Berry Aguelira adalah seorang wanita pembunuh bayaran yang sudah berumur 35 tahun.
Berry ingin pensiun dari pekerjaan gelap nya karena dia ingin menikmati sisa hidup nya untuk kegiatan normal. Seperti mencari kekasih dan menikah lalu hidup bahagia bersama anak-anak nya nanti.
Namun siapa sangka, keinginan sederhana nya itu harus hancur ketika musuh-musuh nya datang dan membunuh nya karena balas dendam.
Berry pun mati di tangan mereka tapi bukan nya mati dengan tenang. Wanita itu malah bertransmigrasi ke tubuh seorang anak SMA. Yang ternyata adalah seorang figuran dalam sebuah novel.
Berry pikir ini adalah kesempatan nya untuk menikmati hidup yang ia mau tapi sekali lagi ternyata dia salah. Tubuh figuran yang ia tempati ternyata memiliki banyak sekali masalah yang tidak dapat Berry bayangkan.
Apa yang harus dilakukan oleh seorang mantan pembunuh bayaran ditubuh seorang gadis SMA? Mampukah Berry menjalani hidup dengan baik atau malah menyerah??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hilnaarifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
My You Love. Judul dari novel anak muda yang sangat hits di jamannya. Kisah yang bercerita tentang pertemuan kedua anak SMA yang tidak di sengaja.
Kenapa tidak di sengaja? Darrel Milard. Seorang ketua geng motor bernama Mars. Dia telah bergabung dengan geng ini ketika dia berada di tahun terakhir SMP nya.
Hidup Darrel sempurna tidak ada alasan khusus yang membuatnya masuk ke dalam geng hanya anak remaja yang penasaran dan ingin merasakan kebebasan.
Saat itu dia baru saja masuk tahun pertama SMA. Selesainya sekolah mengadakan masa MOS tiga hari, dia mendengar jika geng nya melakukan tawuran dengan geng musuh.
Darrel belum menjadi ketua saat itu, dia hanya salah satu anggota yang sedikit memiliki kelebihan bertarung dan otak nya yang cerdas dalam memasang taktik.
Namun sekali lagi, dia hanya seorang anggota biasa. Tawuran yang terjadi cukup membuat gempar bahkan sekolah mereka melarang untuk pulang di saat itu.
Jadi, sebagian murid yang belum kembali ke rumahnya hanya dapat bertengger di sekolah sampai tawuran itu selesai.
Disini lah titik masalah nya. Ruby mendengar jika saudara kembarnya tidak sengaja terseret ke dalam pertarungan, pemuda itu tidak mengetahui jika ada pertempuran yang akan terjadi di dekat sekolah nya yang mana membuat nya asal berjalan dengan santai keluar dari sekolah untuk bermain bersanma temannya.
Rada tidak masuk akal untuk sekelas orang kaya yang tidak memiliki kendaraan yang menjemput maupun mengantarnya.
Hingga dia dapat terseret arus pertempuran. Ruby, memiliki keahlian bela diri yang cukup baik. Dengan berani, dia pun masuk ke dalam pertempuran meski sudah berusaha di tahan oleh teman-temannya.
Sesampainya disana, dia melihat kembarannya kewalahan menghadapi beberapa orang yang mengepungnya dan disana ada juga Darrel yang mencoba menolongnya Cakra.
Namun, mereka kalah jumlah. Ketua geng Mars dahulu telah tumbang dan dia segera di larikan ke rumah sakit oleh beberapa anggota nya.
Yang mana membuat mereka tidak seimbang hampir saja Cakra dan Darrel celaka jika bukan karena Ruby yang menolong kedua orang itu.
Ruby membantai beberapa anggota geng musuh Mars dengan brutal melihat kembarannya yang kesakitan dan penuh dengan luka membuat nya marah. Sangat
marah.
Darrel tidak menyangka bahwa dia akan di tolong oleh seorang gadis bahkan hampir semua musuh geng mereka Ruby menghabisi nya.
Melihat titik balik pertempuran, geng Mars
dengan cepat menghabisi sisa lawan. Dan ya, mereka menang dan itu semua karena bantuan Ruby.
Gadis itu segera membawa Cakra pergi dari sana tanpa kata-kata, Darrel tidak sempat berterima kasih pada gadis itu, dia meyakinkan dirinya agar mencari gadis itu nanti.
Tanpa tahu jika mereka akan satu sekolah.
Beberapa waktu berlalu, akhirnya pertemuan kedua mereka terjadi.
Mereka masuk satu club yaitu club basket. Sejak saat itu, Darrel terus menerus menempeli Ruby, dia juga di angkat menjadi ketua geng Mars karena ketua terdahulu pensiun dan memilih pindah kota.
Luka yang ia dapat cukup parah hingga hampir membuatnya mati, keluarganya tidak mau itu terjadi dan memaksa nya untuk keluar dari geng Mars.
Benih-benih cinta pun muncul antara kedua remaja itu namun cerita tidak akan seru jika tidak ada antagonis.
Disini lah, Karla Cole muncul setelah lulus SMP, dia mencari tahu dimana Darrel memilih sekolah selanjutnya ketika dia mendapatkan nya, dia pun ikut mendaftar disana.
Awalnya, dia sangat senang bisa bersama dengan Darrel lagi. Namun dia mendapatkan fakta jika pemuda itu sedang mendekati seorang gadis lain.
Karla berusaha tetap positif, dia mencoba mendekati Darrel. Semua berjalan lancar namun ketika Ruby menunjukkan ketertarikan nya pada Darrel yang tidak pernah menyerah mendekati nya, Karla pun merasa panik.
Saat mereka memasuki tahun kedua, ketiganya masuk satu kelas, semua menjadi di luar perkiraan nya, Ruby dan Darrel semakin dekat.
Bahkan ada rumor mereka mereka telah berpacaran. Karla kalap, dia mulai mengganggu Ruby. Tapi, sepertinya dia salah langkah, salah mencari lawan, Ruby bukan orang lemah maupun bodoh.
Tidak perlu lama, dia bisa membuat Karla di usir dari keluarga nya. Antagonis pun
lenyap.
Saat Ruby merasa dia sudah bisa bernafas lega, datang seorang yang tidak pernah ia sangka dapat menghancurkan hidupnya.
Perempuan masa lalu calon kekasihnya, kehadiran nya membuat cinta Darrel pada nya goyah dan hampir saja meninggalkan nya.
Satu yang membuat cerita ini semakin menarik, di saat Ruby merasa hidup nya akan berjalan datar, seseorang menghampirinya dan memberikan seluruh cinta nya.
Pemuda ini mengambil Ruby dari Darrel, dia selalu berusaha mengembalikan senyum Ruby yang telah hilang, dia juga mengembalikan cinta Ruby yang telah memudar.
Ruby masih belum bisa beradaptasi dengan pemuda yang tidak pernah ia sangka kehadirannya, seorang yang selalu berada di sekitar nya mengawasi nya dari jauh, mencintainya dalam diam bahkan melebihi Darrel.
Semua berjalan baik sampai gadis masa lalu Darrel memfitnah dirinya dan membuat kesalahpahaman.
Darrel yang tidak mau mendengar penjelasan nya pun memutuskan untuk tidak berhubungan lagi dengan Ruby dan memilih perempuan itu.
Ruby marah, kecewa, kesal, dan sedih. Dia masih mencinta Darrel namun dia merasa
bersalah pada pemuda lain nya.
Dia seperti orang brengsek. Saat Ruby berpikir untuk menyerah pemuda yang lain membantunya, dia membongkar semua kebusukan gadis itu dan membuat Darrel kembali pada Ruby. Dia tidak menyangka jika pemuda itu merelakan cintanya demi
melihat Ruby bahagia.
Namun setelah semua berlalu, dia tidak
pernah melihat kehadiran orang itu lagi. Bahkan disaat mereka ingin mengambil kelulusan.
Satu hal yang Ruby pasti, dia akan sangat berterima kasih dan berhutang budi pada pemuda itu.
Dia mengembalikan senyum dan cintanya bahkan mengembalikan Darrel yang ia sangka akan pergi dari hidupnya.
Cerita yang sangat penuh drama menurut Alice. Sama seperti hidupnya sekarang.
Ngomong-ngomong, dia sedang berada di ruangan BK bersama ketiga gadis kemarin serta orang tua mereka.
Sedari tadi, dia di maki oleh orang tua gadis-gadis itu, telinga nya sampai panas.
"Dimana orang tua gadis ini? Apa mereka takut untuk datang mungkin malu dengan kelakuan anak mereka"Ucap wanita yang ia duga ibu dari gadis yang menjegalnya.
Gadis itu paling parah mendapatkan luka akibat tendangan Alice pantas saja ibu nya berubah seperti anjing rabies yang siap-siap menggigitnya jika perlu.
Kepala sekolah serta guru BK hanya bisa mencoba menenangkan para orang tua itu
yang kembali protes.
Alice hanya duduk santai sambil memperhatikan sekeliling. Sebenarnya, dia sudah mengatakan ini pada orang rumah lebih tepatnya, pembantu rumah tangga nya.
Dia tidak berani mengatakan pada ibunya, pembantu nya bilang pada nya kalau dia akan berusaha menghubungi sang ayah yang akan menjadi perwakilan kedua orang tua.
Alice merasa itu ide yang cukup baik, dia yakin ayah nya lebih berpikiran terbuka dari pada ibu nya yang sudah pasti akan marah.
Namun sampai sekarang kabar pria itu belum ada. Alice bahkan sudah putus asa dan yakin dia akan di keluarkan dari sekolah, dia sudah menyiapkan segala rencana sebagai alasan nanti pada ibu nya.
"Saya tidak mau tahu, dia harus di keluarkan dari sekolah ini!"Teriak para orang tua itu.
Alice melirik mereka dengan julid berisik sekali, tidak perlu harus berteriak-teriak seperti itu.
"Sabar ibu bapak, kita belum tahu bagaimana cerita yang sebenarnya. Saya tidak bisa mengambil keputusan secara sepihak"Ucap kepala sekolah melerai orang tua gadis-gadis itu.
Mereka melototi kepala sekolah hingga membuat pria tua itu mengecilkan leher nya.
"Dia anak bisu yang sangat kurang ajar, berani sekali dia melukai putri-putri kami! Apa orang tua nya tidak mengajari diri nya?"Tanya wanita itu lagi sambil menunjuk-nunjuk ke arahnya.
Alice mengerutkan kening nya, dia tidak suka jika orang tua nya di bawa-bawa. Apa mereka tidak tahu bagaimana kelakuan anak-anak mereka. Sangat kasar dan suka membully yang lemah.
kalian lah yang tidak becus mengajari anak kalian, kenapa jadi dirinya yang di salahkan?
"Kami mengajari Alice menjadi anak yang baik, kalian tidak perlu mempertanyakan cara kami mengurus anak kami"
Sebuah suara dingin terdengar dari pintu.
Alice mengalihkan pandangannya ke sumber suara dan terkejut melihat ayah nya telah datang.
Untung saja ibunya tidak ada haha, dia bisa bernafas dengan lega sekarang. Entah kenapa, setelah melihat ayahnya, mata nya memanas dan seperti ingin menangis.
Marcell menatap putri nya, dia berjalan mendekati Alice dan mengelus kepala gadis itu dengan lembut.
Sudah lama dia tidak berinteraksi lagi dengan putri nya sejak sang istri melarikan diri dari rumah mereka dan membawa Alice.
Marcell menatap para orang tua itu dengan tajam, "Kita harus mendengar cerita dari kedua pihak. Ingat jangan ada yang berbohong jika aku mendapatkan kalian mengarang cerita, aku tidak segan membawa hal ini ke pihak yang berwajib."
Dia menunjuk pada ketiga gadis itu yang mendadak terdiam membeku mendengar ancaman ayah Alice.
Wanita itu merasa tidak terima, dia yakin anak nya benar. Dia ingin membuka mulut nya namun kepala sekolah berbicara lebih dulu.
"Saya telah memanggil saksi, kita dapat
mendengar dari dirinya juga jika perlu."
Alice menatap kepala sekolah dengan bingung, siapa yang di panggil oleh kepala sekolah?
Tok tok tok
Semua kembali mengalihkan perhatian nya pada pintu dan melihat seorang pemuda berwajah datar mengetok pintu.
Kepala sekolah tersenyum ramah, "Ayo masuk Gama."Katanya.
"Ini adalah ketua OSIS sekolah, saya yakin dia dapat menjelaskan cerita yang sebenarnya terjadi"Lanjut pria tua itu.
Gama masuk ke dalam ruangan, dia menatap Alice yang juga menatap nya garang.
Dia menarik pandangannya dari gadis itu dan mengangguk pada ayah Alice sebagai salam, pria itu juga mengangguk singkat.
Mereka semua duduk kembali dengan tenang dan Gama pun memulai ceritanya. Semua nya diam ketika pemuda itu membuka suara, ketiga gadis yang terlibat mendadak ketakutan.
Terlebih Alice menatap mereka dengan
senyuman miringnya yang terlihat seperti iblis.
Para orang tua seperti tidak terima dengan penjelasan Gama, mereka tidak percaya kalau anak mereka membully gadis ini.
Melihat dari luka yang di dapatkan anak-anak mereka bisa di lihat siapa sebenarnya orang lemah.
Dan, tidak mungkin anak mereka yang
lemah lembut ini bisa membully teman sekolah nya.
Melihat perdebatan yang semakin memanas, Alice rasa dia sudah bisa tampil dan membuka mulut.
"Ini bukan pertama kali nya anak kalian membully saya."Suara lembut Alice terdengar dan membuat semua nya mendadak sunyi.
Marcell menatap anak nya terkejut, Alice bisa berbicara? Orang tua gadis itujuga ikut terkejut, anak-anak mereka mengatakan kalau gadis itu tidak bisa mendengar maupun berbicara.
Gama melirik dingin pada gadis-gadis itu.
Air mata Alice mengalir keluar, "Mereka...sering membully ku. Menghina kekurangan ku dan menjadikan ku bahan mainan mereka. Banyak yang melihat aku sering di bully namun mereka hanya diam dan tidak menolong. Bahkan sekolah pun tidak menanggapi nya, aku pernah mencoba melaporkan hal ini pada salah satu guru namun tidak ada yang meresponnya. Saya hanya diam dan pasrah"Ujar Alice menceritakan sambil menangis sedih.
Dia membuat diri nya terlihat begitu menyedihkan hingga mereka tidak enak hati.
"Tapi, kesabaran orang pasti ada batasnya. Tidak mungkin kan, aku tidak melawan mereka? Balasan yang ku lakukan pun tidak seberapa dengan perbuatan mereka pada ku. Lalu, apa salah ku ketika aku berusaha melindungi diri? Dan kenapa kalian para orang tua, tidak tahu kelakuan bejat anak-anak kalian?"
Alice terus menerus menyerang mereka dengan kata-kata nya, tidak membiarkan
sedikit dari mereka membuka mulut.
Dia menatap tajam ketiga gadis itu, "Jika bukan karena ketua OSIS yang menahan ku saat itu, aku pasti kan kaki kalian tidak ada lagi"Tutupnya.
Tanpa sadar ketiga gadis itu memegang kaki mereka dengan perasaan takut masih teringat di otak mereka bagaimana rasa sakit yang di timbulkan oleh Alice.
Kepala sekolah sedikit meringis mendengarnya, dia menggelengkan kepala nya.
"Melihat kita semua sudah tahu bagaimana kebenaran nya, alangkah baiknya para orang tua berdamai dan saling memaafkan. Ini hanyalah perbuatan nakal anak-anak"Ucap nya dengan percaya diri.
Alice melirik dingin kepala sekolah yang mana membuat pria itu terdiam dan kembali mengecilkan lehernya. Marcell mengerutkan kening nya tidak setuju dengan kata-kata dari kepala sekolah.
"Saya mau ketiga orang ini meminta maaf pada putri ku, segera. Kenakalan apapun yang anda maksud kan tadi, sepertinya mereka bukan anak kecil yang tidak tahu perbuatan mereka salah atau tidak. Tidak sepantasnya mereka di bela"Ucap pria itu tidak senang, dia melihat ke arah para orang tua yang sepertinya mau protes.
"Jika tidak mau, saya bisa membawa kasus ini ke pihak berwajib. Tentu saja, sekolah akan terkena dampaknya juga melihat kalian tidak ada sedikit pun mau menanggapi kasus pembullyan putri ku"Lanjut Marcell.
Tidak ada yang bisa berkata-kata lagi, kepala sekolah pun hanya bisa pasrah. Dia melirik para orang tua dan ketiga gadis itu untuk segera meminta maaf pada Alice.
Alice tersenyum tipis, "Minta maaf di hadapan semua orang. Aku ingin ini menjadi pelajaran juga bagi yang lain agar kedepannya tidak ada lagi yang berani menaruh tangan nya padaku. Benar kan, kepala sekolah?"Ucap Alice memelototi pria tua itu.
Marcell juga menatap dengan tajam, mau tidak mau pria tua itu mengangguk dan mengalihkan pandangannya pada ketiga gadis itu.
"Kalian dengarkan? Kalian harus meminta maaf pada Alice di hadapan seluruh sekolah. Hm, saat upacara hari Senin itu waktu yang pas"Katanya dengan senyuman profesionalnya.
Ketiga gadis itu hanya bisa mengangguk setuju meski tidak terima.
Beberapa saat kemudian, Marcell menatap putri nya dengan lekat. Banyak yang ingin dia tanyakan namun bibir nya terlalu keluh untuk mengucapkan satu patah kata pun.
Saat ini mereka sedang berada di cafetaria yang tidak jauh dari sekolah, Alice memilih
memulangkan dirinya dengan alasan kesehatan mentalnya perlu di jaga akibat kejadian ini dan kepala sekolah langsung
mengizinkan nya.
"Sebenarnya, Alice tidak bisu"Ucap gadis itu membuka percakapannya di antara mereka.
Marcell merasa bingung, "Lalu, selama ini,
kamu hanya berpura pura?"Tanyanya pelan.
Alice mengangguk, "Alice pernah berobat ke psikiater, ada beberapa gangguan psikologis yang Alice alami. Karena tuntutan ibu, Alice harus merasakan semua kepahitan ini. Alice hanya tidak ingin membuat ibu kecewa namun hal itu justru menyakiti diri ku sendiri."
Dia menatap jalanan ini mungkin yang di rasakan Alice asli selama ini. Dia sudah merasakan nya secara langsung, dirinya tidak heran kenapa di dalam cerita Alice akan mati.
"Maafkan ayah. Semua ini pasti karena kemarahan ibu mu pada ayah hingga dia harus melampiaskan nya pada mu"Ucap Marcell menyesal.
Pria itu menundukkan kepala nya, anaknya harus menanggung kegilaan istri nya karena kebodohan yang ia lakukan.
Alice menatap ayah nya, dia memiringkan kepalanya sedikit. "Apa benar, ayah selingkuh seperti yang ibu katakan?"Ucapnya dengan pelan.
Hatinya berdenyut sakit menanyakan hal seperti ini pada ayah nya, hati seorang anak mana yang tidak hancur jika kenyataan ini memang benar.
Marcell menutup matanya menyesal dan tidak sanggup menjawab. Alice yang melihat itu sudah yakin akan jawabannya, dia mengalihkan kembali pandangan nya ke arah jalanan.
Tangan nya mengusap air matanya yang perlahan turun. Sialan sejak masuk ke dalam tubuh ini, dia menjadi lebih cengeng dan tidak bisa mengatur emosi nya dengan baik. Tubuh remaja puber memang sulit di kontrol.
"Apa yang akan ayah lakukan sekarang?"Tanyanya lagi, tidak mungkinkan kedua suami istri ini tidak berbaikkan, biasa nya dalam drama opera sabun seperti ini, kedua orang tua itu akan kembali bersama demi anak mereka.
Siapa tahu, ayah nya punya keinginan untuk bersatu lagi dengan ibu nya. Toh, mereka belum bercerai. Hanya ibunya saja yang dengan berani membawa nya kabur dari
rumah, karena kecewa dengan sang ayah.
Marcell meringis, "Ayah ingin berbaikan dengan ibu mu"Jawabnya kan betul, perkiraan Alice ayah nya akan melakukan itu.
"Tapi, kamu tahu bagaimana ibu mu. Ayah baru melangkah masuk ke rumah kalian saja, dia sudah melempari ku dengan botol-botol alkohol nya sudah beberapa kali kepala ayah hampir bocor karena kemarahan ibu mu"Lanjut pria itu dengan ragu.
Alice ikut meringis mendengarnya, ibu nya memang sangat mengerikan. Dia sudah melihat langsung bagaimana wanita itu
berteriak-teriak dengan keras pada sang ayah dan melempari nya dengan benda-benda kaca.
Dia melihat ayahnya, menilai pria itu. Hm, mengetahui kepala pria ini hampir saja menjadi korban kekerasan istri nya, Alice cukup salut.
Perjuangan ayahnya cukup sulit untuk bersatu dengan sang ibu.
"Alice mungkin akan mencoba berbicara pada ibu sekaligus menjelaskan keadaan Alice sekarang. Mudah-mudahan dia akan menerima semua nya dengan lapang dada dan pikiran terbuka"Ucap gadis itu sambil tersenyum tipis.
"Aku juga tidak ingin kehilangan kepala karena botol-botol minuman nya."
Marcell terkekeh geli mendengar itu yah istrinya memang unik. Dia menatap penuh kasih sayang pada gadis di depan nya meski Alice hanya anak adopsi namun, dia menyayangi gadis ini layak nya anak kandung nya.
"Ayah ingin sering bertemu dengan mu. Semoga kamu tidak keberatan akan hal itu"Ujar Marcell dengan menatap Alice
memohon.
Alice menatap kosong ayahnya, hei apa itu
cahaya bling-bling yang ada di mata ayah nya ya? Dia seperti melihat anak anjing yang meminta kepala nya di elus.
Alice menghela nafas, "Kalau ada waktu luang, Alice juga mau bertemu dengan ayah. Lagian Alice sudah tidak mengikuti les lagi, sejak sakit"Jawabnya pasrah.
Marcell menatap terimakasih pada putri nya, "Baiklah, ayah akan mengerikan mu pesan jika ayah ingin menghabiskan waktu bersama mu"Jeda nya sebentar.
"Oh iya, ayah ingin tahu nomor mu. Agar ayah dapat menghubungi nya nanti"Lanjut pria itu.
Alice dengan sigap mengeluarkan ponsel nya, "Ini, jika ada yang penting ayah dapat segera menghubungi ku."
Marcell mengangguk dan menyimpan nomor ponsel Alice di hp nya. 'Putri ku' Pria itu mengusap pelan layar ponsel nya yang menampilkan nomor Alice.
Keduanya pun sedikit berbincang lagi beberapa saat sebelum kedua nya berpisah dan kembali ke rumah masing-masing.
Yah, hari ini cukup panjang untuk Alice.
^^
tp yg baca ko dikit y..
yooo ramaikan hahhlah