IG ☞ @embunpagi544
Elang dan Senja terpaksa harus menikah setelah mereka berdua merasakan patah hati.
Kala itu, lamaran Elang di tolak oleh wanita yang sudah bertahun-tahun menjadi kekasihnya untuk ketiga kalinya, bahkan saat itu juga kekasihnya memutuskan hubungan mereka. Dari situlah awal mula penyebab kecelakaan yang Elang alami sehingga mengakibatkan nyawa seorang kakek melayang.
Untuk menebus kesalahannya, Elang terpaksa menikahi cucu angkat kakek tersebut yang bernama Senja. Seorang gadis yang memiliki nasib yang serupa dengannya. Gadis tersebut di khianati oleh kekasih dan juga sahabatnya. Yang lebih menyedihkan lagi, mereka mengkhianatinya selama bertahun-tahun!
Akankah pernikahan terpaksa ini akan membuat keduanya mampu untuk saling mengobati luka yang di torehkan oleh masa lalu mereka? Atau sebaliknya, hanya akan menambah luka satu sama lainnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon embunpagi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 31 (Apa kau akan merindukanku?)
"Mengenai pekerjaan, sekitar seminggu lagi aku harus ke luar kota. Ada pembangunan hotel dan resort yang harus aku tinjau," ucap Elang di sela-sela obrolan mereka.
"Oh baiklah," sahut Senja singkat.
"Kau tidak apa-apa aku tinggal sendiri? Atau mungkin bisa tinggal di rumah daddy sementara aku tidak di rumah?" ucap Elang.
"Aku tidak apa-apa, aku akan tetap tinggal di sini saja, kau tak perlu khawatir," balas Senja.
"Baiklah kalau begitu," ucap Elang.
"Sebenarnya kau bekerja di mana? Sepertinya tidak di perusahaan daddy?" tanya Senja penasaran.
"Dia benar-benar lugu atau bagaimana sih? Apa nama perusahaanku tidak begitu terkenal hingga dia tidak mengenaliku?" batin Elang.
"Kau beneran tidak tahu aku siapa?" tanya Elang penasaran.
"Ya aku tahu," jawab senja. Elang tersenyum mendengarnya.
"Kau putra sulung dari keluarga Parvis," ucapan Senja membuat Elang berdecak kesal. Ternyata ada juga orang yang tak mengenal sosok pemilik Elang Corp. tersebut, dan mirisnya orang itu istrinya sendiri. Bahkan perusahaan tempat Senja bekerja tidak ada apa-apanya di banding Elang Corp. milik Elang. Elang hanya bisa mendesah kasar.
"Kenapa?" tanya Senja.
"Tidak apa-apa, aku sudah selesai makan, aku ke ruang kerja dulu," ucap Elang dan langsung meninggalkan Senja yang juga sudah selesai sarapan.
"Dia kenapa?" gumam Senja yang melihat mimik wajah Elang berubah masam.
🌼🌼🌼
Senja sudah rapi dengan pakaian kerjanya, atasan kemeja panjang berwarna abu-abu dengan aksen pita di bagian kerah dan rok lima centi meter di bawah lutut.
Saat hendak mengambil tasya, tiba-tiba Senja ingat sesuatu. Ia mengambil tasnya lalu mengambil kotak P3K yang ada di kamar utama tersebut. Sebelum berangkat ia akan mengganti perban di tangan Elang terlebih dahulu.
Senja bergegas keluar untuk menemui suaminya yang kini sedang berada di ruang kerjanya.
Sementara itu, Kendra baru saja tiba di halaman rumah Elang. Ia langsung masuk ke dalam setelah memarkirkan mobilnya.
"Bos di mana bi?" tanya Kendra yang kini memegang sebuah map di tangannya.
"Tuan muda sedang berada di ruang kerjanya tuan Kend, apa mau bibi panggilkan sebentar?" tawar bibi.
"Biar saya saja yang ke sana," ucap Kendra.
"Baik tuan Kend, kalau begitu saya permisi," pamit bibi menunduk sopan.
Kendra langsung naik menuju ke ruang kerja Elang yang berada di lantai dua.
Namun, saat hendak mengetuk pintu ruang kerja bosnya tersebut, ia mendengar suara yang terdengar ambigu di telinganya. Kendra langsung mengurungkan niatnya untuk mengetuk pintu tersebut, ia justru penasaran dengan suara yang bisa dipastikan rintihan bosnya yang sedang berada di dalam.
"Aw! Pelan-pelan Senja. Jangan di tekan, tenagamu kuat sekali,"
"Iya, ini aku juga pelan-pelan gerakan memutarnya," ucap Senja sambil memutar kain kasa mengitari tangan Elang.
Kendra membulatkan matanya mendengar percakapan mereka, otak mesumnya langsung menuju ke adegan mantap-mantap di mana Senja yang sedang mendominasi permainan.
"Astaga, pagi-pagi udah di suguhi begituan telingaku. Ternodai sudah otak suciku selama ini. Lagian kenapa sih bos nggak kunci pintunya kalau mau begituan," batin Kendra, ia langsung ingin kabur dari sana supaya tidak terciduk oleh Bosa dan istrinya.
Ceklek! Sialnya tangan Kendra reflek menarik gagang pintu yang membuatnya langsung lari terbirit menuju ke dapur.
"Tuan Kend kenapa lari seperti itu? Seperti sedang mengejar maling," tanya bibi.
"Air bi, air!"
"Air apa tuan?"
"Air buat menyiram otak saya yang terkontaminasi,"
Bibi tak mengerti ucapan Kendra, ia hanya mengernyitkan dahinya.
Kendra segera meraih teko berisi air putih dan langsung minum dari teko tersebut tanpa menuangkannya terlebih dahulu di gelas.
"Kend, pagi-pagi udah ngapelin bibi aja," ucap Elang yang kini sudah berada di ambang pintu dapur.
Mendengar suara sang Bos, Kendra langsung menoleh, lagi-lagi otak mesumnya langsung bekerja membayangkan apa yang barusan terjadi. Kendra menelan ludahnya kasar.
"Sudah selesai bos?" tanya Kendra.
"Sudah," jawab Elang enteng, yang ia pikir Kendra menanyakan perihal Senja yang mengganti perbannya.
Kendra senyum-senyum sendiri mendengar jawaban Elang.
"Ngapain kamu senyum-senyum nggak jelas?"
"Tidak apa apa bos,"
Elang tak menanggapinya, ia berbalik badan untuk kemudian kembali ke ruang kerjanya. Kendra mengikutinya dari belakang.
Sesampainya di ruangan, Kendra mengedarkan pandangannya, rapi, tidak berantakan sedikitpun, tidak ada tanda-tanda habis di buat mencetak gol.
"Kamu kenapa? Dari tadi senyum-senyum terus, lagi senang?" Elang menatap aneh kepada sahabatnya tersebut dengan tak lupa mengerutkan keningnya.
"Iya, kan ibadah," jawan Kendra. Elang semakin mengernyit.
"Laporan perkembangan pembangunan resort dan hotel pagi ini sudah saya kirim melalui email," ucap Kendra.
"Hem, aku sudah membacanya," jawab Elang.
"Lalu kau ke sini mau apa?" tanya Elang.
"Menjemput Anda, tangan Anda masih sakit. Tidak mungkin Anda mengendarai mobil sendiri," jawab Kendra. Karena ia tahu, Elang tak suka memakai sopir pribadi, laki-laki yang sudah hampir delapan tahun ia ikuti itu lebih suka mengemudi mobil sendiri, atau terkadang Kendra yang menjadi sopirnya.
"Aku siap-siap dulu," ucap Elang.
Lima belas menit kemudian, Elang sudah siap. Saat hendak masuk ke mobil, ia melihat sopir pribadi yang ia siapkan untuk Senja ternyata berada di rumah, itu artinya Senja berangkat ke kantor sendiri.
"Kenapa masih di rumah?" tanya Elang.
"Maaf tuan muda, nona Senja tidak mau saya antar, beliau lebih memilih naik taksi. Katanya lebih nyaman begitu," jawabnya sambil menunduk takut jika tuannya marah.
Elang tak menanggapinya, ia lebih memilih langsung masuk ke dalam mobil.
"Dasar keras kepala," gumam Elang mengingat wajah sang istri.
🌼🌼🌼
Satu minggu kemudian...
Seperti yang Elang ucapkan, hari ini ia akan ke luar kota untuk meninjau pembangunan resort dan hotel di sana.
Pagi hari, Senja sudah menyiapkan keperluan Elang. Ia menyiapkan beberapa pakaian karena Elang bilang akan pergi kurang lebih selama satu minggu. Yang namanya perempuan, untuk pergi satu minggu itu pasti ada banyak pakaian dan barang yang di bawa. Senja pikir hal itu juga berlaku untuk suaminya. Satu koper penuh ia isi dengan perlengkapan pribadi Elang.
Elang yang baru saja selesai mandi, mendekati Senja yang tengah sibuk menyiapkan keperluannya. Ia memeluk wanita asing yang kini telah menjadi istrinya tersebut dari belakang.
"El, aku sedang menyiapkan bajumu, lepaskan," pinta Senja. Tapi bukan El jika menurut.
"El, lepaskan!" tegasnya, ia takut akan terbawa suasana karena kadar keseksian suaminya meningkat drastis ketika selesai mandi. Air yang menetes dari rambutnya yang masih setengah basah dan dada telanjangnya membuat Senja tidak nyaman, lebih tepatnya membuat darahnya berdesir.
Elang melepaskan pelukannya tanpa suara, ia juga menahan sesuatu dalam dirinya, ia takut tidak bisa menahannya jika terus memeluk istrinya.
"Apa ini?" Elang menatap koper penuh yang berada di atas tempat tidurnya.
"Baju, sepatu dan perlengkapan lainnya. Kamu kan seminggu di sana," jawan Senja, tangannya menutup koper di depannya.
"Hanya seminggu Senja, kenapa harus membawa barang sebanyak ini kayak mau pindahan?" protes Elang yang biasanya hanya akan membawa badan dan pakaian yang menempel di badannya saja tanpa membawa apapun.
"Kenapa? Apa kurang banyak? Aku bisa menyiapkan koper satu lagi," ucap Senja polos, ia memang tak tahu kehidupan konglomerat kelas atas seperti apa. Baginya, jika pergi jauh bahkan sampai menginap harus menyiapkan segala keperluan untuk menekan biaya hidup di tempat tersebut.
Melihat wajah lugu dan polosnya istrinya tersebut, membuat Elang merasa gemas. Ia menjadi tak tega jika harus bilang tidak akan membawa apa-apa, pasti istrinya akan kecewa karena ia sudah sibuk sejak pagi buta untuk menyiapkan semua itu.
"Tidak, cukup ini saja yang akan aku bawa," ucap Elang, ia mencium kening Senja dan langsung menuju ke walk in closet.
🌼🌼🌼
Kendra sudah sampai di rumah Elang, sekitar sepuluh menit lagi mereka akan berangkat ke Bandara untuk kemudian terbang menggunakan pesawat jet pribadi milik Elang dari Bandara. Sementara Senja sudah berangkat untuk bekerja. Ia tak melepas kepergian suaminya karena harus bekerja.
"Bawa ini!" Elang menyuruh Kendra membawa kopernya. Kendra menatap bosnya tak percaya, sejak kapan bosnya pergi membawa baju ganti?
"Jangan banyak tanya, bawa saja!" tegas Elang sebelum Kendra melontarkan pertanyaan atau lebih tepatnya ejekan.
Di dalam pesawat Elang memandangi walpaper ponselnya yang entah sejak kapan sudah berganti menjadi photo pernikahannya dengan Senja. Ya ia sengaja memasang walpaper tersebut sebagai pengingat bahwa yang menjadi istrinya adalah Senja bukan Bianca, wanita yang pernah menghiasi walpaper ponselnya selama belasan tahun tersebut.
"Apa kau akan merindukanku?" tanya Elang dalam hati. Meski ia yakin jika istrinya tak akan rindu, bahkan mungkin ia senang mereka bisa jauh seperti ini.
"Kenapa tidak di bawa saja bos, kan bisa sekalian honeymoon," ucap Kendra membuyarkan lamunan bosnya.
"Apa kau tidak mengenalku?" cebiknya.
Ya, begitulah Elang, ia paling tidak suka mencampurkan urusan pekerjaan dengan urusan pribadi. Jika itu urusan pekerjaan, maka ia hanya akan melakukan perjalanan pekerjaan saja tidak yang lain.
"Ya kali saja kan sekalian, lagian pengantin baru sudah main tinggal-tinggal saja, bagaimana nona akan percaya jika Anda sungguh-sungguh menikahinya," ucap Kendra tanpa merasa bersalah. Di kantor mereka memang atasan dan bawahan, tapi di luar itu mereka sahabat.
Elang hanya mendecih mendengarnya.
"Tahu apa kamu, jomblo kan?" sindir balik Elang.
"Alhamdulillah dari lahir," sahut Kendra dengan muka masamnya. Elang menyeringai karena berhasil membalas ucapan Kendra. Ia kembali terdiam, sedikit banyak ucapan Kendra mempengaruhi pikirannya.
"Apa kau akan merindukan aku? Senja," sekali lagi pertanyaan itu ia lontarkan dalam hati.
🌼🌼🌼
💠💠Maaf baru bisa up, apalah daya tangan author yang hanya dua ini ( Kalau tiga atau empat kok malah serem bayanginnya 😅) . Maafkanlah author yang masih terus berusaha membagi waktu bagaimana bisa tetap up tapi kerjaan di RL tetap berjalan, meskipun masih tetap saja mengecewakan kalian 🙏🙏
Jangan lupa like, komen, tip ataupun votenya, serta pencet ❤️ kalian buat author...terima kasih 🙏🙏
salam hangat author 🤗❤️❤️💠💠