Varel adalah seorang mantan prajurit yang berhenti karena suatu insiden yang besar.
Kini dia menjadi seorang pengawal dari seorang wanita cantik yang bernama Cintia. Cintia adalah wanita yang terkenal begitu cantik bak seorang Dewi di kota itu.
Cintia selain cantik juga begitu arogan terhadap Varel. Tapi Varel juga dengan profesional menjalankan tugasnya untuk melindungi Cintia.
"Kamu jangan terlalu dekat dengan ku!" marah Cintia kepada Varel.
"Oh, baiklah," jawab Varel.
Seorang pembunuh tiba-tiba saja muncul dan langsung menembakkan pistolnya ke arah Cintia. Cintia tampak terkejut dan begitu ketakutan.
Peluru itu melesat dan akan menembus dada Cintia, akan tetapi Varel sudah lebih dulu menarik dan memeluk tubuh Cintia, lalu jatuh bersama untuk melindunginya.
"Kamu... beraninya memelukku," marah Cintia yang sedang terbaring di lantai sambil di peluk Varel.
"Eh..." Varel seolah tidak percaya dirinya baru saja menolongnya, tapi justru malah di makinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agus budianto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 15 HARAPAN DAN DOA
Varel hanya tersenyum kecil mendengar perkataan Dion ini.
"Kamu pikir aku akan takut," ujar Varel.
"Aku paling benci di ancam," sambung Varel.
Varel sendiri ketika masih menjadi seorang prajurit mampu menghancurkan sebuah kota dengan kemampuannya, apalagi hanya sebuah keluarga saja pikirnya.
Varel langsung mencekik leher Dion dan seketika Dion langsung tidak bisa berbicara dan tidak bisa bernafas.
Wajah Dion mulai membiru dan jika Varel tidak segera melepaskannya maka Dion akan segera mati.
"Varel sudah cukup!" ujar kakek Gunawan.
Kakek Gunawan tidak ingin Varel sampai membunuh Dion karena tentu akan membuat masalah semakin bertambah besar.
"Lepaskan dia!" sambung kakek Gunawan.
"Varel, lepaskan dia!" ujar Cintia juga.
Varel pun melepaskan dion, seketika Dion jatuh ke lantai sambil memegangi lehernya dan bernafas dengan terengah-engah.
Dion segera bangkit dan berlari dari sana, Dion tidak berani berkata apapun karena takut Varel akan membunuhnya.
Cintia dan Ranti segera menghampiri Varel.
"Varel kamu tidak apa-apa?" tanya Cintia.
"Aku tidak apa-apa," jawab Varel.
"Terima kasih kamu sudah membantuku," ujar Ranti kepada Varel.
"Tidak apa, jangan sungkan," balas Varel.
Ranti diam-diam mulai memperhatikan Varel dengan tatapan penuh makna. Cintia melihat hal itu, dan Cintia langsung menyadari bahwa Ranti terlihat tertarik kepada Varel.
Cintia langsung merangkul tangan Varel, seolah mengatakan bahwa Varel sudah memiliki seorang wanita.
"Varel, kali ini kamu telah menyinggung keluarga Saputra," ujar kakek Gunawan.
"Mereka pasti akan menuntut balas dan tidak akan melepaskanmu," sambung kakek Gunawan.
"Ya, aku bisa mengatasinya," balas Varel dengan santai.
Kakek Gunawan sedikit terkejut, Varel sama sekali tidak menunjukkan sedikitpun rasa takut melainkan sangat percaya diri.
Hal ini membuat kakek Gunawan semakin tertarik kepada Varel dan pasti Varel memiliki sesuatu hingga membuatnya sepercaya diri seperti ini.
Setelah itu Varel dan Cintia berpamitan untuk pulang dan hanya menyisakan kakek Gunawan dan Ranti di sana.
"Ranti, apa kamu tertarik kepadanya?" tanya kakek Gunawan.
"Apa maksud kakek, jangan bicara sembarangan," elak Ranti.
"Hehe, kamu tidak bisa membohongi kakek," ujar kakek Gunawan.
"Emangnya kakek tidak melihat apa, kamu memandangi Varel secara diam-diam dan bahkan kamu belum pernah memandangi laki-laki manapun seperti itu," sambung kakek Gunawan.
"Kakek, apakah sangat terlihat?" Ranti terlihat malu.
"Haha, cucuku kakek juga pernah muda sepertimu," ujar kakek Gunawan.
"Tapi... tapi dia sudah memiliki kekasih, bukankah kakek melihatnya, nona Cintia merangkul tangannya dengan mesra barusan," ujar Ranti.
"Haha, rupanya kamu belum tahu," balas kakek Gunawan.
"Maksud kakek?" tanya Ranti.
Kakek Gunawan mulai mengatakan bahwa Varel hanyalah seorang pengawal pribadi dari Cintia Darmono. Sedangkan kemungkinan Cintia meminta Varel untuk menemaninya datang ke acara ini sebagai pasangannya.
"Jika Cintia tadi merangkul tangannya, itu karena dia tahu bahwa kamu tertarik kepadanya, dan Cintia tidak ingin itu terjadi," ujar kakek Gunawan.
"Dapat di simpulkan bahwa Cintia juga suka kepada Varel, hanya saja sepertinya mereka belum memiliki hubungan apapun," sambungnya.
Mendengar ucapan kakeknya nya ini, Ranti mulai terdiam dan kemudian tersenyum sendiri.
Di dalam mobil Varel dan Cintia memutuskan untuk makan di luar. Di acara pesta tadi mereka belum sempat makan karena sudah terlebih dahulu terjadi insiden.
Varel membawa Cintia untuk makan bakmie di tempat biasa Varel sering memakannya dahulu.
Mereka kini sedang duduk di meja dan seorang pelayan wanita cantik mulai menghampiri mereka.
"Nona dan tuan mau pesan apa?" tanya pelayan wanita itu.
"Bakmie seperti biasa dua porsi," jawab Varel.
"Maksudnya?" pelayan wanita itu tampak bingung.
"Maksudnya seperti yang sering aku pesan dulu," jelas Varel.
Pelayan wanita itu bernama Rini, Rini mulai memperhatikan Varel dan menyadari bahwa Varel telah sangat berubah hingga membuatnya tidak mengenalinya.
"Wah, kamu sekarang terlihat sangat tampan, sampai aku tidak mengenalinya," ujar Rini.
Rini mulai melihat ke arah Cintia yang berada di sebelah Varel.
"Sudah lama tidak datang, begitu datang langsung membawa seorang pacar, nona ini sangat cantik sekali," ujar Rini lagi.
"Eh, tapi kalian terlihat sangat cocok sekali," sambung Rini sambil membandingkan Varel dan Cintia yang terlihat sangat serasi.
Seketika Cintia menjadi malu mendengarnya dan pipinya menjadi merah.
"Rini jangan berkata seperti itu, aku bekerja sebagai pengawal pribadinya," jelas Varel.
"Oh, kedepannya kita tidak ada yang tahu, mungkin saja nona cantik ini akan tertarik kepadamu dan kalian bisa bersama," ujar Rini.
Wajah Cintia semakin memerah, kata-kata Rini ini membuatnya merasa sangat tertekan.
"Sudahlah, mulutmu sangat manis kalau berbicara, cepat buatkan pesanan kami," ujar Varel.
"Oke-oke, anggap saja aku sedang mendoakan kalian" jawab Rini berjalan pergi.
"Cintia jangan pikirkan omongannya barusan, dia memang seperti itu, mulutnya suka berbicara semaunya," ujar Varel.
"Tapi dia orang yang baik dan asik," sambung Varel.
"Ya, aku mengerti," balas Cintia.
Tidak beberapa lama dua mangkuk bakmie sudah terhidang di atas meja mereka. Cintia dan Varel mulai memakainya.
"Bagaimana menurutmu rasanya?" tanya Varel.
"Enak, ini sangat enak sekali," jawab Cintia.
"Baguslah jika kamu menyukainya, lain kali mungkin aku bisa mengajakmu makan di sini lagi," ujar Varel.
"Benar ya, kamu harus janji," balas Cintia.
"Ya aku janji," ujar Varel.
Malam itu menjadi salah satu malam yang indah bagi Cintia, di mana dirinya merasakan perasaan yang sangat bahagia.
Setelah selesai makan, mereka juga kembali menuju ke rumah untuk beristirahat.
Di dalam kamarnya terlihat Cintia sedang berbaring di atas ranjang dengan menggunakan pakaian tidurnya.
"Tampaknya aku telah suka kepadanya," ucap Cintia sendiri.
"Tapi... apa dia juga menyukaiku atau tidak ya?" sambung Cintia bertanya sendiri.
Sementara itu di tempat lain di kediaman keluarga Saputra.
"Kurang ajar beraninya dia berbuat seperti ini kepada anakku," marah David Saputra yang merupakan ayah dari Dion.
"Pa, papa harus membalaskan dendamku ini," ujar Dion.
"Tanganku di buatnya menjadi cacat seperti ini," sambung Dion.
"Kamu tenang saja, tidak ada yang akan selamat setelah menyinggung keluarga Saputra," ujar Dion.
"Dia harus mati," sambung Dion.
Kemudian seorang pria berotot dengan bekas luka di pipinya mulai berjalan masuk. Pria itu merupakan mantap prajurit bayaran dengan banyak prestasi di luar negeri.
"Tugas apa yang harus saya lakukan?" tanya mantan prajurit itu yang bernama Eduardo.
"Aku ingin kamu membunuh seseorang dan bawa mayatnya ke sini!" ujar David.
"Tuan Saputra tidak perlu khawatir, anda sudah membayar ku mahal," balas Eduardo.
Eduardo memang sangat ingin membunuh orang yang di maksud oleh David yaitu Varel. Karena Varel telah membunuh semua anggotanya di acara pesta kakek Gunawan.
Eduardo menggertakkan giginya dan bertekad untuk mencabik-cabik tubuh Varel.
"Kalau begitu saya pergi dulu tuan Saputra," ujar Eduardo.
Eduardo mulai pergi ke tempatnya dan mulai mempersiapkan berbagai macam senjata untuk membunuh Varel. Eduardo tidak mengetahui siapa itu varel, yang jelas Varel memiliki kemampuan yang hebat karena berhasil mengalahkan para anggotanya yang sangat terlatih.
Pagi hari Varel sedang duduk di ruang tamu sambil memegangi sebuah album foto.
Farel terlihat serius melihat foto itu satu persatu. Varel tidak sengaja menemukan album foto itu pada tumpukan buku di dalam lemari ruang tengah.
Sesekali Varel terlihat tersenyum sendiri, kemudian kembali serius.
gk ad next??
kita temukan jawabannya pada chapter2 yg akan datang