Ethan, cowok pendiam yang lebih suka ngabisin waktu sendirian dan menikmati ketenangan, gak pernah nyangka hidupnya bakal berubah total saat dia ketemu sama Zoe, cewek super extrovert yang ceria dan gemar banget nongkrong. Perbedaan mereka jelas banget Ethan lebih suka baca buku sambil ngopi di kafe, sementara Zoe selalu jadi pusat perhatian di tiap pesta dan acara sosial.
Awalnya, Ethan merasa risih sama Zoe yang selalu rame dan gak pernah kehabisan bahan obrolan. Tapi, lama-lama dia mulai ngeh kalau di balik keceriaan Zoe, ada sesuatu yang dia sembunyikan. Begitu juga Zoe, yang makin penasaran sama sifat tertutup Ethan, ngerasa ada sesuatu yang bikin dia ingin deketin Ethan lebih lagi dan ngenal siapa dia sebenarnya.
Mereka akhirnya sadar kalau, meskipun beda banget, mereka bisa saling ngelengkapin. Pertanyaannya, bisa gak Ethan keluar dari "tempurung"-nya buat Zoe? Dan, siap gak Zoe untuk ngelambat dikit dan ngertiin Ethan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Papa Koala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masih di Bali?
"Terima kasih, Zo. Karena kamu, aku bisa jadi lebih berani," jawab Ethan tulus.
Zoe menatapnya dengan serius, lalu senyumnya merekah. “Itulah yang aku suka dari kamu, Eth. Kamu punya potensi yang luar biasa, tapi kadang perlu sedikit dorongan untuk melihatnya.”
Ethan merasakan sesuatu yang hangat di dadanya. Dia tahu Zoe benar. Dia sudah terjebak dalam dunia kerja dan rutinitas yang monoton selama ini, dan sekarang dengan kehadiran Zoe, dia merasakan sesuatu yang berbeda, sebuah kebebasan untuk berani mencoba hal-hal baru.
“Berani coba hal baru itu seru, Zo. Apalagi dengan kamu di sini,” kata Ethan sambil menyeruput sisa cocktailnya.
Zoe tampak tersentuh. “Ayo, kita nikmati sisa waktu kita di pantai, lalu kita siap-siap untuk snorkeling!”
Mereka berdua menghabiskan sisa cocktail sambil bercerita tentang berbagai hal, mulai dari hobi mereka sampai rencana masa depan. Ethan merasa seperti terhubung kembali dengan dunia di sekitarnya, sesuatu yang tidak pernah dia lakukan sebelumnya.
Setelah selesai menikmati waktu di pantai, mereka kembali ke vila untuk bersiap-siap snorkeling. Zoe memilih pakaian renang yang cerah, sementara Ethan hanya memilih celana pendek dan kaos santai. Mereka pun melangkah ke tempat penyewaan alat snorkeling yang terletak tidak jauh dari pantai.
Sesampainya di sana, Zoe langsung mendekati pemilik tempat penyewaan. “Kami mau snorkeling! Apa saja yang kami butuhkan?”
Pemilik tempat itu, seorang pemuda dengan rambut ikal dan senyum lebar, menjelaskan alat-alat yang dibutuhkan. “Kalian butuh masker, snorkel, dan fin. Dan jangan lupa, sunscreen itu penting!”
Zoe mengangguk sambil melirik Ethan. “Eh, Eth. Kamu udah pakai sunscreen belum? Jangan sampai terbakar, ya!”
Ethan menggaruk kepalanya. “Ehm… belum. Aku pikir kita bakal pergi di malam hari.”
Zoe menggelengkan kepala. “Kita snorkeling di siang bolong! Ayo, Eth. Minta sunscreen-nya, kita mau jadi penyelam yang cerdas.”
Setelah mendapatkan semua perlengkapan, mereka berdua berjalan menuju spot snorkeling yang terkenal dengan keindahan terumbu karangnya. Begitu tiba di lokasi, Ethan takjub melihat warna-warni ikan yang berenang di sekitar.
“Wah, ini sih kayak aquarium raksasa!” ucap Ethan dengan mata berbinar.
Zoe melompat-lompat dengan semangat. “Ayo, Eth! Kita siap-siap!”
Mereka mengenakan alat snorkeling masing-masing, dan setelah berlatih beberapa saat, mereka akhirnya melompat ke dalam air. Begitu kepala mereka menyentuh air, Ethan langsung terpesona dengan keindahan bawah laut. Ikan-ikan kecil berwarna-warni berenang di sekeliling mereka, dan terumbu karang tampak seperti lukisan yang hidup.
Zoe tampak sangat menikmati setiap detik di bawah air. Dia berenang dengan lincah, seolah-olah dia sudah menjadi penyelam profesional. Sementara Ethan, walaupun tidak secepat Zoe, berusaha untuk tetap tenang dan menikmati pengalaman baru ini.
Setelah beberapa waktu, Ethan merasa semakin nyaman di dalam air. Dia mulai merasakan kebebasan yang tak terduga. Tiba-tiba, Zoe muncul di sampingnya dan menunjuk ke arah sekelompok ikan yang berenang mendekat.
“Lihat, Eth! Itu ikan clownfish!” seru Zoe dengan penuh semangat.
Ethan memandang ke arah yang ditunjuk Zoe. “Serius? Itu si Nemo, kan?”
Zoe tertawa keras di dalam air. “Iya, itu Nemo! Kita harus foto bareng, Eth! Ayo!”
Mereka berdua berusaha mengambil foto dengan ikan-ikan yang berenang di sekeliling mereka. Walaupun cukup sulit dan harus terengah-engah di bawah air, mereka berdua sangat menikmati momen itu.
Setelah selesai snorkeling, mereka kembali ke vila dengan wajah berseri-seri. “Nah, itu dia! Kita sudah melakukannya!” kata Zoe sambil mengganti pakaian basahnya.
Ethan masih merasakan euforia. “Aku nggak nyangka snorkeling bisa se-seru itu. Terima kasih, Zo!”
Zoe menepuk bahu Ethan. “See? Kamu bisa, Eth! Nah, sekarang kita sudah punya cerita seru buat diceritakan.”
Setelah bersih-bersih, mereka memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar vila. Saat menjelajahi area sekitar, mereka menemukan pasar lokal yang menjual berbagai makanan dan kerajinan tangan.
“Wah, lihat deh, Zo! Ini semua makanan yang kelihatannya enak!” seru Ethan, matanya bersinar melihat penjual yang menjajakan jajanan tradisional.
Zoe bersemangat. “Ayo kita coba! Makanan adalah bagian terpenting dari liburan!”
Mereka mencoba beberapa jajanan, mulai dari bakso ikan hingga pisang goreng yang masih hangat. Ethan merasakan rasa lapar yang belum pernah dia alami sebelumnya. “Ini enak banget, Zo! Siapa sangka makanan di sini bisa bikin ketagihan?”
Zoe tersenyum. “Ya, kan? Ini baru permulaan. Kita harus coba semua makanan khas Bali sebelum pulang!”
Setelah puas mencicipi berbagai makanan, mereka berjalan kembali ke vila. Dengan perut yang kenyang, mereka duduk di teras sambil menikmati suasana malam yang mulai turun.
Ethan mengambil napas dalam-dalam, merasakan angin laut yang sejuk. “Hari ini benar-benar seru, Zo. Aku merasa bisa melakukan hal-hal yang sebelumnya nggak pernah aku lakukan.”
Zoe menatap Ethan dengan penuh rasa bangga. “Kamu lihat, Eth? Hidup itu untuk dijalani, bukan hanya ditonton! Aku senang bisa berbagi pengalaman ini sama kamu.”
Malam semakin larut, dan bintang-bintang mulai bermunculan di langit. Ethan menatap langit, merasa seolah dia bisa meraih bintang-bintang itu. “Zoe, terima kasih sudah membawa aku ke sini. Aku nggak akan pernah lupa momen ini.”
Zoe tersenyum lebar. “Itulah tujuan liburan, Eth! Bikin kenangan yang nggak terlupakan.”
Mereka berdua menghabiskan malam itu dengan cerita-cerita lucu, membahas pengalaman snorkeling dan segala yang mereka coba hari itu. Dan saat Ethan berusaha menirukan suara ikan clownfish, Zoe tertawa hingga hampir tersedak.
“Eth, kamu harus ingat untuk menyimpan suara itu di Instagram! Biar semua orang tahu bahwa kamu adalah penyelam dan komedian,” goda Zoe.
Ethan menggeleng. “Nggak mungkin, Zo! Aku lebih baik tetap jadi programmer yang ngoding di rumah.”
Zoe tertawa. “Tapi kamu juga bisa jadi penyelam, kok! Gimana kalau kita buat video lucu di pantai besok?”
Ethan mengernyitkan dahi. “Video lucu? Yang ada justru aku bakal jadi meme yang paling banyak di-share!”
Zoe menepuk bahu Ethan dengan penuh semangat. “Ayo, Eth! Kita bisa bikin sesuatu yang seru!”
Ethan hanya bisa tersenyum mendengar semangat Zoe. Dia sudah tahu, dengan Zoe di sisinya, setiap hari adalah petualangan baru. Dia siap untuk lebih banyak lagi kenangan yang akan mereka buat di Bali.
Dan dalam hati, Ethan menyadari satu hal penting: dia tidak ingin liburan ini berakhir. Momen-momen ini yang penuh dengan tawa, kejutan, dan rasa baru membuatnya merasa hidup dengan cara yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya.
“Ayo, kita buat malam ini jadi malam terbaik!” kata Zoe, menyiapkan diri untuk petualangan berikutnya.
Ethan mengangguk, merasa antusias. “Ayo! Kita bikin kenangan yang nggak terlupakan!”