang yang itu dari magic bag dan meletakannya di meja.
Setelah dihitung totalnya ada 20 koin emas.
"Untuk sekelas baron jumlah ini sudah terbilang banyak, karena dika di ingat wilayahnya hanyalah sebuah desa, namun meski ini hanya desa penduduknya terbilang cukup banyak" ucap Max
Aku pun mengeluarkan sekantung uang lainnya, iti adalah uang hasil penjualan material dan mayat monster ketika di Gunung Tap, aku terlambat membaginya karena sibuk dengan beberapa hal lainnya dan sempat kelupaan. Awalnya uang itu ku titipkan pada Airen, namun Airen menyerahkannya padaku sebelum keberangkatan ke Desa Fern di Kota Takt.
"Lalu apa ini?" tanya Max
"Ini adalah hasil penjualan material dan mayat monster di misi sebelumnya di Gunung Tap, maaf aku terlambat membagikannya" kataku
Max pun mengeluarkannya dan menghitung jumlahnya.
"62 koin emas dan 55 koin Silver, ini sangat banyak" ucap Max
"Awalnya aku juga terkejut, namun menurut penjelasan Airen dan Miki yang melakukan penjualannya ke bagian penjualan di Guild, harganya naik karena kondisinya yang masih terbilang bagus dan segar" kataku
"Yah tentu saja, magic bag mu itu memang spesial sekali, jadi aku paham kenapa harganya bisa naik" ucap Max
Sekarang di hadapan kami total ada 82 koin emas dan 55 silver, aku dan Max pun membaginya secara merata. Kami pun sepakat tiap orang akan menerima 15 koin emas untuk setiap orang dan sisanya akan menjadi uang kas party dan akan digunakan untuk kebutuhan party seperti biaya makan dan penginapan.
Keesokan harinya ketika sarapan pagi, aku dan Max pun menjelaskan tentang yang kami terima dari Baron dan hasil penjualan material sebelumnya kepada yang lainnya agar transparan. Awalnya Tiana menolak menerima bagian dari hasil penjualan material, karena dirinya belum bergabung pada misi saat itu. Namun setelah kami semua meyakinkannya Tiana pun menerimanya.
"Baiklah, karena semua sudah setuju, tiap orang akan menerima 15 koin emas, karena masih ada sisa 7 koin emas dan 55 silver, maka itu akan kita jadikan kas party, bagaimana apa kalian setuju?" kataku
"Aku rasa itu bagus, toh kas party itu sepenuhnya di gunakan untuk kebutuhan kita juga kan" ucap Airen
"Aku setuju" ucap Miki
"Apapun yang Leader katakan aku akan menyetujuinya selama itu demi kepentingan bersama" ucap Tiana
"Baiklah untuk pengelolaan uang nya, akan ku serahkan pada Airen sebagai bendahara dari party kita" kataku
"Yah itu lebih bagus dika di atur oleh seorang wanita" ucap Max
Setelah selesai membagikan dan mengatur keuangan party, kami pun melanjutkan sarapan pagi kami sambil mengobrol ringan. Karena kereta penjemput dari guild sudah tiba di pagi hari, siang harinya kami pun hendak kembali ke Kota Takt bersama ketiga korban lain yang kami temukan di sarang Goblin.
Seperti sebelumnya para warga mengantar kepergian kami dengan berkumpul di alun2 desa.
"Sekali lagi saya ucapkan terima kasih telah menyelamatkan warga desa" ucap kepala desa
"Kami senang dapat membantu" kataku
Lalu Rui berlari kearahku dan berkata..
"Kakak apa kau akan datang lagi ke desa kami?" ucap Rui
"Jika aku ada waktu dan kesempatan aku akan datang lagi kesini" kataku
"Baiklah, kalau begitu terima kasih sudah menyelamatkan kami dan semoga kalian selamat sampai tujuan" ucap Rui
Mendengar itu aku merasakan kehangatan di hatiku, nampaknya pekerjaan petualang bukanlah pekerjaan yang buruk, selain bisa melindungi orang2 dari para monster juga bisa memberi kebahagiaan pada mereka. Setelah berpamitan kepada semua orang, kami pun berangkat menuju Kota Takt dengan kereta kuda yang menjemput kami.
Di perjalanan ketiga gadis itu nampak hanya diam dan tidak mengatakan apapun, sepertinya mereka masih mengalami trauma yang mendalam. Sesekali Airen dan Miki menawarkan mereka minuman dan makanan ringan, meski mereka berterima kasih dan menerimanya, mereka kembali terdiam lagi setelahnya, entah apa yang sedang mereka fikirkan.
Tapi biarlah pihak guild yang akan mengurusnya, aku tidak ingin terlibat lebih banyak hal2 merepotkan, karena fokus utama ku adalah memperkuat party Silvermoon untuk menghadapi kemungkinan tentang kebangkitannya ras iblis seperti yang ku bicarakan bersama Duke Anderson sebelumnya.
Sedangkan di kantor kepala cabang guild kota Takt, terlihat henderson sedang berbicara dengan Mina terkait misi yang di jalankan oleh party Silvermoon.
"Menurut laporan yang di berikan kepala desa Fern, ada memang benar ada 3 orang wanita lain yang di temukan di sarang para goblin, dan mungkin saat ini mereka sedang dalam perjalanan kembali kesini" ucap Henderson
"Kalau begitu, apa yang akan kita lakukan dengan mereka" tanya Mina
"Untuk saat ini kita belum bisa membuat kesimpulan apapun, kita harus mendengar detil ceritanya terlebih dulu dari party Silvermoon" ucap Henderson
"Baiklah" jawab Mina
"Dan siapkan juga ruang perawatan untuk menampung ketiga wanita yang akan mereka bawa, kita akan mengumpulkan informasi dari mereka juga nantinya" ucap Henderson
"Aku sudah mempersiapkan semuanya, kita hanya tinggal menunggu mereka sampai disini" ucap Mina
"Baiklah, kau boleh kembali bekerja" ucap Henderson
Mina pun mengangguk lalu berbalik dan meninggalkan ruang kantor kepala cabang, sementara Henderson kembali melanjutkan pekerjaannya sebelum dia di kejutkan oleh seseorang yang meniup telinganya.
"Fyuuuhhh"
Sontak Henderson terkejut, dia bangkit dari termpat duduknya dan menoleh kebelakang, dan ternyata..
.hadehh