(Siapkan kanebo kering untuk menyeka air mata juga mental yang kuat untuk marah-marah!)
Sheila, seorang gadis culun harus rela dinikahi secara diam-diam oleh seorang dokter yang merupakan tunangan mendiang kakaknya.
Penampilannya yang culun dan kampungan membuatnya mendapat pembullyan dari orang-orang di sekitarnya, sehingga menimbulkan kebencian di hatinya.
Hingga suatu hari, Sheila si gadis culun kembali untuk membalas orang-orang yang telah menyakitinya di masa lalu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di Kurung
Tawa riuh para siswa menggema di seluruh lapangan sebuah sekolah. Sesosok gadis kecil kembali menjadi bahan tertawaan teman-temannya. Sheila duduk di bawah sana dengan kepala menunduk.
Maya dan teman-teman se-ganknya baru saja mengerjai Sheila lagi. Ketiadaan Rayhan di sekolah hari itu benar-benar dimanfaatkan anak jahat itu untuk menyiksa Sheila, sang gadis lugu.
"Ayo bangun! Sedang apa kau di bawah sana," ucap Maya sambil tertawa mengejek.
Sheila membetulkan kacamata tebalnya sebelum akhirnya berusaha bangkit dari posisinya. Sementara Maya menatapnya dengan tatapan menghina.
"Itu akibatnya kalau berani bermain dengan Maya." Gadis sombong itu kemudian berjalan dengan langkah pongah menuju sebuah tempat diikuti dua temannya yang sama jahatnya.
Sheila segera menyeret kakinya menuju ruang kesehatan sekolah untuk mengobati lututnya yang berdarah. Perasaan sedih bercampur kesal terlihat di wajah gadis itu.
Setelah selesai mengobati lututnya, Sheila segera bergegas menuju ruang kelasnya. Gadis itu berjalan dengan langkah pincang karena ulah Maya yang mendorongnya dengan keras, sehingga Sheila terjatuh.
Jangan menangis Sheila! Kau sudah biasa mengalaminya. Maya dan teman-temannya sudah biasa melakukannya.
****
KRING KRING KRING
Bel tanda pulang akhirnya berbunyi. Para siswa berlomba-lomba keluar dari ruang kelas. Tampak sosok Sheila berjalan keluar dari kelas dengan wajah tidak bersemangat.
Namun, saat menuruni anak tangga terakhir menuju lantai bawah, Maya dan teman-temannya kembali menghadangnya. Sheila hanya mampu menundukkan kepalanya jika sudah berhadapan dengan anak-anak jahat itu.
"Mau kemana?" tanya Maya sambil terkekeh.
"Ma-mau pulang!" Sheila menjawab dengan terbata-bata saking takutnya.
"Ayo kita main dulu! Kenapa buru-buru pulang?"
Tanpa aba-aba, ketiga orang itu kemudian menyeret Sheila menuju suatu tempat. Dan walaupun Sheila berusaha memberontak, namun sia-sia.
"Tolong Maya... Lepaskan aku! Kalian mau membawaku kemana?" tanya Sheila dengan suara yang terdengar ketakutan.
Saat tiba di depan sebuah ruangan, Maya mendorong Sheila dengan keras, sehingga gadis itu terhuyung ke lantai. Dia mengamati setiap sudut ruangan yang merupakan gudang barang bekas di sekolah itu.
Sheila berusaha bangkit dari posisinya dan berusaha keluar dari ruangan itu, namun Maya menahannya dan mengunci pintu dari luar. Suara tawa ketiga gadis jahat itu menggema. Sedangkan Sheila terus memohon dari dalam sana, sambil mengetuk-ngetukkan pintu.
"Maya... Tolong keluarkan aku dari sini! Aku mau pulang... Hiks hiks..." lirih Sheila sambil mengetuk pintu beberapa kali.
"Nikmati saja waktumu di dalam sana." Maya tertawa puas dengan keberhasilannya mengerjai Sheila. "Hari ini tidak ada Rayhan yang akan menjadi pahlawanmu, hahaha..."
Sambil terus tertawa, mereka meninggalkan Sheila di sana tanpa belas kasih. Sementara Sheila yang begitu takut kegelapan hanya mampu meringkuk di sudut ruangan itu. Suara isakannya yang terdengar lirih memenuhi ruangan itu.
Kak Shan, aku benar-benar takut!
Sore menjelang, namun Sheila masih meringkuk di dalam ruangan gelap dan penuh debu itu. Gadis itu terus bergumam memanggil nama kakaknya yang telah pergi untuk selamanya.
Sesaat kemudian, ia teringat pada Marchel, seorang pria yang kini berstatus suaminya. Tangis Sheila pun semakin menjadi-jadi mengingat betapa Marchel sangat tidak mempedulikannya. Seolah dirinya hanyalah sebuah pajangan yang tidak menarik.
Kak Marchel, aku takut...!
***
Senja pun tiba. Perlahan matahari mulai tenggelam di ufuk barat. Burung- burung beterbangan menuju peraduannya. Begitupun dengan Marchel baru saja tiba di rumah setelah menjalani rutinitasnya sebagai seorang dokter.
"Selamat malam, Bu!" sapa Marchel saat memasuki rumah itu. Ibu menyambut kedatangan anak kesayangannya itu dengan senyuman.
"Kau sudah pulang? Tumben hari ini kau pulang cepat!"
"Aku tidak ke klinik hari ini." Laki-laki itu hendak menapaki tangga menuju kamarnya.
"Sheila belum pulang, padahal ini sudah malam." Suara ibu menghentikan langkah kaki Marchel yang sudah berdiri di anak tangga ketiga. Laki-laki itu kemudian berbalik.
"Sheila belum pulang?"
"Iya, anak itu pasti sedang keluyuran dengan teman-temannya." Ibu kembali menunjukkan rasa tidak sukanya pada menantunya itu.
Kekhawatiran mulai merasuki jiwa Marchel, Sheila bukanlah tipe anak yang suka keluyuran di luar sana. Marchel sangat mengenal sosok Sheila karena sudah menjadi pasiennya bertahun-tahun.
Tapi kemana Sheila? Di sekolah dia tidak punya teman lain selain anak laki-laki yang selalu mengikutinya. batin Marchel.
"Itu tidak mungkin, Bu! Sheila bukan anak yang suka keluyuran di luar sana. Aku sangat mengenalnya!" Marchel berusaha membela Sheila di depan ibunya.
"Dan lihat sekarang apa yang dia lakukan. Sampai sekarang dia belum pulang juga. Marchel, kenapa kau harus menikahi gadis itu. Dia sangat tidak layak untukmu."
"Bu, aku mohon, jangan mulai! Aku tidak mau membahas itu." Marchel menuruni tiga anak tangga yang sudah dilewatinya. "Aku akan pergi mencari Sheila dulu."
Marchel berjalan menuju pintu, sementara ibu terus mengekor di belakangnya. Berusaha mencegah anaknya pergi mencari Sheila. Namun, Marchel tidak peduli dengan ocehan ibunya itu.
Tiba-tiba, terdengar suara sepeda motor memasuki halaman rumah itu. Marchel dan ibunya bergegas keluar dari rumah untuk melihat siapa yang datang.
Sebuah motor sport berhenti di halaman rumah itu. Tampak Sheila turun dari sepeda motor itu.
Marchel mengepalkan tangannya melihat Sheila pulang diantar teman laki-lakinya, sedangkan ibu kembali menghasut anaknya dengan tujuan menumbuhkan benih kebencian di hati Marchel, agar anaknya itu mau menceraikan Sheila.
"Kau mengkhawatirkannya, tapi lihat dia. Dia baru saja keluyuran dengan teman laki-lakinya," ucap ibu membuat Marchel menatap tajam pada Rayhan dan Sheila.
Sementara Sheila yang ketakutan karena pulang malam, membeku di tempatnya berdiri. Gadis itu hanya dapat menundukkan kepalanya menyadari raut wajah suami dan mertuanya yang tidak bersahabat.
Marchel segera mendekat pada Sheila, tatapannya yang tajam membuat Sheila menciut ketakutan. Sheila belum pernah melihat raut wajah Marchel yang seperti sedang menahan emosi itu.
Marchel menatap Sheila dari ujung kaki ke kepala. Penampilan Sheila yang acak-acakan dengan rambutnya yang terurai tak beraturan membuat Marchel bertanya-tanya dalam hati.
"Kau dari mana?" tanya Marchel dengan nada datar namun menekan. Kemudian memberi tatapan tajam pada Rayhan.
Sheila hanya menundukkan kepalanya, tidak berani menjawab pertanyaan Marchel.
"DARIMANA?!" Laki-laki itu mengeraskan suaranya, sehingga Sheila terlonjak kaget. Gadis itu memberanikan diri menatap manik hitam suaminya itu. Namun, tatapan Marchel membuat lidahnya kelu.
"Cepat masuk!" seru Marchel dengan nada kesal. "MASUK!" Sheila yang begitu terkejut dengan bentakan keras suaminya itu langsung berlari masuk ke dalam rumah dengan mata berkaca-kaca.
Marchel kemudian kembali menatap tajam pada Rayhan. Sejak pertama kali bertemu, Rayhan selalu menunjukkan sikap acuh tak acuh saat bertemu dengan suami Sheila itu.
"Kau dan Sheila darimana?"
****
BERSAMBUNG
Resiko emak berdaster gabut hobi rebahan sambil baca novel...
ulang" trus novel yg favorit tp gak prnah bosan😁😁
blm bisa move on kk 🤭🤣🤣🤣🤣
nihh kudu balik baca lg 😁😁
/Ok//Good/
/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/