"Jadi pacar saya, maka kamu akan wisuda tahun ini. Setelah itu masa depanmu pun saya jamin."
Surat cinta dari Bu Dosen membuat Cakra berlonjak kegirangan. Tanpa pikir panjang dia menerima demi lulus tahun ini dan foto wisuda bersama kekasihnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon weni3, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Layani Aku!
Cakra melangkah menuju meja makan. Perutnya terasa sangat lapar, membuatnya berniat meminta pelayanan dari istri. Siapa tau diberi dan pagi ini hubungan mereka kembali membaik setelah sempat mengerjai. Jiwa iseng Cakra memang tak akan pernah padam. Sampai di bawah pun dia kembali berulah dengan mengejutkan Viola yang sedang melamun di sana.
DOR
"Astaghfirullah! Cakra! Kamu tuh apa-apaan sich? Kaget tau nggak? Iseng benget. Minggir! Kamu mau ngapain?" tanya Viola saat melihat Cakra begitu dekat dengannya. Bahkan terindikasi ingin menempel tanpa jeda. Rasanya bikin sesak nafas saja. Terlebih tatapan Cakra yang terlihat begitu dalam.
"Layani aku!"
Deg
Kedua mata Viola membola dengan sempurna saat mendengar jawaban Cakra. Apa maksudnya melayani? Terdengar ambigu sekali dan memiliki banyak arti.
"Layani? Cakra jangan bercanda! Kita..." Viola terlihat pucat dan gugup. Kedua matanya berulang kali mengerjab membuat Cakra semakin menatap lekat. Mendadak jantungnya mulai merusuh hingga debaran terasa menggebu. Kedua tangan pun memegang kuat ujung meja dengan menatap tanpa jeda.
"Kita sudah menikah bukan? Selama kamu masih sah menjadi istri saya. Kamu wajib melayani saya! Mengerti!" ucap Cakra dengan tegas. Kapan lagi bisa melihat Cakra bersikap demikian? Biasanya cengengesan, bisa-bisanya terlihat tegas dan sedikit garang.
"Cakra kamu kenapa?" tanya Bu Viola dengan gugup. Kini mulai beranjak dari duduknya lalu mendorong tubuh Cakra agar lebih berjarak. Namun pria itu hanya diam dengan kekuatannya hingga tak tergeser. Sampai dimana keduanya terlihat sangat rapat membuat Bibi yang ada di dapur segera ke belakang untuk lebih mengerti jika pasutri satu ini butuh waktu berduaan.
"Apa kurang jelas yang saya katakan?" Cakra semakin dia mengikis jarak hingga Viola semakin gelagapan dan mencoba untuk mundur, tetapi adanya meja makan membuatnya tak bisa bergerak.
"Cakra kamu!"
"Hahahaha pucet banget sich Bu mukanya? Santai Bu! Jadi istri Cakra jangan banyak tegang. Nanti keluar loh!" sahut Cakra, kembali ke mode awal yang cengengesan. Dia melangkah mundur lalu menggeser kursi untuk duduk. Sementara Viola menghela nafas lega lalu memukul pundak Cakra dengan gemas.
"Ngerjain kamu!"
"Tapi emang bener, Bu. Tugas Ibu ya gitu. Laper, Bu."
"Ambil sendiri!" sahut Bu Viola dengan ketus lalu melangkah menuju kamar meninggalkan Cakra begitu saja.
"Haish.. Makan, makan sendiri. Minum, minum sendiri. Mandi juga sendiri. Tidur pun sendiri. Eh semalam berdua dech. Malah dapat pelukan. Hahaha Bu Viola-Bu Viola. Anget juga."
.
Hari ini Cakra memutuskan untuk ngampus. Entah istrinya mengajar atau tidak karena tadi usai makan, Cakra bergegas pulang. Sementara Bu Viola sibuk di halaman belakang hingga dia pamit pun tak mendapatkan tanggapan apa-apa.
"Weeehhh masuk juga kamu. Gimana Lani?" tanya Topan. Keduanya melipir ke kantin setelah sempat sibuk di perpustakaan mencari buku untuk referensi.
"Justru aku yang harusnya tanya sama kamu. Gimana Lani? Semalam 'kan sama kamu to? Aman nggak? Kamu bawa pulang atau kamu ajak mampir dulu?"
"Mana ada, orang dia milih pulang sendiri. Aku cuma geret dia sampai gerbang aja. Setelah itu dia minta aku buat pergi. Ya udah aku pulang. Nggak mau ya nggak aku paksa. Kamu yang punya pacar gimana? Apa nggak kamu hubungi? Kasihan kamu nggak jelas gitu. Bu Viola gimana? Kalian ada hubungan juga. Mantul dech kamu. Bisa ambil hati Bu Viola juga. Nanti judulnya Dosbingku calon makmumku."
"Ck, bukan! Dosbingku istriku."
"Kayaknya beneran suka sama Bu Viola. Nggak kasihan sama Lani?"
"Yang suka siapa? Lagian aku sama Lani baik-baik aja. Dia nya aja yang belum ngerti."
"Gimana maksudnya? Kamu jangan mempermainkan, Cak! Nggak aku dukung kalau jadi pemain begini. Aku ngerti kalau Bu Viola cantik, awet muda dan masih terlihat aman jika pacaran sama kamu. Malah lebih pantes kamu sama Bu Viola dari pada sama Lani. Cantikan dosen muda kita, tapi kamu masih punya tanggungan. Saru kalau ada perselingkuhan!"
"Ngajarin! Aku yang lebih paham dari pada seorang jomblo. Aku cuma butuh bicara aja sama Lani. Kurang ngobrol jadi salah paham. Nanti juga nggak. Pulang ngampus mau jalan. Kamu mau ikut?"
"Ngajak aku? Minta dijaga berapa jam? Kamu pikir aku autan?" celetuk Topan dan dijawab decakan oleh Cakra.
"Bagus, biar ngak khilaf. Ya udah ayo lanjut! Habis dari sini aku mau pacaran dulu."
"Jangan main amis-amisan! Belum halal nanti main asal aja."
"Ajaran kamu kalau aku sampai sesat. Lagian yang mau main kobok-kobokan di kolam ikan siapa?"
"Nggak jelas!" ketus Topan. Keduanya pun terpisah melanjutkan kegiatan masing-masing hingga memutuskan untuk pulang selesai.
Cakra bergegas melajukan motornya menuju rumah Lani. Kebetulan hari ini Lani tidak ada kelas maka dari itu dia menunggu di rumah. Niatnya ingin jalan dan mengajak nongkrong di cafe untuk menebus kesalahan dan meluruskan masalah yang ada.
"Kamu lama, baru selesai? Aku sudah rapi dari tadi," tegur Lani setelah motor Cakra berhenti di halaman rumahnya. Terlihat Cakra hanya diam mengacak rambutnya setelah membuka helm, Cakra menoleh ke arah Lani.
"Begini?" tanya Cakra tak sesuai dengan yang Lani harapkan.
"Kamu nggak suka?" tanya Lani yang kini menatap penampilannya sendiri. Apa yang salah? Dia mengenakan kaos pas body dan rok yang menurut dia manis. Tinggal kasih jaket saja sudah pas lanjut jalan.
"Kita naik motor bukan mobil. Kamu tau itu 'kan? Biasanya juga nggak gini. Pernah jalan naik mobil siapa sampai style kamu berubah?" tanya Cakra penuh selidik membuat Lani terhenyak mendengarnya.
"Apa sich kamu, nggak ada. Ya udah aku ganti. Tunggu!" Lqni terpaksa mengganti roknya dengan celana. Kenapa juga Cakra bisa sedetail itu. Lagipula andai memakai rok. Masih aman untuk menaiki motor Cakra dan hanya terlihat pahhanya sedikit dan itu tak masalah bagi Lani.
"Ck, Cakra nggak ngerti fashion!"
Lani kembali dengan celana panjangnya. Dia pun segera mengenakan helm yang Cakra berikan. Lanjut naik dan memeluk Cakra sampai dimana motor mulai melaju menuju cafe favorit mereka. Keduanya pun melangkah masuk dengan Cakra yang menggenggam erat tangan Lani. Mempersilahkan Lani duduk dan memesankan makanan. Namun ketika keduanya nampak asyik mengobrol tanpa tanpa membahas masalah kemarin karena Lani tak menyinggung akan itu. Cakra dikejutkan dengan kedatangan Viola yang melangkah mendekati.
Keduanya saling bertatapan tetapi tidak saling menyapa sampai dimana, Cakra melihat ada seseorang yang mengikuti Viola lalu duduk di samping istrinya. Seorang pria yang semalam membuatnya babak belur.
"Piye to? Nggak jelas gini. Semalam berantem sekarang ke cafe bareng."
udah lama banget ini.... Thor, jangan lama ngilangnya...
bner tuh si cakra egois 😏